prolog

126K 6.8K 298
                                    

Menatap lembayung senja yang menghiasi langit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menatap lembayung senja yang menghiasi langit. Semburat kuningnya tampak bagus di lensa. Semilir angin sore berhembus, menerbangkan kelepak dedaunan. Memberikan alunan nada yang indah terdengar di telinga.

Seorang wanita sedang asyik dengan kamera SLRnya. Tampak serius membidik keindahan yang terpampang di depannya.

"Ca..dicariin juga."
Panggilan itu mengagetkannya. Membuat dia akhirnya menurunkan kameranya dan kini menatap kesal ke arah pria yang memanggilnya.

"Gangguin aja sih Kak Alvin ini, udah tahu Caca itu gak boleh diganggu kalau sedang kayak gini."

Mengerucutkan bibir dan menatap kesal sosok pria yang kini melangkah ke arahnya. Pria yang sangat mirip dengannya.

Yang membedakan postur tubuhnya yang tinggi menjulang itulah sebagai pembeda.

Sebuah tangan terulur ke pipinya dan mencubit dengan gemas, membuatnya mengaduh.

"Apaan sih Kak, kebiasaan deh. Ini pipi Caca udah gak kayak bakpao lagi."
Gerutuan itu disambut gelak tawa dari sang pria.

"Tetep aja chubby Ca. Mau digimanain juga. Mau senam wajah smpai kamu capek juga itu pipi tetep gembil. Uuhhh gemes."

Cubitan itu membuat wanita yang dipanggil Caca itu makin memberengut. Yang malah menampakkan semburat merah di pipinya yang putih.

"Ngeledek terus aja Kak. Gak Caca iringin pas nikah nanti..."

Alvin, pria itu tersenyum dan merangkul bahu Caca. Dua kakak beradik yang memang selalu bertengkar tapi kasih sayang mereka terpancar begitu jelas.

"Udah gak usah ngambek. Ada tamu tuh yang mau ketemu sama kamu."
Bisikan Alvin itu membuat Caca mengernyitkan kening. Dia mengalungkan kameranya di leher. Lalu membenarkan hijab warna oranye yang dipakainya senada dengan lembayung senja yang sudah mulai menghilang karena langit sudah berganti gelap.

Mereka melangkah menuju teras belakang rumah. Kebun halaman belakang rumah mereka ini memang selalu menjadi tempat yang asyik bagi Caca. Wanita yang memang berprofesi sebagai fotografer.

"Siapa? Maghrib-maghrib kok bertamu?"

Tapi Alvin hanya tersenyum penuh misterius yang membuat Caca makin kesal. Akhirnya mereka masuk ke dalam rumah tepat saat Adzan maghrib berkumandang.

"Ca... shalat berjamaah yuk."

Mereka disambut bunda mereka yang baru saja keluar dari dapur.

"Ya bunda. Caca mau ambil wudhu dulu."

Alvin langsung melepaskan rangkulannya dan kini melangkah ke arah tempat shalat yang ada di ruangan tengah.

Caca sendiri segera menyimpan kameranya di kamar, lalu mengambil air wudhu dan membawa mukena ke tempat shalat.

Suara asing yang sedang mengumandangkan Iqamah membuatnya tertegun.

"Ca, buruan."

Bundanya sudah memanggilnya saat dia mencoba mencari tahu suara siapa itu. Biasanya ayahnya atau kakaknya lah yang selalu mengumandangkan Adzan dan Iqamah. Tapi saat ini ada sosok pria lain yang berdiri memunggunginya. Memakai baju warna biru muda dan sarung yang juga tak dikenalnya. Berdiri di depan sendiri. Caca tidak sempat menatap lebih lama karena mereka  segera melaksanakan shalat maghrib.
****

MAS, RASA CINTAWhere stories live. Discover now