Eligible

20 4 0
                                    

Dentoj, aku adalah milikmu yang tersegel. (81) kau adalah milikmu yang terendam dalam darah nadiku. Aku ingin tamasya di pantai bibirmu yang basah, tempat aku menggelepar-gelepar hasrat, hingga amis rahasiaku muncrat, menodai semesta.
[]
Katamu kita akan ke surga yang tercipta dari desah pertama, kepala kita adalah istana dengan taman-taman terlarang bagi segenap orang tua, yang gegap gempita agama.
[]
Kau berdiri di tembok, dalam gelap, aku ikut saja tanpa curiga, aku jadi pengikutmu yang setia bagi sekalian rahasia liar kita. (82) beberapa jenak kita jadi serigala yang melolong ke kolong-kolong angkasa.
[]
(83) Setelahnya dadaku sakit, terhimpit luka yang tak terjahit, aku berdoa pada Tuhan janganlah ia sayat hidupku sepedih ini. (84) ayat-ayat hidup pergi, berganti kitab-kitab mati, tempat pikiran mengubur segala ilusi.
[]
Kau peluk aku sembari mencemari cumbu, katamu kamu berhak atas segala yang kau laku terhadapku. (85) setan-setan merah jambu meraih ujung rambutku, dikepangnya jadi kekang hitam kuda napsu.
[]
Kita hanya mampu kawin di depan cermin, mencatat bayang-bayang cacat satu sama lain.

Kau akan tetap di sini. Di sini. Di puncak dadaku sebelah kiri. Menjadi patung yang berdiri tiap pagi, tangan menjilat-jilat nada harpa di tumbang raga kita.

2019

DentojWhere stories live. Discover now