Chapter 2: Memorable Scent

134 19 1
                                    

The banner cover on this chapter was made officially by myself. Please don't steal or repost it without my permission.

So how were your day's detectives?

Enjoying your life so far?

I'm glad if you did, so let's move to the next deductions, shall we? So we can close this case as soon as possible.

Please, be careful, detectives.

---

C H A P T E R T W O: Memorable Scent

---

It was a mistake... this power, have never been any of help.

---

Di malam sunyi itu, setiap detik terasa begitu mencekam. Bahkan cahaya bulan yang sebenarnya bersahabat, terlihat begitu menakutkan. Tidak lagi terasa seperti bersinar untuk keindahan.

Namun penuh dengan terror.

Sebuah insan kini sedang mencoba mencari tempat persembunyian. Sial, dirinya memang tidak pantas untuk kabur dari kediaman menakutkan itu. Lagi dan lagi ia bersua dengan seorang pria berambut putih panjang yang diikat satu. Pria yang kelihatannya berasal dari negara barat. Darah kebaratan yang mengalir pada uratnya itu membuat wajahnya memiliki paras keras, kuat dan gagah.

Seandainya detik ini merupakan moment yang tidak merenggut nyawa, pria itu sudah berhasil menjatuhkan setiap hati wanita yang memandangnya. Pakaian seragam formal dengan nuansa Inggris berkelas atas membuat sosoknya semakin terlihat tegas. Pada pinggangnya tersematkan sebilah pedang tipis nan tajam.

Ia seharusnya bukanlah sosok yang patut ditakuti melalui penampilannya. Tetapi, situasi mengubah segalanya. Pria itu menjadi sosok yang menakutkan.

Pria yang baru saja ditakutinya, kini tengah berjalan-jalan. Menikmati semilir angin menerpa kulitnya yang pucat pasi. Seulas senyum yang tidak wajar terbubuh pada wajahnya, membuat segala keanggunan maupun ketampanannya itu berkurang, berubah menjadi sesuatu yang intimidasi.

Gadis berambut coklat sebahu mencoba melihat dari ekor matanya. Seolah pendengarannya menjadi lebih tajam 100 kali lipat, matanyapun seolah menembus tembok-tembok yang menyembunyikan badan mungilnya. Mendengar sepasang langkah kaki terus menerus melangkah, dengan sangat perlahan.

Setiap detiknya terasa begitu lama, seolah seabad tidak berlalu. Jantungnya berdegup semakin kencang memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk.

Setelah itu yang ia tahu, ia menutup matanya rapat-rapat. Hatinya berdoa dengan sangat khusyuk, berharap kali ini ia terbebaskan dan semoga saja ia terselamatkan seutuhnya. Jika seutuhnya berlebihan, mungkin ia hanya berharap nyawanya diberi kesempatan.

Shack..

Shack... shack...

... shack ... shack ....

Jika pendengarannya tidak salah, langkah kaki itu semakin menjauh. Jantungnya merespon berdetak semakin stabil, sepasang mata ungu magenta kini kembali melihat kakinya di atas rerumputan. Sepasang sepatu bersol tinggi hitam dengan pita terikat rapi.

Bola mata itu kini bergerak ke arah kanan, menajamkan pendengaran.

Tidak ada suara lagi.

Saat itu pula dirinya kembali rileks, matanya berubah sayu sedikit. Merasa sangat letih, namun ia berterima kasih dalam hatinya.

Setelah itu, ia melihat sesuatu bergerak cepat, jauh di hadapannya.

Siluet.

Oh tidak!

Yang berjaga di sini ada dua kepala? Yang benar saja.

Ia menggelengkan kepala, mencoba menghilangkan segala pikiran buruk. Tangannya yang dilapisi sarung tangan berenda mendekatkan sebuah botol kaca cantik berisikan liquid. Tangan kanannya memegang sebuah balon yang terhubung pada botol kaca tersebut, tangan lainnya menahan berat botol kaca dari pantat botol kaca tersebut.

Kemudian ia menyemprotkannya pada samping lehernya dan beberapa bagian lainnya, seperti pergelangan tangan. Merasa mencium harum kesukaan akan membuatnya lebih tenang, ia mendekatkan pergelangan tangan, dan mengendusnya dengan halus.

Matanya penuh dengan resolusi. Begitu yakin, bahwa ia harus selamat dan mengejar siluet itu. Ia merasa, yang ia lihat barusan bukanlah seseorang yang berbahaya.

Itulah apa yang dikatakan hati kecilnya, memerintahkan otak berlari tanpa suara ke arah siluet itu bergerak.

Apakah itu keputusan yang tepat?

Bukankah ia justru membuat dirinya sendiri terjebak dalam bahaya?

Ia membuang napasnya pelan, kemudian kembali mengambilnya dalam-dalam.

"Calm down Vera. Chin up, back straight. If you face the danger, you just have to stay calm and composed."

Everything will be alright, Vera Nair.

Just remember this very moment, and you will be okay.

When that silhouette turns to be something dangerous, just strike him on the head with your heels, and run to a safe place.

But then again, it might be another survivor.

Beberapa kali ia berdebat dengan dirinya sendiri, memilih untuk mengikuti siluet itu atau tidak. Pilihan yang aman adalah, ia lari ke arah lain tanpa berpapasan siapapun dan fokus dengan mesin decoding.

Ia mengangguk kepada dirinya sendiri, merasa keputusan dalam berjaga-jaga adalah hal yang terbaik.

Dengan begitu, wanita cantik anggun itu melangkahkan kakinya dengan cepat. Menuju suatu tempat yang ia bahkan tidak tahu dimana, kini ia hanya mempercayai apa yang dikatakan hati kecilnya.

LIVE - IDENTITY V FANFICTION [INA] (On-Hold)Where stories live. Discover now