Tentu saja itu hanya alasan. Semua tau dia sengaja melakukannya.

"Hei dia gadis gila, cepat usir dia!" Ujar Jisung lagi.

Changbin terkekeh. "Kenapa? Aku suka dia."

Felix menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia pikir, kini Changbin menemukan 'partner sadis' nya.

Orang gila bertambah satu di komplotan ini.

"Kurasa kita akan berakhir saling bunuh tak lama lagi," dengus Minho.

Jika kau mengharapkan sebuah kisah mengenai manisnya pertemanan, maka hal tersebut sangat jauh dari kisah komplotan satu ini. Karena pada dasarnya, mereka hanya saling kenal tanpa alasan yang jelas. Mereka juga tidak mengerti kenapa mereka masih bersama sampai sejauh ini. Semuanya terjadi begitu saja.

Jadi selalu ada kemungkinan bahwa suatu saat nanti mereka akan saling bunuh, karena kebersamaan mereka benar-benar tidak berlandaskan pertemanan. Jangan heran jika mereka mengumpat ataupun berbicara kasar satu sama lain.

Chan menghela nafas sambil menyapu kasar wajahnya. Delapan orang saja sudah merepotkan kini bertambah lagi satu. Sejenis Changbin pula. Bagaimana jika nanti gadis itu malah memakan mereka atau apa. Anggap saja Chan berlebihan. Tapi disituasi seperti ini, siapa lagi yang bisa dipercaya?

Felix mengecek entah apa benda dari ditangannya. Benda itu berbunyi nyaring. Lalu ia memandang teman-temannya bergantian.

"Matikan sialan! Kau memancing para zombie!" Seungmin mendesis.

"Kita harus pergi dari sini." Felix memperlihatkan benda petak itu kepada yang lainnya. "Ini milik temanku Jeno. Benda ini mendeteksi bahwa ada bom hidrogen disekitar sini yang akan meledak."

"Aku pikir itu mainan," ujar Jeongin.

"Kemasi barang kalian, sekarang!" Pinta Chan.

Meskipun penuh dengan keluhan, mereka bergerak.

"Ah, pindah lagi." Jisung memasukkan sembarangan semua peralatan bertarunganya kedalam sebuah tas lusuh.

"Hei tunggu, dia bagaimana?" Minho menunjuk Yeeun yang duduk disalah satu bangku sambil menyimak yang lainnya berkemas.

"Bawa saja. Dia bahkan lebih menguntungkan dibanding Seungmin," cibir Changbin.

"Apa? Tapi dia--" Kalimat protes Minho terhenti kala melihat Yeeun menaikkan pistolnya dengan gerakan mengancam. "Baiklah-baiklah, kau ikut."

Yeeun terkekeh. "Dasar pecundang."

🍂🍂🍂

"Lee Felix bajingan, kenapa kau lama sekali ha?!" Jisung bersungut-sungut sambil bercekak pinggang.

Pasalnya Felix masih saja berdiri sambil menopang dagu didepan tumpukan buku kegemarannya. Tadi dia nyaris ingin membawa sekitar belasan buku bersamanya. Tapi Chan bilang pilih satu saja. Dan Felix tidak punya pilihan lain selain menurut.

"Diam kau. Ini pilihan terberat dalam hidupku," ujar Felix masih sangat fokus.

Jisung bergerak gelisah. Dia tau benar Changbin tidak akan segan meninggalkan mereka jika memang menghambat. Changbin tidak punya belas kasih.

Karena tidak tahan, Jisung menarik Felix yang baru memegang sebuah buku.

"Changbin sudah menyalakan mesin mobil dasar bedebah!"

Mereka berlari kemudian kearah luar. Felix memandangi sekeliling perpustakaan sembari berlari.

"So many book, so little time."

alive [✓]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum