• Prolog

484 55 25
                                    

Entah dalam ruangan atau sebuah tempat terbuka. Hanya satu yang pasti, tempat ini gelap. Tidak ada apa pun yang dapat terlihat. Hawa dingin seakan menusuk mencapai tulang rusuk. Sekujur tubuhku telah berkeringat. Bahkan suara detakan jantung bagaikan sampai di telingaku. Rasa ketakutan ini menekan pikiran dan membuat sakit kepala. Aku benar-benar ingin teriak minta tolong sekarang. Tapi ... suara ini tertahan oleh sesuatu yang mencekik. Napasku pun mulai sulit.

"Stttt!" bisik seseorang dengan sangat lembut, hampir tidak terdengar. "Di belakangmu," lanjutnya.

Bersikeras aku berpura-pura tak mendengar dan mengabaikannya. Anggap saja hanya halusinasi. Sayangnya suara itu semakin jelas dan mendekat sampai berada persis di belakangku. Siapa pun itu, aku benar-benar punya firasat tidak enak.

Tidak!

Kali ini apa lagi? Sesuatu yang terasa menjerat masih belum hilang dan sekarang punggungku dipegang. Sontak aku ingin menjerit atas rasa sakit yang sampai hingga di jantung. Rasanya seperti diremas. Namun, tetap saja suaraku tak keluar satu kata pun.

Jika ini hanyalah mimpi, kumohon bangunlah. Aku sudah tidak sanggup lagi. Kalau bukan? Tamat riwayatku di sini.

Bersambung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bersambung ....

Aku Melihatmu | sudah terbit | Perbaikan (new) Where stories live. Discover now