Bagian 1

6.7K 314 32
                                    

Dalam sepersekian detik hidupku. Ku pikir hidupku akan sampai di sini saja, aku tidak tau kalau semua ini awal dari takdirku. Awal pertemuanku denganya di suatu sore berhujan.


Ckittttt.......

Brak

Aku membuka mataku saat mendengar suara tabrakan mobil, aku menengok ke arah sumber suara dimana mobil kuning itu menabrak sebuah pohon, aku pikir aku akan mati hari ini juga.... Tapi Tuhan masih menyayangiku sepertinya. Buktinya mobil itu membanting stirnya sehingga mobil itu menabrak pohon. Aku berlari ke arah mobil itu mencoba membuka pintu penumpang, ingin sekali memarahi si pengemudi apa dia gila membawa mobil seperti itu, untung jalanan sedang sepi jika tidak bisa kecelakaan lebih besar lagi.

Seorang pemuda turun dari mobil itu, pemuda itu menghambur ke arah ku memegang ujung bajuku dan berkata,
"Maaf.... Maaf.... Jalanan licin, apa kau tidak apa-apa? Aku minta maaf, maaf, untung saja aku banting stir.... Hujan membuat aku tidak bisa mengendalikan laju mobilku maaf"

Kata dirinya tanpa ada jeda sedikitpun, aku menatap pakaian yang ia pakai, seragam sekolah menengah hah!!!! Anak- anak jaman now suka seenaknya pasti dirinya belum memiliki SIM deh, dalam 1 tarikan nafas aku memarahinya,
"Kau bisa membunuhku tau? Bisa mengendarai mobil tidak sih? Jangan bilang kalau SIM milikmu adalah SIM tembakan?"

Orang di depanku menatapku memelas dia seorang pria dengan kulit putih, alis mata tebal, bulu mata.lentik dan bibir tipis dia sangat cantik untuk ukuran seorang pria. Dia berkata padaku,
"Maafkan aku P, aku benar- benar minta maaf. Biarkan aku mengantarmu na, kau tinggal dimana?"

"Tapi aku membawa mobilku, mobilku mogok di sana. Aku tadi sedang membetulkan mobilku saat kau hampir menabraku"

Kataku padanya sambil menunjuk mobilku yang tak jauh dari tempat kami berada, pemuda itu menatap mobilku dengan kap yang terbuka, lalu memandangku dia berkata,
"Tak apa p, aku akan antar kau pulang dan kau bisa memanggil montir untuk membenarkan mobilmu"

Aku belum mengiyakan dan dia sudah menariku ke arah mobilnya yang bemper depanya lumaya parah, aku meliriknya dan berkata,
"Apa tidak apa? Aku basah?"

"Tidak apa, aku juga basah karena hujan"

Katanya lagi, aku mengangguk dan duduk di bangku penumpang dan dia di bangku pengemudi. Di dalam mobil,
"Siapa nama P? Namaku Beam"

"Forth"

Kataku, Beam pemuda di sampingku ini menganggukan kepalanya tanda paham, dia mulai menyalakan mesin mobilnya dan berkata,
"P tinggal di mana?"

"Daerah Siam street"

Jawabku kepadanya yang sedang menyetir, dia menengokan kepalanya dan berkata,
"Benarkah P? Aku juga tinggal di daerah sana"

"Woah!!!! Liat jalan.... Kau ingin membunuh kita?"

Kataku lagi, dia langsung kembali fokus ke jalan yang ada di depanya, aku menghela nafas dan berkata,
"Kau masih sekolah, nyetir belum benar kenapa bawa mobil? Apa buat gaya- gayaan saja? Atau gaya hidup?"

Beam menggelengkan kepalanya lalu berkata,
"Mungkin agar tidak menyusahkan Pho dan agar pho tidak perlu mengantar jemputku, dan lagi mungkin yang p katakan benar sekalian buat gaya"

Katanya dengan pelan, aku kembali menghela nafas lalu menghembuskan nafas. AC yang menyala kombinasi yang pas untuk tubuhku yang kedinginan karena hujan, jangan ditanya dirinya dia memakai sweeter abu- abu yang basah pastinya berat dan dingin. Aku kembali berkata,
"Lalu bagaimana dengan mobilmu?"

"Pastinya masuk bengkel P"

"Apakah kau memiliki asuransi?"

Tanyaku lagi, dia diam berpikir lalu berkata terdengar ragu,
"Aku..... Nanti aku akan tanya Pho"

"Pasti SIM milikmu SIM tembakan yah?"

Tanyaku padanya, dia menggelengkan kepalanya dan berkata,
"Tidak, aku mengikuti ujian untuk mendapatkan SIM mengemudi p"

Aku menganggukan kepalaku mendengar jawabnya. Sesudah itu tidak ada percakapan hingga kami sampai di daerah tempatku tinggal, Beam berkata dengan ragu,
"Err..... P, p tinggal dimana yah?"

"Rumah warna biru ini rumahku Beam, dan rumahmu?"

Tanyaku pada Beam, Beam menatapku dia menunjukan gigi putih nan indah itu lalu ia berkata,
"Berarti kita tetangga p, rumah Beam rumah bercat warna kuning itu rumahku"

Aku menatap dirinya lalu rumah ku dan rumahnya dan kembali ke dirinya, rumah kami bersebelahan, dia tetanggaku. Mae pernah bilang kalau rumah sebelah sudah ada yang menepati, mungkin karena aku seorang yang tidak pandai bergaul temanku hanya Lam dan Park jadi.... Aku sama sekali tidak mengenali tetangga di lingkunganku sendiri.

At last jadi si "Cantik" anak tetangga sebelah yang mae ributkan itu Beam? Yah untuk ukuran seorang pria Beam memang cantik sih, tapi masih kalah imut sama Yo, Sigh!!! Kenapa harus keinget dengan Yo. Menyebalkan sekali huh!.

Aku menggaruk tengkuku bingung. Beam berkata,
"Berarti kita tetangga p, tidak menyangka bukan?"

Katanya dengan bersemangat, aku manggut - manggut saja mendengar apa yang dia katakan. Aku berbasa basi denganya,
"Terima kasih, apa kau mau mobilmu kebengkel sekalian dengan mobilku?"

Beam menganggukan kepalanya dan dia berkata,
"Boleh kalau p tidak keberatan"

Setelah itu kami berpisah dan berjanji bertemu stengah jam kemudian untuk mengurus mobilku dan mobilnya untuk masuk ke bengkel.

Seperti kebetulan yang sudah di rencanakan takdir kami terus berjalan, seiring dengan hujan yang selalu turun di saat kami bertemu.

¤
¤
¤

Haiiii.... Aku bawa
ff baru nih gak tau akan
suka atau gak
selamat membaca.

Peinture De Pluie (End)Where stories live. Discover now