✨ Epilogue: It's Ending.

Start from the beginning
                                    

Pria bersurai cokelat itu merapatkan jaket dan syal di lehernya. Desember berganti Januari yang artinya tahun baru telah datang. 2017 telah datang. Ia menaiki tangga dengan hati-hati karena banyak salju yang mencair disana. Sebenarnya apa yang telah ia lakukan adalah hal gila. Siapa yang mau datang ke Menara Namsan disaat musim dingin dengan salju turun seperti ini?

Tak berapa lama kemudian, ia sampai di tempat yang telah Jeongguk janjikan. Di depan wahana cable car. Hanya ada sekitar lima orang yang tengah mengantri disana. Jeongguk bukan salah satunya. Pria itu berada diluar antrian, bahkan diluar ruangan. Ia tengah menumpu badannya dengan kedua siku dilipat diatas besi pembatas. Menatap jauh ke pemandangan di depan sana tanpa mempedulikan salju yang jatuh di atas kepala dan jaketnya.

Taehyung berjalan mendekati dengan bibir bawah digigit kuat. Memeluk tubuhnya dari belakang dan membiarkan kepalanya berada di pundak sang kekasih. Jeongguk tidak menoleh, ia hanya terkekeh kecil. Ia sangat mengenali bahwa orang yang sedang memeluknya adalah Taehyung. Hanya pria itu yang berani dan boleh melakukan ini padanya.

"Kau datang."

"Tentu saja aku datang." Jawab Taehyung. "Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku tidak akan datang?"

"Kemarin itu, kau 'kan?"

"Kemarin?"

"Iya, kemarin." Jeongguk menoleh pada Taehyung setelah pria itu melepaskan pelukannya. "Yang meneleponku menggunakan ponsel Jimin, itu kau. Itu suara nafasmu."

Jeongguk tidak bertanya, ia justru memberikan pernyataan. Hanya dari suara nafas, Jeongguk tahu bahwa penelepon itu adalah Taehyung. Meski begitu, pria itu tidak terlihat khawatir atau marah sekalipun. Ia sangat tenang. Berjalan memasuki ruangan untuk mengantri cable car. Taehyung mengikuti tanpa banyak bicara. Menerima uluran tangan Jeongguk yang membantunya untuk masuk ke cable car. Mereka duduk saling berhadapan sekarang. Lalu, pintu pun tertutup secara otomatis.

"Aku tidak akan bertanya bagaimana ponsel pria itu bisa ada padamu, Tae." Jeongguk tidak menatap mata Taehyung. "But, pertanyaanku adalah do you feel like a young God?"

Taehyung masih sibuk mengatur detak jantungnya yang menggila. Sebelumnya ia tidak pernah tahu bahwa ia sangat takut pada ketinggian, sampai hari ini datang. Ia berada di sebuah cable car dengan ketinggian lebih dari enam ribu kaki. Berjalan sangat lambat di atas secuil kota Seoul. Ia memejamkan mata tidak berani melihat pijakan kakinya yang tembus pandang. Ia tidak mungkin jatuh ia tahu itu, hanya saja perasaan takut itu tetap berada disana.

Pria yang penuh tindik di telinganya itu tidak mendapat jawaban. Maka ia menggidikan bahunya sendiri dan melanjutkan, "you know, the two of us are just young gods and we'll be flying through the streets with the people underneath."

Taehyung ingin mengatakan bahwa tidak, sama sekali bukan, mereka itu bukan Tuhan. Ya, mungkin mereka akan terbang diatas jalanan dengan orang-orang di bawah sana. Seperti yang tengah mereka lakukan sekarang ini. Terbang dengan alat atau kendaraan bernama cable car, tapi mereka tidak akan pernah menjadi Tuhan.

"Rasanya begitu lucu ketika pria itu mengatakan bahwa ia ingin menjadi Tuhan yang berkuasa—"

"Aku ingin jadi Tuhan yang tidak bisa dikalahkan apalagi dilukai oleh siapapun." Jawab Jimin tegas. "Jika ada yang menentang, aku akan langsung memberi hukuman. Tuhan yang seperti itu sangat keren dan kuat. Ia tidak akan pernah terluka."

"—dan yang tidak bisa dikalahkan oleh siapapun."

Taehyung akhirnya membuka mata hanya untuk melihat Jeongguk tengah tersenyum. Tidak mengarah padanya, melainkan pada jendela besar yang memperlihatkan langsung pemandangan di sekitar Menara Namsan itu. Kedua tangan Jeongguk berada di dalam jaketnya dan ia duduk begitu bebas di kursinya, tidak seperti Taehyung yang begitu cemas dengan merapatkan kedua kakinya.

Young God(s) || KookV [ √ ]Where stories live. Discover now