Masih dengan mencondongkan tubuhnya, Jungkook memajukan buah manggis di genggamannya. "Mau ga?"

"Ya mau sih, tapi manis ga?"

"Ga tau, kan belum gue makan cuma gue bukain doang." Kemudian Jungkook tertawa.

Taehyung menepuk jidatnya. Inginnya sih menepuk jidat kakak senior di depannya dengan buah manggis yang dibiarkan tergeletak di lantai begitu saja dan mungkin akan raib di perut Jimin sebentar lagi.

"Mau ga?" tawar Jungkook lagi dan diangguki oleh Taehyung. "Bentar!" katanya mencegah Taehyung saat akan mengambil buah manggis di tangannya. "Mau yang isi berapa? 4, 5, 6 atau 7?"

"Kalau yang isi 2 ada ga kak?"

"2 anak lebih baik kan?"

"Dih!" Dan dengan cepat Taehyung menyambar manggis di telapak tangan Jungkook. Namun dia justru mengikuti Jungkook yang melihat ukirannya lebih dulu. "Ah ini 6."

"Coba buka, bener ga isinya ada 6."

Kemudian Taehyung membukanya dan menghitungnya bersama dengan Jungkook. Mulut mereka bersamaan mengucapkan kekaguman saat ukiran dan isinya sama persis. "Woaaaaa."

"Kaya anak kecil aja!" Cibir Jimin, masih asyik dengan manggis yang ntah sudah berapa banyak dia makan.

"Kak Akas," Taehyung menyodorkan belahan manggisnya kepada Jungkook dan segera diterima.

Mereka bertiga makan manggis dengan tenang. Membukanya lagi dengan menghitung ukirannya lebih dulu. Sepertinya akan jadi kebiasaan nanti.

"Kak, bijinya bisa ditelen enggak sih?"

"Uhuk!"

Jungkook segera mengambil botol minumnya dan menenggaknya dengan rakus.

"Jadi bisa di makan kak?"

Hampir saja Jungkook menyemburkan air minumnya kalau tidak dia telan lebih dulu.

"Gini ya ay, lu kalau makan manggis di telen ga bijinya?"

"Gue makan yang tanpa biji. Males ah lepeh-lepeh gitu."

"Ya udah ngapain tanya. Lagian lu makan biji manggis ya sama kaya makan biji salak. Untung aja itu tadi enggak gede."

"Terus kalau ke makan bijinya bakal tumbuh di dalam perut gitu?"

"Astaga!" Jungkook tertawa, tidak habis pikir dengan Taehyung. "Eh Raka, ntar pas lu sampe kosan tanyain Dika, mahar apa yang harus gue sediain buat adiknya."

Raka mengacungkan kedua jempolnya kepada Jungkook. "Siap bosku."

Sedangkan Taehyung acuh saja dan memilih menghabiskan manggis yang tersisa. Sebab dia yakin kalau dia membalas nanti urusan akan makin panjang.

"Woi, Akas! Udah siang nih. Cepetan!"

Jungkook mengacungkan jempol kepada Mingyu yang tadi menyuruhnya untuk memulai acara hari ini.

"Habisin aja manggisnya!"

Kemudian Jungkook berjalan dan berdiri di depan dengan memegang sebuah kertas dan pulpen. Anak-anak yang lain tanpa terkecuali mau tidak mau pun memperhatikan Jungkook.

Setelah dia menyampaikan beberapa kalimat sebagai pembuka, dia pun melanjutkan dengan membacakan pembagian kelompok -selama magang- untuk para maba yang mendaftar di UKM fotografi.

"Ok, sekarang saya akan umumkan kelompok kalian beserta seorang pendamping. Nanti kalian bisa langsung bergabung dengan kelompok kalian untuk berkenalan. Hari ini kita hanya akan lebih dekat dengan yang lain-" suara Jungkook terdengar keras dan lantang.

"Kelompok pertama dengan pembimbing saya sendiri, satu....lima, Raka Jimin. kelompok kedua...."

"Denger ga tuh Dan, gue masuk kelompoknya kak Akas." kata Jimin sambil menyikut lengan Taehyung yang hanya di diami saja.

Taehyung terus saja mendengarkan. Kenapa namanya belum juga disebut? Apa Jungkook lupa?

"Kelompok sepuluh, ......... tujuh, Radhika Taehyung Aydan."

Akhirnya Taehyung bisa bernafas lega bahkan benar-benar lega karena tidak satu kelompok dengan Jungkook. Dia pun mencari kelompoknya. Di sana juga sudah ada seorang senior yang ditunjuk sebagai pembimbing kelompok sepuluh.

"Eh?"

Setelahnya Taehyung kabur dari sana dan menghampiri Jimin. Dia menarik Jimin agar menjauh dari kelompok Jungkook.

"Ada apaan?"

"Ka, tukeran kelompok yuk? Ya, ya, please?" Mohon Taehyung kali ini. Tidak peduli jika dia harus selalu bertemu dengan Jungkook. Tapi dia tidak ingin berada di kelompok itu.

"Beneran mau tukeran?" tanya Raka untuk meyakinkan. Dia sih tidak masalah mau masuk kelompok manapun.

Taehyung mengangguk dengan cepat. "Tukeran ya please, gapapa gue sama kak Akas kok."

"Yaudah ayo, kita ngomong ke kak Akas."

Mereka pun menghampiri Jungkook yang masih berdiri di samping meja depan, tengah menulis.

"Kak Akas," panggil Jimin yang membuat Jungkook menoleh.  "Boleh tukeran kelompok ga?"

Taehyung menepuk jidatnya. Kenapa Jimin ini selalu to the point seperti itu sih. Kan dia yang malu.

Jungkook menatap kedua cowok di depannya bergantian. "Siapa yang mau tukeran?"

Jimin menyikut lengan Taehyung agar dia bicara dan mendapat tatapan tajam setelahnya.

"Saya kak, boleh saya di kelompok kak Akas aja?"

"Kenapa dengan kelompok kamu yang sebelumnya?"

"Em, itu, kak-"

"Ya sudah. Kamu masuk kelompok saya." Lantas Jungkook mencoret nama Taehyung di kelompok sepuluh dan menambahkan nama Taehyung ke kelompoknya.

"Eh beneran kak? Berarti saya tukeran sama Raka dong?"

"Engga kok. Kalian satu kelompok."

"Loh?"

"Satu kelompok isinya 6 orang." jelas Jungkook sambil mengarahkan kertas pembagian kelompok ke wajah Taehyung lalu menurunkannya lagi. "Jadi, ayo kita lebih dekat sayang!"

Mata Taehyung melotot mendengarnya dan mendengus kesal saat melihat Jungkook pergi untuk menghampiri kelompoknya. Sedangkan Jimin cekikikan di sebelahnya.

"Pinter banget si kakak ganteng manfaatin kelemahan lu." kata Jimin sambil menepuk-nepuk pundak Taehyung. "Ayo, gue anterin ke kakak ganteng."

"Makan nih ganteng!" Dengan begitu Taehyung memberikan tempeleng ke arah Jimin dan berjalan sambil menghentakkan kaki menghampiri kelompok Jungkook.

Jungkook hanya bisa tertawa gemas melihatnya. Padahal pembimbing kelompok Taehyung, Mark, tidak se-menyeramkan itu.

Ya, tentu Jungkook tahu kalau Taehyung parno dengan orang-orang yang menurutnya menyeramkan, galak atau yang kelihatan suram seperti tidak bersemangat hidup. Ntahlah apa alasannya tapi Namjoon yang bilang begitu. Setidaknya satu kardus mie saat itu tidaklah sia-sia.

(s)ay...ang || KookVWhere stories live. Discover now