BG #10

2.2K 178 15
                                    

Pagi menyambut kedua netra manis milik Olive. Badannya terasa begitu penat dan masih mengantuk. Semalaman dia terjaga karna Ale yang tiba tiba bangun dengan keadaan sangat ketakutan. Entah sebabnya apa, karena Ale hanya terdiam saat ditanyai. Kemungkinan Ale mimpi buruk, pikir Olive.

Hingga perlahan ale pun kembali tenang dan terlelap lagi. Pagi ini pun Ale masih dalam tidurnya. Sangat jelas rona pucat diwajah sang adik walaupun matanya tertutup damai di alam bawah sadarnya.

Olive bangun dari tempatnya bergerak menuju ke brangkar tempat sang adik tertidur. Di luar cuaca sedang tidak bersahabat. Gerimis masih setia menemani dari semalam membuat udara dingin memeluk semua orang. Olive menaikan selimut tebal milik Ale sampai batas dada agar tidurnya tetap nyaman tanpa merasa kedinginan.

Setelahnya olive berjalan menuju kamar mandi membersihkan dirinya kemudian bergegas ke kampusnya. Kalau bukan ada kuis di kampus sebenarnya dia malas sekali untuk keluar. Selain tubuhnya yang terasa lelah, cuaca di luar pun sangat berpotensi tinggi untuk bermalas-malasan.

Akhirnya setelah hampir setengah jam olive bersiap-siap semuanya selesai. Di sini sudah ada dinda sang ibu tiri sedang menunggui Ale yang masih terlelap.

"Adek tidurnya nyenyak banget, Kak. Semalam enggak tidur atau gimana?" tanya Dinda.

"Iya, Bun. Semalam dia kebangun, kayaknya habis mimpi buruk. Soalnya aku tanyain gak mau jawab terus wajahnya kayak ketakutan banget gitu," terang Olive. "Lama aku nenangin dia sampek akhirnya dia tidur lagi."

"Berarti kamu juga gak tidur dong, Kak?"

"Aku gak apa-apa, Bun. Lagian kuisku hari ini di kampus cuma satu mata kuliah kok. Jadi bisa pulang cepet terus sambung tidur."

Tak berselang lama suara pintu terbukapum terdengar. Memunculkan sang pangeran dari balik daun pintu. Tapi hanya kepalanya saja.

"Ppssstttt!!!!"

Spontan Olive juga ibu tirinya pun membalik badan, memeriksa siapa yang sudah bertingkah konyol pagi-pagi hari ini.

"Ehh, kayak maling aja pake bisik-bisik segala," kata Olive enteng.

"Ssttt ... takut Ale kebangun," bisik Samuel. "Eh, ada Tante. Pagi Tante. Hehehe." Suaranya kembali normal saat menyapa Dinda.

"Gimana sih, tadi bisik-bisik giliran tahu Bunda di sini nyablak lagi," gerutu Olive.

Samuel yang baru sadarpun tersenyum canggung sembari menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Kelupaan. Eh, udah siap? Yuk, aku antar ke kampus."

"Eh, tunggu aku ambil tas dulu, belum cium Ale juga," sahut Olive cepat.

Olive bergegas mengambil tasnya lalu tanpa lupa ia langsung menuju ke arah brangkar sang adik. Seulas senyum tampak dari Olive yang langsung mengecup dahi Ale.

"Kakak berangkat dulu, ya, nanti pulang kuliah Kakak langsung ke sini. Cepet sembuh, sayang. Kakak sayang Ale," Ucap lirih Olive tepat ditelinga Ale. "Bun, aku berangkat dulu, ya."

Olive mencium punggung tangan Dinda disusul Samuel yang juga berpamitan pada calon mertuanya.

Terhitung sudah sebulan ini Dinda menjabat sebagai ibu baru bagi dua anak malang itu. Malam itu saat kondisi Ale belum stabil kedua Aini juga Andra resmi bercerai. Talak langsung dijatuhkan pada Aini. Dan dalam waktu beberapa bulan saja, Andra sudah membawa ibu baru untuk kedua anaknya yang tinggal bersamanya. Andra benar, ia memenangkan hak asuh terhadap dua anaknya sekaligus.

Namun, Ale menolak mentah-mentah Dinda. Anak itu masih tetap pada pendiriannya. Tidak mau keluarganya hancur dan memiliki keluarga baru. Tapi Andra tetap memaksa. Membuat Ale semakin nekat melukai tubuhnya berkali-kali.

I Hope (Tamat)Where stories live. Discover now