Oneshoot

33 0 0
                                    



Gara-gara bola nyasar yang mengenai jidat lebarnya, hidup Gita Imran berubah.

'Kalau, ini mimpi boleh dilanjutin nggak, Tuhan sampai pelaminan?' batin Gita ngarep. Dia berusaha nahan sakit ketika seseorang masih mengompres jidatnya.

'Nyak, Babe akhirnya aye dipertemukan sama "calon suami" masa depan aye.' Gita masih sibuk ngebatin lagi, sesekali kedua matanya ngintip dikit buat meresapi momen langka bersama "calon suami" yang baru dideklarasikannya sendiri.



***

"Otak elo ikut miring juga ya, gara-gara kena lemparan bola dia kemarin?" Tari Ivanka bertanya dengan nada heran campur sinis.

Gita menggeleng mantap. Dia masih asyik di posisinya memegang teropong untuk melihat lapangan baseball dari jendela lantai 2 yang ditempatinya saat ini.

Tari bengong. Speechless lebih tepatnya, soalnya dia tipe cewek realitis berbeda dengan Gita.

"Elo masih sadar kan, apa yang elo omongin barusan?"

Gita mengangguk lagi. Noleh juga kagak ke arah sahabatnya. Tari mulai keki, ya kali diajak ngomong serius, lawan bicaranya cuma ngomong lewat gerakan tubuh.

"Eh, Gita. Gue kasih tahu ye, elo mendingan siapin hati elo buat jatuh deh. Elo sama dia itu nggak akan bisa bersatu! Boro- boro bersatu, elo dinotice saja udah bersyukur!"

Gita terusik mendengar kata-kata sahabatnya.

"Maksud elo?"

"Maksud gue, elo mesti nyadar diri. Posisi elo saja ama dia beda jauh. Di mata awam orang, elo berdua bakalan bisa jadi bahan gosipan."

Gita terdiam namun ia membantah.

"Kalau dia lepas dari sini, gue ama dia juga nggak akan bakalan kena gosip kok. Gue ama dia statusnya bakalan sama. Sejajar."

Tari mendengus masih belum puas agar sahabatnya tidak jadi korban perasaan dan pikiran . Dia ingin Gita bisa membedakan mana yang kegilaan sesaat dan mana yang serius.

"Oke. Terus beda umur elo ama dia gimana,Neng? Elo ama dia beda 7 tahun!"

"Emangnya kenapa? Babe sama Nyak gue beda 10 tahun tapi mereka adem ayem saja tuh!" ungkap Gita sambil mulai meneropong si doi yang sekarang giliran mukul.

Melipat tangan dada, ekspresi Tari sulit diartikan. Ini yang paling buat dia kadang emosi kalau berhadapan dengan sisi keras kepala Gita.

"Hadeh.. tapi bonyok (bokap nyokap) elo berbeda dengan elo sama dia! Lagian selain umur, elo pikirin saingan elo noh! Saingan elo itu, cewe-cewe yang masih ababil dan yang paling penting dekat sama dunianya. Dunia elo itu ama dia beda! Dunia dia masih hura-hura energik sambil belajar. Sedangkan elo? Elo lagi dalam tahap menuju dunia dewasa!"

Gita menurunkan teropongnya, ia menoleh ke arah Tari. Kedua matanya menatap serius kepada sahabatnya.

"Gue nggak akan kalah dari cewe-cewe itu! Elo lihat aja, Tar! Gue pasti bisa jadi calon istri masa depannya dia!" Mata Gita memburu penuh hasrat sementara Tari cuma bisa melongo melihat sahabatnya. Udah cape mulut sama hati.



***

Gita Imran (23 tahun), guru sejarah SMA Taruna untuk pertama kalinya jatuh cinta pada muridnya sendiri Aditya Widjaja (16), murid kelas 11 IPA1 kapten sekaligus First Baseman di klub baseball.


****


Sehari sebelumnya,


"Hachim!" Aditya bersin untuk sekian kalinya membuat para teman klubnya heran.

"Napa elo, Dit? Lagi nggak enak badan?"tanya Juan Martono wakil kapten sekaligus sahabat Adit.

"Kaga tau nih. Ya udahlah giliran gue mukul, kan?" Semuanya pada ngangguk, tak terkecuali Juan.

Adit memasukki batter box, pemukul metal berwarna abu sudah siap di tangan kanannya. Konsentrasinya sudah 100 persen siap memukul lemparan bola dari sang pitcher, Santos Yuda.

Santos Yuda mulai melempar lemparan mematikannya, dan tanpa ragu Aditya langsung memukulnya dengan sekuat tenaga di lemparan pertama.

Bola melayang jauh membuat para inflieder kesusahan menangkapnya. Dan ternyata bola itu mendarat mulus di jidat seserorang.

"Gawat! Sekarang kena Ibu Gita lagi! Home run elo kagak kira-kira, Dit! Kemarin kaca jendela perpustakaan sekarang guru!" omel Marcus Efiandi, catcher bernomor punggung dua yang mulai panik. Ia sudah membuka penutupnya hendak menolong gurunya yang sudah jatuh terduduk tapi langkahnya ditahan Aditya.

"Stop! Semuanya, tunggu di sini biar gue yang nolong Ibu Gita." Aditya melepaskan helmnya kemudian berlari ke tempat gurunya sebelum teman-temannya ada yang menjawab.

Diam-diam senyuman tersungging di bibirnya.

'Akhirnya ada cara juga buat ngobrol sama Ibu Gita lagi. Ini termasuk modus bukan ya?'




***



Fin




1. Pitcher : pelempar
2. Catcher: penangkap
3. First Baseman : penjaga base pertama
4. Home run : pukulan jauh ke belakang batas lapangan akhir yang langsung menghasikan 2 point
5. Inflieder : penjaga lapangan dalam

Semesta Gita- AdityaWhere stories live. Discover now