"Leo! Tidak bisakah kamu memaafkan Mama?!" Wanita itu meraih tanganku dan menahanku pergi.

Aku menoleh sekilas menatapnya. Halah, lagi-lagi air mata buaya itu. Aku sudah kebal! Dulu saja dia menangis memohon supaya Papa tidak menceraikannya, dan Papa terbujuk. Lalu apa yang terjadi? Dia masih berselingkuh! Bukan hanya dengan sekretaris Papa, tapi juga anak buahnya! Betapa menjijikkan melihat air mata itu!

Lagipula, kemana saja dia selama lima belas tahun lebih ini? Dia bahkan tidak mencari atau sekedar menelepon keluarganya! Dia hanya tiba- tiba muncul kembali dan memintaku menikah? Ha! Omong kosong!

Aku menghempaskan tangannya dan menatapnya tajam. Dia tidak ada lagi di hidupku dan aku mau dia tahu itu!

"Mungkin saat itu aku hanya anak SMP, tapi perbuatan tercela itu sungguh tidak pantas bagi ibu yang melahirkanku. Bagiku, ibuku sudah mati! Bahkan jika aku ingin menikah, aku tidak menginginkan kehadiranmu!"

Aku berjalan lurus keluar dari restoran itu dan ke arah parkiran, menulikan telingaku terhadap panggilan dan raungan wanita itu. Aku sudah muak dengan drama ini. Yang ada sekarang adalah hidupku... hidup bebas seorang Leonardo Brawijaya!

Aku masuk ke mobil dan langsung mengemudikannya tidak tahu arah. Setidaknya aku harus segera pergi dari tempat ini! Kemana pun boleh asal tidak berada di dekat wanita itu!

Brengsek!

Tanpa sadar air mataku mengalir.

Kenapa bertemu dengan wanita yang sudah membuatku hancur itu, aku malah meneteskan air mata karena tak kuat menahan rindu kepadanya! Damn!!!

Ini bahkan sudah lebih dari lima belas tahun, tapi hatiku masih tidak rela kehilangan kasih sayang wanita yang kupanggil 'Mama'!

Kenapa?! Kenapa??!

Kenapa dia harus yang menjadi ibuku dan melahirkanku?! Kenapa dia harus yang menjadi wanita yang paling kuhargai?! KENAPA DIA HARUS BERSELINGKUH!!!

Dia harus tahu... Karena dialah aku benci wanita! Aku benci wanita yang hanya bertampang sok-sok polos tapi ternyata seorang murahan! Aku benci wanita yang tidak satu pun dari mereka pantas menyandang status sebagai istriku! Aku tidak mau menikah dengan wanita yang nantinya hanya akan menyakiti hatiku seperti wanita itu menyakiti Papa!

Arrgghhh!

DAMN IT!

Kenapa Papa begitu bodoh menjadikan dia sebagai istri dan melahirkan aku ke dunia ini! I hate her! I hate her so damn much!

Oh c'mon Leo, you're tough! Wanita itu hanya masa lalu dan jangan biarkan dia menghancurkan dirimu yang sekarang! Dia tidak akan ada di masa sekarang ataupun masa depanmu!

Aku memberhentikan mobilku di pinggir jalan dan menghapus air mataku kasar. Menarik nafas dalam dan mengangkat ponselku yang sedari tadi berbunyi nyaring. Sudah waktunya aku kembali ke dunia dan melupakan apa yang tadi terjadi. Ya, itu hanya mimpi buruk dan sekarang aku sudah terbangun!

"Halo?"

"Dokter Leo? Akhirnya dokter angkat juga! Ada kecelakaan dok, dan kami kekurangan orang di sini. Bisa dokter segera ke rumah sakit?"

"Saya segera ke sana!" kataku cepat.

Double damn! Harusnya sedari tadi aku mengangkat panggilan ini. Aku segera menjalankan mobilku dan berbalik arah ke rumah sakit. Ku pacu mobilku dengan kecepatan tinggi sampai diklakson puluhan mobil yang kuselip.

It's emergency, you know!

Aku segera keluar dari mobil dan meminta satpam yang ku kenal baik memarkirkan mobilku. Aku buru-buru dan segera berlari ke bagian unit gawat darurat.

"Di sini dok!" panggil seorang perawat yang tadi meneleponku. Naya.

Aku segera menghampiri pasien yang ada di depannya dan memeriksa luka pada bagian perutnya. Luka yang sangat serius dan membutuhkan laparotomy (pembedahan pada rongga perut) sesegera mungkin! Lukanya benar-benar dahsyat dan menyebabkan hematoma (penggumpalan darah) besar pada bagian perut dekat hati dan sampai ke pinggangnya. Belum lagi adanya pecahan kaca yang menusuk ke perutnya dan belum dikeluarkan!

"Siapkan ruang operasi!" perintahku.

"Baik!"

Aku menghembuskan nafas keras. Setidaknya pikiranku sekarang teralih ke pekerjaanku. Seperti Papa, aku lebih memilih menenggelamkan diri ke dalam pekerjaan daripada terus menerus terperangkap dalam perasaan sedih tak berujung.

Aku punya hidupku sendiri, dan aku tidak membutuhkan apapun lagi!

Pekerjaanku sebagai dokter bedah, kehidupan bebasku, tidak kekurangan... bagiku semua ini lebih dari cukup! Tidak perlu seorang istri yang hanya akan membuatku lebih mengalami sakit hati jika dia seperti wanita itu.

Dalam hidup ini aku hanya butuh dua hal. Aku hanya butuh scalpel (pisau bedah) dan minuman beralkohol... Cukup dua hal itu! Oh, dan mungkin beberapa wanita untuk menyalurkan kebutuhanku sebagai lelaki.

I Love Her 1 : LeonardoWhere stories live. Discover now