Waktunya

727 25 1
                                    

Sebulan sudah lewat, usia kandungan Fariza saatnya hanya tinggal menghitung hari. Ia cuti dari Jadwal kuliahnya, bahkan sang suami juga ikut cuti dikarenakan berjaga-jaga untuk sang istri.

"Iza, sebaiknya kamu istirahat saja, biar mas yang masakkan"
Iza tersenyum melihat sang suami yang gelisah memandang sang istri memasak.
Iza duduk menatap sang suami yang gigih memasak.
"Masya Allah, Iza masih merasa bermimpi, ada pria tampan yang bersama dengan Iza"
"Hmm, Mas juga tidak menyangka, sudah mendapatkan Istri seperti bidadari"
Mereka tertawa kecil karena sikap mereka yang saling bercanda, menghilangkat rasa hening dan menciptakan kehangatan.

"nak, Umi ingin sekali melihat kamu hadir di dalam keluarga, tapi Umi akan tetap sabar menunggu mu"
"Abi juga sabar menunggu mu nak, sehat selalu di dalam sana, dan Iza juga sehat selalu agar kuat melahirkan anak kita"
Sambil meraba perut sang istri, sambil tersenyum gemas melihat sang istri yang masih saja terlihat manis.

Fariza yang merasa bosan, mengajak Haryaka berjalan-jalan ke taman kota. Awalnya sang suami merasa khawatir dengan usia kandungan yang sudah mulai waktunya, tetapi tidak baik juga seorang ibu hamil hanya diam saja dirumah tanpa bergerak.
Jadi Haryaka mengiyakan kemauan sang istri, mereka berjalan-jalan melihat pemandangan. Dan beristirahat didekat taman. Fariza melihat sebuah keluarga kecil yang bahagia di tengah taman.
Hatinya merasa tenang dan berharap akan menjadi keluarga yang hangat seperti apa yang dia lihat sekarang.
Tak sengaja Fariza bertemu denga Irma dan Jaka di taman, mereka juga sedang berjalan-jalan menikmati pemandangan tama berdua.

"Masya allah, Iza masih kuat saja dengan usia kandunga mu ini."
"Alhamdulillah, aku masih bisa diberikan kekuatan untuk membawa dede bayi" smbil tersenyum.
Kedua lelaki tersebut membiarka Istri mereka berbincang berdua, mereka pergi untuk membelikan cemilan untuk sang istri.

"alhamdulillah adem ngeliat Irma mengenakan baju Syari"
"alhamdulillah aku dapat hidayah setelah menikah dengan Jaka, Dia membimbingku dengan sabar." mereka sama-sama tersenyum.
"Ir, kapan Irma berniat memiliki momongan."
"Insyaallah secepatnya Za"

Tidak lama Haryaka dan Jaka kembali membawa cemilan, mereka pun pulang kerumah masing-masing.
"Mas, Iza rindu Mama dan Ayah, sudah lama tidak bertemu"
"Insyaallah kita berkunjung ke rumah Mama dan Ayah ya sayang"
Fariza tersenyum.
Sesampainya dirumah terasa aneh dirumah mereka, ada mobil yang perkir didepan rumah mereka.
Setelah mereka perhatikan ternyata Mama Fariza dan Ayahnya datang, sangat kebetulan sekali dengan keinginan Fariza.
"Anak Mama yang cantik sudah pulang. Dari mana sayang, mengapa keluar sedangkan usia kandungan mu sudah mulai menghitung hari"
"Mama, mengapa tidak bilang pada Iza kalau ingin datang, baru saja Iza merindukan Mama dan Ayah" sambil memeluk sang mama tercinta.
Haryaka menyalami mertuanya dengan sopan.
"Gimana kabar mu nak?" menanyai kabar sang menantu.
"Alhamdulillah, sehat ma. Berkah untuk Menjaga Fariza"
Mereka semua tersenyum bahagia.

"Mama Iza sangat rindu mama, baru saja Iza minta kepada Mas Haryaka untuk berkunjung kerumah."
"Mama juga rindu kamu Za, makanya mama datang kesini"
Fariza dan mamanya asik berbincang sedangkan Haryaka dan sang ayah mertua juga asik berbincang untuk persiapan Fariza nanti.
Orang tua Fariza menginap.

Di tengah malam, Fariza merasakan ada yang aneh di perutnya, rasa sakit melanda tidak tertahan lagi. Dengan sigap Fariza membangunkan Haryaka.
Haryaka sontak terbangun, terkejut melihat sang istri merintih kesakitan. Haryaka sontak cepat membangunkan mertuanya dan mempersiapkan mobil.
Mereka lalu beranjak pergi ke Rumah sakit, sesampainya disana lalu cepat diperiksa oleh dokter kandungan.
Setelah 5 menit diperiksa sang dokter keluar dari ruangan.
Mereka berkumpul dengan harapan Fariza tidak kenapa-napa.
"Alhamdulillah, Fariza dengan kandungannya tidak kenapa-napa, rasa sakit di usia kandungannya memang sering terjadi, jadi untuk pencegahan terjadinya yang tidak kita inginkan, Fariza dirawat dirumah sakit hingga persalinannya nanti."
Keluarga Fariza lega mendengar berita tersebut, lalu segera menjenguk Fariza.

Pagi yang cerah, Fariza yang melihat arah jendela ingin sekali keluar.
"Mas, Iza ingin ketaman Rumah sakit"
Karena tidak tega melihat istrinya terus terbaring di kamar, lalu mengiyakan kemauan sang istri.
Menggunakan kursi roda yang telah disediakan Haryaka mendorong kursi itu sampai ketaman.
"Mas, Fariza ingin sekali cepat melihat anak kita."
"Aku juga begitu Za, Sayang kita doakan saja, Anak kita sehat"
"Iya mas"

Tidak lama seseorang wanita berbaju syari datang membawa buah-buahan bersama seorang lelaki.
"Assalamualaikum"
Salam yang ramah dari wanita tersebut.
"Waalaikumsalam" Jawab mereka, mereka berdua terheran kepada wanita tersebut, dan sontak terkejut dengan wanita itu.
Sasya yang membuat mereka menjadi pangling.
"Subahanallah, ini Sasya?"
Sasya tersenyum melihat reaksi kedua pasangan itu.
Sasya mendekat dan duduk menghadap Fariza.
"Za, Maafkan aku yang hampir merusak rumah tangga mu, dan terlalu jahat adamu, dan aku sangat berterima kasih. Karena perkataan mu membuatku kembali seperti aku yang dulu."
"Sya, didunia ini tidak ada orang yang tidak bisa berubah."
Mereka berdua menjadi teman yang baik.
"Sya, Itu siapa? Kalian datang berdua"
"Oh iya Iza, Kenalkan ini Raka kami sudah bertunangan."
"Masya Allah, semoga kalian berdua menjadi pasangan dunia dan akhirat, Amin"
"terima kasih Fariza, ya sudah Za Kami pulang ya, kami disini ingin menjenguk mu"
"iya, terima kasih ya sasya."
"Iya sama-sama Za, sehat selalu ya sama calon bayi nanti, kami pamit Assalamualaikum"
"Iya waalaikumsalam"

Dering handphon dari kampus, bahwa ada laporan mendadak yang harus diperiksa.
Haryaka meminta izin kepada sang istri, Fariza membolehkan karena masih ada orang tuanya yang menjaganya dirumah sakit, bahkan Irma dan Jaka juga ikut menjaga Fariza.
Haryaka bergegas pergi ke kampus.

Fariza merasa ada yang tidak enak, entah itu dalam dirinya, dan entah itu akan terjadi sesuatu.
"Za, kamu kenapa?"
"Tidak apa apa Irma, aku hanya merasa tidak enak"
"mksudmu? Kamu meras tidak sehat?"
"entahlah Irma, ku harap bukan sesuatu yang tidak diinginkan"
Fariza masih berfikir keras.

Tak terasa telah malam, Haryaka tak kunjung kembali ke Rumah sakit.
Fariza kembali merasakan sakit diperutnya, tak tertahankan ia langsung memanggil mamanya.
Mama nya sontak terkejut dan langsung memanggil perawat, ketikan perawat datang membawa sang Dokter, beliau menyuruh perawat membawa Fariza ke ruang persalinan.
Setelah mendengarnya, semua keluarga bergegas menghubungi Haryakan yang dari tadi tak kunjung datang.

Cuaca malam sangat buruk, hujan yang sangat lebat. Membuat mereka khawatir dengan Keadaan Haryaka, sekaligus menghawatirkan Fariza yang masih berjuang di ruang persalinan, tak lama datang Haryaka denga luka dan basah kuyub.
Irma, Jaka, Dan Ayah mertuanya terkejut melihat kondisi Haryaka.
"Ayah, Fariza dimana" dengan kondisi yang sedang kelelahan.
"Astagfirullah, Haryaka kamu kenapa?"
"nanti saya ceritakan, sekarang Fariza dulu"
Sang mertua lalu menunjukkan ke ruang persalinan.
Haryaka akhirnya sempat menemani sang istri.
Begitu lama Fariza berjuang, dan suara mungil pun terdengar. Tangisang yang begitu indah mulai menyelimuti seisi ruangan bahkan sampai keluar ruangan.
Gendongan yang berada ditangan sang dokter beralih ketangan seorang Imam. Suara Adzan dikumandangkan di telinga sang bayi, tangisan mulai mereda. Seluruh ruangan terheran, bahkan Fariza. Mama Fariza teringat sesuatu.
"Fariza telah mewarisi sifatnya kepada sang anak. Selamat datang Cucuku"
Setelah Adzan selesai, lalu berpindahlah gendongan ke sang Umi tercinta. Begitu nyaman pelukan sang umi sampai Si kecil terlelap.










Beribu maaf yang saya lontarkan kepada pembaca setia saya, dan beribu ucapan terima kasih juga karena masih mau suport dan menunggu part saya.

ADA CINTA DIBALIK CADARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang