Galen Fahnrio √ ²

Comenzar desde el principio
                                    

Serentak ucapan ngawur dari Dita tersebut mendapat sorakan dari teman-teman sekelas Dita. Dan cewek itu hanya membalas dengan hendikkan bahu.

"Diam kamu, Dita. Siapa yang suruh kamu bicara?!"

"Lah? Tadi kan bapak nanya, gimana sih? Labil banget jadi orang!"

"DITA!"

Dita langsung mengembuskan napas pelan. Memang benar kata orang, guru itu selalu benar, dan murid selalu salah. Jika guru salah, kembali ke opsi pertama.

"Hari ini bapak mau beri tahu kalau kalian akan mendapat teman baru dari Manhattan."

Kelas yang hening, langsung menjadi heboh kembali. Mungkin jika murid barunya masih satu wilayah Indonesia, mereka akan biasa saja. Tapi ini berasal dari luar negeri, ditambah asalnya dari daratan Amerika. Mereka terheran mengapa murid baru itu pindah kesini, padahal dari segi pendidikan-Manhattan jauh melebihi Indonesia.

"Beneran, pak? Nggak bohong kan?"

"Tidak ada untungnya bapak berbohong." Jawab Pak Karim sebelum melihat ke arah pintu luar. "Ayo masuk!"

Serentak semua pasang mata langsung memusatkan perhatian ke arah pintu masuk.

Satu detik, dua detik, masih tak ada seorang pun.

Hingga akhirnya seorang laki-laki memasuki kelas dengan bertumpu pada kursi roda yang dia jalankan. Matanya menatap lurus ke depan bersamaan dengan aura dingin yang langsung memenuhi ruang kelas.

"Anjir! Itu orang bukan? Ganteng amat!"

"Demi apa itukan jodoh gue!"

"Tapi kok cacat?"

Dita sendiri hanya bisa ternganga melihat kalau ternyata teman baru di kelasnya itu adalah cowok yang berhasil membuatnya mimisan.

"Ya Allah, ganteng banget Ya Allah!" Adara memegangi dadanya dan sebelah tangannya lagi memegang bahu Dita.

Seluruh penghuni kelas baik cewek maupun cowok di kelas itu sama-sama terpukau akan paras tampan murid baru itu. Salah satu diantaranya bahkan langsung memfotonya untuk dimasukkan ke sosial media. Dan dalam sepersekian detik, kabar itu menjadi trending topic di sekolah.

"Ayo perkenalkan diri kamu." Pak Karim tersenyum sambil mempersilahkan murid baru itu untuk pertama kali.

"Galen Fahnrio."

Singkat. Padat. Jelas. Tanpa embel-embel apapun.

Dita mengangkat sebelah alisnya, merasa tertarik akan cowok bernama Galen ini. Sikapnya yang dingin menjadi daya tarik tersendiri, terlepas dari kursi roda yang cowok itu gunakan. Dita yakin jika Galen tidak cacat, dia akan menjadi gambaran dari kata 'sempurna'.

"Galen, kamu bisa duduk di sana!" Pak Karim menunjuk meja kosong tanpa kursi di belakang dekat dengan meja Dita dan Adara.

Tanpa berkata sepatah katapun, Galen menjalankan kursi rodanya menuju meja yang ditunjuk Pak Karim. Tatapan matanya tajam ke depan tanpa memedulikan pandangan memuja dari para gadis di sekitarnya.

"Anjir! Pindah tempat, Dar! Pindah tempat!" Dita menarik lengan Adara untuk bertukar tempat dengannya. Dan Adara hanya bisa menurut walaupun terpaksa.

Belum cukup sampai disitu, Dita menarik kursinya untuk sejajar dengan Galen dan langsung duduk tepat di sebelah Galen. Cewek itu bisa mencium wangi kekayuan yang menyegarkan dari tubuh laki-laki itu.

Sebenarnya terbersit rasa takut di hati Dita saat melihat Galen, tapi ia menepis rasa takut itu. Ia mengulas senyum manis dan menatap wajah Galen dari samping.

"Hai, nama gue Lilis Pramudita. Panggil aja Dita. Nama lo Galen kan?"

Tapi Galen tetap bergeming di tempatnya. Cowok itu sama sekali tak menggubris Dita.

Dita sendiri semakin melebarkan senyumannya walaupun ia sedikit tersinggung karena sepertinya Galen tidak terpikat oleh wajah cantiknya. Tapi itu tidak menjadi masalah karena ini membuat Dita menjadi semakin tertantang untuk menaklukkan cowok itu.

"Eh Galen, lo ganteng banget sih? Mau nggak jadi pacar gue?" tembak Dita langsung.

Reaksi Galen masih sama. Cowok itu seperti patung dengan tidak bergerak sama sekali. Dan hal itu membuat Dita semakin penasaran.

"Ok, diem berarti iya. Jadi sekarang lo adalah pacar gue."

Kali ini Galen menoleh dan mata elangnya langsung menghunus tajam kepada Dita dan membuat cewek tanpa sadar bergidik ngeri. Tapi di sisi lain, Dita merasa bersyukur karena wajah Galen yang semakin bertambah tampan dari jarak dekat.

"Pergi."

Suara berat itu terdengar sangat sexy di telinga Dita yang mampu membuat darahnya berdesir. Apalagi pelafalan Bahasa Indonesia dengan logat Bule yang sama sekali tidak terdengar aneh, malah terdengar keren.

"Enggak bisa dong. Gue kan mulai sekarang duduk sebelah lo! Lagian masa' lo tega banget ngusir pacar sendiri!"

Galen masih menatap dingin Dita. "Pergi."

"Nggak! Gue nggak mau!" Dita masih kekeuh di tempat walaupun Galen mengusirnya.

"Pergi."

"Nggak! Gue--"

Bruk!

Semua pasang mata langsung mengalihkan perhatian ke arah Dita yang terjungkal ke lantai bersama kursinya.

"GALEN! KOK LO DORONG GUE SIH?!"

---------------------------------------
Tbc.

Jangan lupa bagikan cerita ini ke temenmu yup! Biar jadi rame 😁😁

Papay 🐣

Frozen's LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora