Bagian 2 Untuk yang Terakhir

36 10 2
                                    

SELAMAT MEMBACA!
STAY POSITIF THINKING

Entah kenapa...seakan dunia ikut merasakan hancurnya hidupku ini. Gempa berulang-ulang, hujan lebat disertai angin, dan bencana yang terjadi dimana mana.
Ada apa sebenarnya ?
Tik...tik..tik... cucuran titik air dari lubang kecil genteng tua dengan bebasnya memasuki rumah yang sudah hampir roboh menyentuh tanah. Ujian hidupku seakan melebihi mengangkat gunung, sakitnya lahir batin, belum lagi menahan caci maki orang. Diriku bagaikan anjing borok yang tak diterima oleh semua orang. Termasuk kerabat dekatku sendiri. Lalu apakah aku harus menyerah dengan rentetan tantangan hidup yang bertubi tubi menyerbu kehidupanku. Seakan dunia tak menginginkan aku hidup lagi.
Aku tak tau ternyata itu adalah tanda awal dari kemorosotan total kehidupanku.
Esoknya aku pergi lagi ke kota. Yahhhh...kalian sudah tau itu sudah menjadi keseharianku bukan. Hingga kota sudah menjadi makanan pokok ,mungkin! .
Tanggal 24 Mei ialah 7 hari menuju ulang tahunku. Namun nyatanya itu adalah awal dimana kehidupan baruku tanpa sosoknya.
Tangisan riuh memenuhi setiap sudut rumah kecil nan tua. Tiada lain karena telah berpulangnya seseorang. Jam dinding menunjuk pukul 19.00 barisan berbaju hitam menuju lokasi pemakaman. Senada dengan suasana langit yang mulai gelap dengan sedikit rintik hujan dan barisan orang orang yang berbaju hitam serta air mata yang menetes demi tetes mengiringi jalan.
Blurrrkkk......belum sempat kering air mata, ku jatuhkan seember air ke kepala hingga badanku untuk mendinginkan kepalaku yang sekiranya sudah bersuhu lebih dari normal . Kemudian ku ambrukkan badanku di tikar daun pandan yang menurutku sudah cukup empuk untuk keluargaku. Bukannya Tuhan menganugrahi malaikat penolong yang menopang hidupku melainkan mengirimkan peluru dahsyat merenggut semua titik bahagia yang ada.
Cahaya dari ufuk timur memasuki celah kecil sela dinding hingga menyentuh mata. Ini sudah pagi?? Cepat ku bergegas. SMP N 1 tujuanku .
Hai..halo...mengapa?..itu, kok bisaa?! ehh...kamu...bagaimana...kok kam gini gitu ...ahhhh segala macam pertanyaan melontar dengan riuh saat ku memasuki pintu masuk ke kelas. Dengan 2 telingaku dan satu mulut bagaimana aku mendengar dan menjawab soal soal itu. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mungilnya bibir ini. Setelah pembagian ijazah selesai tanpa basa basi langsung pergi. Sesampainya di tempat yang kucintai yaitu rumah, pandangan yang kosong, helai helai rambut yang tak beratur dengan bebasnya menyeringai memenuhi muka dan bahu, semakin turun ke bawah pakaian yang lecek kusut kotor lagi membalut badan yang dari waktu ke waktu semakin renta dan kurus, ialah ibuku .... "apakah semua yang kusayang dan kucinta harus pergi?" Itulah yang terlintas dibenakku saat ini. Rayuan gombalan candaan dan segala nama yang akan membuat orang normal ditolaknya. Harus bagaimana aku ini rasanya sudah tak berguna lagi. Menangispun sudah tiada arti.
Lambat laun berhari hari berbulan bulan dan bahkan kini menginjak 1 tahun kepulangan ayah tercinta. Mungkin inilah restu Tuhan yang mengijinkan keluarga kami tenang lagi. Di SMA kini ku bersekolah, inilah restu yang ku maksud. Tanpa biaya mana mungkin kan ada orang yang bisa bersekolah apalagi sma. Aku memang memilih bekerja sambil bersekolah itulah hidupku saat ini, meskipun harus selalu lelah tak pernah bertemu matahari, pergi pagi pulang malam. Tetapi demi pendidikan aku rela meski harus banting tulang. Bagiku yang terpenting adalah keluarga dan sekolah, kesimpulan dipikiranku adalah diriku adalah tanggung jawabku sendiri bukan Ibu bahkan orang lain yang belum tentu betul peduli terhadap diri ini. "Kalau tidak ditinggalkan kepala keluarga mungkin hidupmu tak seperti ini , nak.." kata Ibu. "Tidak apa", mungkin ini sudah takdir tuhan. Jawabku singkat. Penat di hati dan jiwa raga setiap harinya menahan lelah duka yang tak kunjung ada obatnya. Tekanan batin kesedihan mendalam. Puisi dihidupku terlalu menyedihkan, entah apa dosaku di masa lalu hingga jumpa hidup yang bisa dibilang hina kurang segala gala. Kadang ku berpikir menyerah sampai disini tapi entah darimana semangat muncul kembali, mungkin karenat anugrah Tuhan memberikan segala kuasa kekuatan tapi anehnya kenapa tak langsung saja ia beri kebahagian. Bukankah itu akan lebih efektif dan efisien. Apa mungkin Tuhan mengharapkanku untuk terus berjuang. Semoga aku bisa melanjutkan setiap garis langkah hidup dengan semangat pagi cahaya sang surya.
Aku sydah sampaikan sebelumnya. Hari ini adalah ulang tahunku ke 15 ...yeahhh hari bahagia bukan? Tapi tidak kali ini , sepi bukan ramai, kembang api dan kue kue enak itulah ulang tahun sebenarnya, tapi bukannya begitu ini kebalikannya, kembang air dan sesaji, hari ini adalah hari menuju ke pemakaman. Satu lagi, hari ini bukanlah tangis bahagia dan ramai bukan karena acara birthday melainkan KEPEMAKAMAN. Right, sabar sabar dan sabar.......

MAAF KALAU ADA TYPO YA!😁😁😁
SEMOGA BERMANFAAT 😉
TUNGGU LANJUTANNYA YA!


My Real LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang