BG #14

5.4K 197 6
                                    

"Gimana?" tanya olive pada Samuel.

"Untuk kondisi fisik dia baik-baik aja. Tapi untuk psikis masih jauh dari kata baik. Dia masih lemah. Bahkan hanya dengan satu bentakan aja dia bakalan takut," jelas Samuel sambil menatap ke arah sang kekasih.

Kini mereka duduk di sebuah sofa tak jauh dari ranjang pesakitan sang adik. Ale baru beberapa menit yang lalu terlelap setelah meminum obatnya.

"Lalu bagaimana caranya supaya dia gak takut lagi sama aku?" Dengan wajah tertunduk Olive memejam kan matanya, mencoba meredam segala emosinya.

"Tenang. Semuanya pasti bisa asal kamu mau bersabar." Samuel mengusap pundak sang kekasih.

Euugghhh

Hingga suara lenguhan Ale mengalihkan pandang keduanya. Matanya masih memejam tapi nampak tak tenang dalam lelapnya. Peluh membasahi wajah dengan napas yang memburu.

"Ampunn ... " Rancau Ale.

Dengan segera Samuel dan Olive pun beranjak dari tempatnya menghampiri ranjang Ale.

"Al," panggil Samuel.

"Maaf ... Am-pun."

"Ale, bangun." Olive menggoyangkan tubuh sang adik. Namun, Ale belum juga tersadar.

"Am-pun ... Ampun!"

"Al ... Bangun ini, Kak Olive"

"Ale." Samuel ikut membangunkan.

"Kakak!" Teriak Ale yang langsung terbangun dan memeluk Olive.

Olive juga Samuel sampai kaget melihat Ale yang begitu ketakutan. Padahal dilihat dari sebelumnya Ale histeris ketika Olive datang di hadapannya tapi kini dengan tiba-tiba Ale langsung memeluk pinggangnya.

"Iya. Ini Kakak. Kak Olive di sini." Lembut suara Olive mencoba menenangkan sang adik. Dihirupnya aroma sang adik yang masih erat memeluknya.

Namun baru saja Olive menguapkan kerinduannya, Ale langsung melepas pelukannya. Ia memberingsut takut di kepala ranjang. Perasaan takutnya kembali muncul setelah yang ia peluk bukanlah kakaknya. Kakak yang dimaksud adalah Samuel bukan Olive.

"Pergi!" Usir Ale.

Bocah itu memeluk kedua lutut sambil menenggelamkan wajah diantara kedua lututnya. Tak berani menatap orang-orang yang menatapnya.

"Pergi!!"

"Al ... Ini Kakak," ucap lembut Olive. Di dudukkan tubuhnya di pinggir brangkar. Mencoba menatap sorot mata sang adik yang masih tersembunyi. Perlahan tangannya berani mengangkat wajah sang adik agar saling bertemu pandang. Namun, Ale masih enggan menurut.

Samuel membantu, dia juga pun ikut mendudukan diri di samping Ale yang masih meringkuk. Memegang pundak kecil itu dengan lembut dan berbisik, "Hey dengerin Kak Sam ya. Dia ini kakak kamu ... Kak Olive ... Coba deh kamu liat, dia kakak yang selalu sayang sama kamu. Dia gak akan sakitin kamu sedikitpun."

Mendengar penuturan Samuel, Ale berpaling menatapnya. Sorot matanya seolah meminta keyakinan pada Samuel. Dengan mantap, Samuel pun menganggukkan kepala kemudian perlahan netra Ale beralih menatap perempuan cantik di seberangnya.

Dengan senyum teduh Olive menyapa iris hitam lekat milik sang adik. Membuat memori Ale yang dulu datang tiba-tiba. Tentang sosok perempuan yang ditatapnya. Suara lembutnya, kasih sayangnya, juga raut khawatirnya. Senyum di wajah yang selalu menenangkan bagi Ale. Mengingatkan kembali akan sosok bundanya yang pergi setelah perceraiannya dengan sang ayah.

Rindu seketika menyeruak dalam benak Ale. Hingga setetes likuid beningnya pun luruh membasahi pipi. Olive nampak kaget melihat sang adik tiba-tiba menangis. Dengan cepat Olive mengusap dan meraih tubuh sang adik. Menenangkan sang adik dengan suara lembut detak jantungnya. Entah getar apa yang ale rasakan, begitu lembut sekali tangan sang kakak.

I Hope (Tamat)Where stories live. Discover now