Chapter 9 ⚔️ Lute's Song

78 39 46
                                    

•••
"Sebuah lagu akan membawa terbang pendengarnya jauh ke alam lain."
•••

Di suatu tempat

Mereka keluar dari balik tanah, dengan keadaan hangus sebagian tubuh. "Kami terbakar." Kulitnya yang kering sehabis terbakar mengelupas begitu saja seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

"Mereka berulah lagi? Para Warlock?" tanya pria berjenggot menghadap tepat di arah kemunculannya, bagian matanya tertutup tudung jubah gelap miliknya, hanya mulut yang mampu diterangi cahaya bulan pendar malam itu.

"Mereka sudah menyadari manusia itu," jawabnya sambil menggugurkan daun-daun kering yang hangus terbakar.

●●●

Langit terbangun pagi ini, masih meninggalkan kotoran matanya pekat, mengingat malam tadi dia di terangi kobaran api dan tersedak asap dari jasad hewan-hewan.

Embun lebih gelap pagi ini, di atas dahan pohon raksasa, seekor kucing hutan dan seorang anak manusia menggeliat, juga terbangun menyusul langit.

Mereka turun dan mendekat ke tepian sungai, mencoba mandi hingga makan dan minum dari sana untuk memulai hari.

Keadaan sekitar tenang tanpa adanya tanda kehidupan lain, mereka baru saja keluar dari hutan Wonderwood melalui jalur belakang di utara.

Burung-burung baru saja singgah untuk bernyanyi, nyanyian paruh yang hanya dimengerti oleh mereka sendiri, membuat angin bergembira menghembuskan embun gelap di sekitar—dingin menusuk.

Kini mereka menelusuri jalanan berkerikil yang dihapit ilalang-ilalang panjang setiap sisinya, menjorok terkulai seperti penyambutan khas alam.

"Kenapa kita tidak ke air terjun itu?" tanya Saturn dalam perjalanan mereka. Pertanyaan yang hampir sama dengan apa yang ia tanyakan tadi malam saat peristiwa itu datang, namun Rhea diam dan membawanya untuk tidur di dahan pohon yang cukup tinggi di luar hutan.

"Kita harus ke kota di wilayah Elf terlebih dahulu, kita akan aman di sana, setidaknya. Lagi pula para Brigant pasti akan menemukan air terjun itu jika mereka menyekap Profesor dan memaksanya untuk memberitahukan hal itu pada dia."

Saturn ber-oh ria. "Baiklah, baik, aku mengerti."

"Naiklah." Rhea pun membawanya melesat cepat sekarang. Pegunungan Cakramana terlihat kokoh dari bawah, awan-awan putih mengepul pada kerucut puncak gunung-gunung itu.

Rhea berlari di hamparan rumput yang sangat luas, hanya ada beberapa pohon yang tumbuh berdempet di tengah-tengah hamparan dan bangunan tua kosong tak berpenghuni.

Tidak ada satu pun makhluk selain mereka di lahan seluas itu, mereka tidak tahu tempat apa ini, mereka hanya berpikir hamparan ini hanyalah sebatas hamparan.

Angin-angin yang terbelah oleh kecepatan Rhea mengibaskan jubah Saturn dan rambut kemerahannya, begitu gagah untuk seorang anak manusia.

Mereka tiba di kota Islesbury para Elf, manusia di sini cukup tenang dilihat dari keadaan ekspresi wajah mereka, namun tetap seperti biasa, berdagang dan bekerja untuk Governgrand di sana.

Saturn turun, mulai memijakan kakinya pertama kali pada sebuah kota besar, ibu kota Territory Klan Sylpetor.

Begitu ramai dihuni oleh manusia dan Elf, mereka berjalan beriringan di atas permukaan yang keseluruhan berpaving keras tersebut. Saturn dan Rhea berjalan di area pasar, semua orang terlihat ramah.

Kemudian, ada sesuatu yang mengalihkan pandangan mereka dari sekitar. Mereka berpapasan dengan seorang pengamen yang sedang memainkan harpa, harpa berukuran sedang yang mirip dengan suatu hal yang lain.

The League of Magicworld #ODOCTheWWG #Longlist2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang