Khilafku Terbalas

793 22 1
                                    

Dering hp berbunyi, Fariza yang sedang memasak bergegas mengangkat hp nya.
"Assalamualaikum Ir, ada apa ya"
"Izaaaaaaaa, aku mau menikaaaaaah"
"apa, dengan siapa? Kapan?" pertanyaan itu sontak membuat Haryaka terkejut.
Dan lekas mendekati sang istri yang sedang menelphon.
"ok Irma, aku dengan mas Haryaka akan datang, Waalaikumsalam"
"ada apa Za?"
"mas Irma, nanti siang mau lamaran mas."
"Alhamdulillah, mas ikut senang"
Mereka berdua tersenyum bahagia.

Setelah pekerjaan rumah selesai mereka bergegas pergi kerumah Irma, disana sudah banyak orang berkumpul, Fariza bergegas pergi kedapur untuk membantu dan Haryaka bergegas untuk menjadi saksi. Betapa terkejutnya Haryaka kepada lelaki yang sedang melamar Irma, ia tak menyangka Irma akan dilamar oleh Jaka.

Semua lamaran telah selesai, tinggal mempersiapkan acara mereka.
"Jaka kenapa kamu tidak bilang, kalau wanita yang ingin kau nikahi adalah Irma?" omel Fariza.
Jaka hanya tersenyum melihat omelan Fariza
"Jika aku memberi tahu, tidak akan terlihat mengejutkan, Irma saja tidak menyangka" Irma hanya tersenyum di rangkulan Jaka.
Mereka yang asik bercerita, mulai serius bembicarakan acara pernikahan yang akan dilaksanakan.

Semua kampus sudah tau bahwa Jaka dan Irma telah menikah, tinggal acara pesta pernikahan mereka, undang yang mereka bagika sedah tersebar dengan dibantu oleh Haryaka dan Fariza.
Dan tinggal satu undangan yang belum diberikan, yaitu Sasya.
Entah mengapa mereka belum membagikannya.

"Irma tinggal satu undang, untuk Sasya mengapa belum di berikan padanya?"
Fariza yang heran dengan Irma.
"ini yang buat Jaka, sebenarnya aku tidak mau memberikannya, tau kan kalau Sasya tidak suka pada mu, kalau dia datang acara ku akan di gagalkannya." oceh Irma
"eh, ga boleh gitu Irma, dia kan satu kampus juga, dengar ya seburuk apapun orang yang membenci kita, jika kita tetap memaafkan dia, pasti suatu saat dia akan baik ke kita" ucap Fariza dengan lembut.
"tapi Za, dia udah jahat pada mu?"
"sejahat apa pun dia, aku tetap memaafkannya"
"ya sudah, terserah kamu. Aku tidak ingin bertatapan dengannya, kamu saja yang berikan undangan itu padanya"
Ucap Irma dengan malas.
Undangan Sasya diberikan ke Fariza, ada rasa ragu dihati Fariza, yang masih takut atas perlakua Sasya kepadanya, tetapi ia tidak patah semangat, ia mengumpulkan semua keberaniannya.

Tidak lama ia melikat Sasya yang sedang asik duduk, namun anehnya pakaian yang ia kenakan berbeda, bajunya sedikit menghilangkan lekuk tubuh, meskipun masih belum mengenakan jilbab.
Fariza tetap memberanikan diri mendekatinya.
Saat itu Fariza tiba-tiba duduk di sebelah Sasya.

Sasya yang heran dengan Farisa yang mau duduk disebelahnya.
"Ada apa?" dengan tatapan sinis Sasya
"aku ingin memberikan undangan ini padamu"
"hmm, untuk apa aku bukan siapa-siapa kalian, sebaikny tidak usah diberikan kepada ku"
"aku tau kamu masih membenci ku, tapi kamu satu kampus dengan kami, teman kelas dengan kami, aku tetap akan memberikan undangan ini, terserah pada mu mau datang atau tidak, itu adalah hak mu, aku pergi dulu Assalamualaikum" Fariza yang yakin bahwa Sasya akan datang, berpamit dengan lembut.

Entah mengapa hati Sasya terasa sakit, entah itu bahagia atau kesal. Ia yang begitu nekat ingin menghancurkan rumah tangga Fariza, hilang seketika.

Sasya yang telah melupakan masa lalunya, menjadi merindukannya kembali. Rasa rindu Keluarga bahkan seorang adik, dan sosok Sasya yang begitu tertutup. Saat kembali ke rumah, seorang kakak sepupu yang mau menemaninya heran denga wajahnya bersibuh air mata, tanpa sepatah kata Sasya memeluk erat kakak nya dan melepaskan semua keluh kesah dihatinya.
Sang kakak hanya bisa membalas pelukannya, dan mengelus pundaknya, ia mengerti apa yang telah dirasakan adik sepupunya itu, lalu ia menyuruh sang adik untuk kembali kekamar dan mengganti baju.

Sasya yang menurut apa kata kakaknya benranjak ke kamar dengan  keadaan tubuh yang lemas, saat berada di kamar ia kembali menangis,  air mata yang tak tertahankan lagi ia keluarkan sebanyak-banyaknya.
Lalu ia melirik kesebuah lemari yang jarang ia buka, banyak barang-barang pernah ia abaikan. Ia menarik sebuah baju yang tergantuk memanjang kebawah, betapa indahnya baju yang mirip gaun yang tertutu sempurna.
Iya kembali mengingat sosok seorang ibu yang telah memberikan baju tersebut kepadanya.

"Sasya ayuk makan, kakak sudah buatkan makanan kesukaan mu"
Saat Sasya keluar dari kamarnya betapa terkejutnya sang kakak melihat sosok adik sepupunya yang begitu cantik bagaikan bidadari.
Tetesan air mata sang kakak mulai mengalir, perubahan sang adik yang tiba-tiba.
Sasya yang melihat kakaknya meneteskan air mata, langsung memeluk kakaknya.
"aku belum terlambat kan kak"
"tidak sayang, kamu belum terlambat"
"terima kasih kak, mau menjaga ku, menggantikan seorang ibu bagiku, aku benar-benar berterima kasih"
"iya sayang, kakak bertanggung jawab untuk mu, tante sudah menitipkan bidadarinya ke kakak."
Keponakan Sasya yang heran denga tante dan bundanya berpelukan sambil menangis, tanpa pikir panjang iya ikut berpelukan.

"aku akan kembali memulai kisah ku yang baru"







Untuk para pembaca, maafkan saya yang lama sekali update nya.
Saya benar-benar minta maaf.🙏😭

ADA CINTA DIBALIK CADARWhere stories live. Discover now