BAB 05 SAKIT

44.5K 5.5K 160
                                    

"Key kamu sakit? Kok wajah pucat banget?"

Suara itu membuat Caca menggelengkan kepala. Tapi dia memang sejak bangun pagi tadi merasa sedikit pusing. Makanya saat berangkat tadi dia memakai jaket dobel karena tubuhnya terasa tidak sehat. Sekarang pun dia merasa sangat lemas sebenarnya.

"Enggak bang." Caca menggelengkan kepalanya. Hari ini padahal dia harus membantu Rendi untuk mengambil foto model-model yang harus menjadi cover majalah tempat mereka bekerja. Tapi memang sepertinya dia tidak enak badan. Diusapnya matanya dan kini mulai menegakkan diri lagi.

"Udah, kamu pulang aja. Takut nanti malah pingsan di sini. Wajah udah kayak kertas gitu."

Ucapan Rendi membuat Caca mengerucutkan bibirnya. Tapi akhirnya dia menganggukkan kepala.

"Abang gak apa-apa nih?"

Caca menatap studio yang akan digunakan untuk mengambil foto. Dia merasa bersalah dengan Rendi kalau pulang awal. Tapi Rendi kini tersenyum dan menatap Caca.

"Cuma moto ini, di dalam ruangan. Bisa sendiri Ca, besok deh kalau outdoor aku pasti butuh bantuan kamu. Udah gih sana pulang, tidur biar gak kecapekan lagi."

Ucapan Rendi akhirnya membuat Caca tersenyum dan mengacungkan jempolnya. Rendi selalu baik kepadanya. Selalu sopan terhadapnya dan tidak pernah melewati batas. Jadi Caca kemarin saat ayahnya menegur tentang Rendi dia tidak begitu setuju.

****

"Kak masa Cuma jemput Caca gak bisa? Pusing nih kak, males pesen taksi. Nanti kalau Caca pingsan di dalam taksi gimana?"

"Kakak lagi di Bandung Ca, ya gak bisa jemput kamu sekarang. Ehm bentar.."

"Tapi kak.."

Caca langsung menatap ponselnya yang tiba-tiba sambungan telepon ke kakaknya, Alvin langsung terputus. Dia menatap kesal ponselnya. Saat keluar dari kantor tadi sebenarnya Caca ingin naik angkot saja ke rumahnya. Tapi hujan tiba-tiba turun deras dan dia belum melangkah dari lobi kantor. Biasanya kakaknya juga yang bertugas antar jemput dia selama ini.

Caca baru saja beranjak dari sofa yang ada di lobi dan akan keluar dari kantornya saat suara teleponnya bordering lagi. Caca langsung menjawab panggilan itu.

"Halo?"
"Ca ini Kenan, kamu dimana sih? Ini mobilku sudah ada di depan kantor kamu."

Mendengar ucapan Kenan itu tentu saja Caca langsung bergegas keluar. Hujan masih begitu deras mengguyur.

"Mbak Caca mau pulang?"

Tejo salah satu security yang bertugas di depan menyapanya.

"Iya mas.. mari.."

Caca menganggukkan kepala dan tersenyum ramah. "Hati-hati loh mbak Ca, hujan."

Caca hanya tersenyum mendapatkan perhatian dari Tejo. Dia langsung mengedarkan pandangannya dan melihat Kenan sudah keluar dari mobil Honda warna merah itu. Mobil Kenan sepertinya kemarin bukan itu, pikir Caca.

"Ca ayuk."

Kenan sudah membukakan pintu. Otomatis Caca segera bergegas melangkah ke arah Kenan karena tak mau hujan mengguyur tubuhnya. Setelah sampai di dalam mobil, Caca melihat Kenan langsung berlari menghindari hujan dan masuk ke balik kemudi.

"Kamu sakit?" Kenan menoleh sebentar ke arahnya sebelum menyalakan mobil dan melaju meninggalkan kantor. Caca hanya menganggukkan kepala.

"Pasti ditelpon Kak Alvin ya?"

Kenan kini mengibaskan rambutnya yang basah. Kemeja yang dipakai Kenan juga sedikit basah karena terkena air hujan. Membuat Caca merasa bersalah.

"Iya. Aku lagi ada di sekitar sini."

MAS, RASA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang