Kepingan Rindu untuk Senja

7 1 0
                                    

Mesin kasir ini tidak hanya menghitung uang. Tetapi juga bisa menghitung hal lain seperti kerinduan dan menaksir penantian. Ajaib bukan?

Sore ini, seorang lelaki tergopoh menyusuri jalan. Melewati gang sempit demi menghindari kepadatan ibukota yang tidak pernah alpa dari kekasihnya yang bernama 'macet'.

Ia mengayuh sepeda lebih semangat. Masih jelas teringang di benaknya suara penyiar radio yang antusias menyiarkan launching mini market ajaib. Menyediakan segala macam keperluan, termasuk sebuah voucher keberuntungan.

Lelaki itu tergerak hatinya untuk membuktikan kebenaran ucapan penyiar radio. Terbayang sudah sebuah voucher yang akan membawa keberuntungan untuk menjumpai, Senja. Sosok yang dirindui sejak seratus purnama silam.

Ia memarkir sepeda dengan rapi, serapi kerinduan yang tersimpan. Dalam benaknya sudah dipenuhi ambisi untuk mendapatkan voucher itu. Demi sebuah perjumpaan, berapapun harga akan ia bayar.

Namun sayang, ambisinya menjumpai hampa. Ia harus pulang dengan tangan kosong. Sebab harganya sangat tidak lazim. Bahkan ketika seisi dompet ia keluarkan, tak juga sepadan. Harga yang misterius. Serupa menghilangnya Senja yang menyimpan misteri bagi lelaki bernama Pagi.

Namun, Pagi tidak pernah menyerah. Selalu ada keyakinan yang berembus untuk membawa pulang voucher tersebut. Persis seperti keyakinan untuk menjumpai Senja. Sekalipun lagi-lagi ia menemui nihil. Kali ini Voucher itu telah raib diboyong empunya yang baru. Kata kasir yang magang di mini market itu, pemiliknya adalah seorang ibu dengan wajah sendu.

Sepahit apapun kenyataan tak membuat Pagi patah arang. Ia kembali meramu harapan, bersedia menunggu voucher tersebut terbit, sembilan purnama kemudian. Malangnya, ini telah mencapai sembilan purnama yang kedelapan dan usahanya belum membuahkan hasil. "Mungkin sembilan purnama kesembilan," batinnya mencoba menguatkan.

***

Sore ini, Pagi telah berhitung dengan segala keadaan juga kemungkinan. Dibawa semua yang ia punya. Uang receh, pecahan seribu sampai lembaran ratusan ribu, kartu debit, juga e-money dan segala rupa yang ia miliki. Termasuk barang berharga yang selalu disimpan hati-hati di kantong rajut berwarna jingga.

Dipegangnya erat-erat kantong rajut tersebut. Takut ada yang tercecer apalagi tumpah. Ia tidak akan rela. Isi kantong ini begitu berharga bagi Pagi. Kau tahu apa isinya? Tentu saja tak lain keping-keping kerinduan dan penantian panjang untuk kekasihnya.

Ia bergegas menuju etalase khusus. Matanya menangkap voucher itu. Di sana tertulis, 'Gumamkan tiga permintaan satu diantaranya akan terkabul dengan segera'. Matanya berbibar demi harapan yang membara. Bahkan Ia sudah menyiapkan tiga permintaan. Sejak sembilan purnama pertama, kesemuanya tentang Senja.

Tangannya memegang etalase. Mengamati Voucher miterius yang harganya terus merangkak naik, seperti kurs dolar di layar kaca. Kain beludru biru mengemasnya dengan sangat elegan.

Pagi menjulurkan tangan meminta untuk diberikan voucher itu. Penjaga yang telah hafal kepada Pagi hanya bisa menggeleng. Berbisik-bisik dengan temannya setelah lelaki itu berlalu. Seolah bertaruh apakah kali ini lelaki pulang dengan lesu seperti hari-hari yang lalu. Banyak yang mengiyakan.

Hanya satu pelayan yang sedari tadi diam, memiliki firasat berbeda. Hari ini akan lain bagi Pagi. Entah mengapa ia merasa lelaki itu membawa sesuatu berharga yang telah dikumpulkan lebih dari seratus purnama. Semoga kabar baik.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 20, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kepingan Rindu untuk SenjaWhere stories live. Discover now