Lain

26 3 4
                                    

Karena cobaan itu akan datang kepada siapa saja. Tidak memandang umur , laki-laki ataupun perempuan semuanya sama saja

Kembali menjalani rutinitas seperti biasanya. Walaupun aku dengan Fajar masih sering berhubungan lewat WhatsApp tetapi aku belum bisa mengubur kecewaku terhadapnya.

Rasa sayangku untuk Fajar masih ada tersisa walaupun aku harus merasakan yang namanya kecewa. Hubunganku dengan Fajar sudah lama. Kita tau kebiasaan masing-masing dari hal yang sepele sampai yang besarpun.

Fajar💙
Aku jemput ya nanti. Sekalian kita jalan

Me
Kemana?

Fajar💙
Terserah kamu. Nonton yu atau mau belanja . Makan?

Me
Semuanya aja

Fajar💙
Siap bu bos. See you😘

Me
Ok😌

Setelah chat bersama Fajar selesai, akupun mempersiapkan diri. Ya walaupun masih enggan bertemu, tapi apa salahnya juga kan?

•~•

Sesuai dengan janjinya, Fajar menjemputku dirumah walaupun dia hanya menunggu di parkiran setidaknya dia masih mau menginjakkan kaki dirumahku.

"Kemana?" Fajar memulai obrolan

"Terserah. Tapi PVJ aja deh yang deket."

"Ok."

Hening . Itulah situasi setelah obrolan menanyakan tempat tujuan. Biasanya kalo kita jalan aku maupun Fajar berceloteh sesuai dengan keinginan masing-masing. Namun kali ini? Situasi yang sangat awkwardness.

Setelah sampai di tempat tujuan , dia memulai bicara lagi dengan menanyakan mau apa dulu

"Nonton dulu aja." Kataku

"Ok. Nonton apa?"

"Terserah."

Entah kenapa nonton kali ini sangat monoton . Aku gak ngikutin setiap adegan per adegan yang bisa di ceritakan kepada sahabatku. Tapi pikiranku entah melayang kemana. Menjadi tidak fokus. Aku hanya diam sepanjang film di putar.

Anehnya Fajar tidak menanyakan apapun dari keanehan aku.

Selesai film diputar, aku beranjak keluar bioskop bersama Fajar untuk mencari makan.

Setelah kita dapat tempat untuk makan, Fajar memesan makanan untuknya dan untukku.
Selama menunggu pesanan datang dia mencoba mencairkan suasana.

"Kamu baik-baik aja kan?"

"Ya. Seperti yang kamu lihat."

"Tapi yang aku lihat kamu sedang tidak baik baik saja Popi."

"Entahlah."

"Kenapa jadi kaya dulu lagi sih?"

"Kemana kamu yang selalu bawel,cerewet ngomel ngomel ga jelas ke aku?"

"........"

"Yang? Aku tau kamu kecewa sama aku,sama keluarga ku. Tapi kita berusaha buat perbaiki semuanya. Ya?"

"Apa yang perlu diperbaiki? Orangtua kamu udah nutup gak ada celah buat aku masuk."

"Kita coba perlahan yah. Aku lagi berusaha ini sama ayah. Kamu janji harus bisa berjuang sama aku. Aku mohon."

"Aku gabisa janji apa apa sama kamu bang. Karena kedepannya kita gak akan tau akan seperti apa."

Di sela-sela obrolan kami untuk memperbaiki semuanya,

"Mas Fajar!"

Aku refleks menoleh kearah sumber suara begitupun dengan Fajar.
Aku mengerutkan kening. Siapa dia? Kenapa bisa kenal sama Fajar? Dari kapan? Fajar gak ada cerita apa-apa soal dia.

"Siapa ya?" Fajar berbicara

"Aku Shania Mas." Dengan senyuman yang hmmmmm

"Shania siapa?"

"Oh memangnya ayah mas Fajar belum cerita yah?"

"Soal?"

Aku hanya diam sembari mendengarkan mereka mengobrol.

"Perjodohan aku sama mas Fajar."

Dia lantang sekali berbicara seperti itu. Aku? Bergemuruh sesak.

"Tapi saya gak kenal kamu." Telak Fajar

"Sebenernya saya sudah tau soal perjodohan ini dari tahun lalu. Saya juga sering melihat mas Fajar pergi sama dia. Tapi aku diem. Belum berani menyapa."

"Lalu, sekarang?"

"Karena ayah mas Fajar sudah memberitahu saya, kalo mas Fajar sama mbak nya udah gak ada hubungan lagi. Jadi saya disuruh untuk menemui mas Fajar."

Apa-apaan ini? Kenapa harus disini? Dia lancar sekali berbicara tanpa memikirkan ada aku disini. Kalo dia ada di posisi aku bakalan seperti apa?

"Kenapa kamu mau?" Fajar bertanya lagi

"Karena saya tidak ingin mengecewakan orangtua saya dan orangtua mas Fajar."

Klise sekali alasannya. Kalo emang ga tertarik dan gamau kan bisa bicara baik-baik menolak perjodohan itu. What the???? Hatiku terus mengomel. Ingin sekali rasanya aku berbicara. Tapi apalah dayaku. Seperti orang yang dihakimi dan tertindas.;((

"Kamu kesini sengaja buat nemuin saya?" Kata Fajar

"Enggak juga sih. Tapi ayah mas Fajar kasih tau saya kalo mas lagi jalan sama mantan mas."

"Dia belum jadi mantan saya. Ingat itu."

"Loh kok? Kata ayah mas Fajar memang kenyataannya seperti itu kok."

"Karena aku sama Fajar belum putus mbak Shania yang terhormat." Akhirnya alu bersuara setelah aku ngedumel daritadi.

"Kalo mbak mau berbicara lanjut sama mas Fajar, entah itu perkenalan ataupun semacamnya mangga saya pergi." Tersenyum palsu
"Assalamualaikum." Aku mengucap salam lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Nyatanya kondisi aku tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. Setelah meninggalkan mereka, seperti ada yang menusuk hatiku. Sakit

Airmata yang tadinya ditahan pun, akhirnya turun juga. Sekuat benteng pertahanan dijaga pun pasti akan roboh pada akhirnya.

~•

Don't forget yahhh kritik dan saran ditunggu mweheheh

Maafkeun aku penulis amatiran yang mau menulis maksa;'))))

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Of My LifeWhere stories live. Discover now