Chapter 3 ⚔️ Magic Book

151 49 49
                                    

•••
"Saat pencuri mencuri barang orang lain, sang pencuri pun akan kehilangan sesuatu, kejujurannya pada diri sendiri."
•••

Cahaya fajar menyingsing, kuntum bebungaan dan daun pada pepohonan terlihat masih basah dipeluk embun. Ramu penghuni hutan berkumpul. Tibalah hari di mana Saturn dan saudara angkatnya diperbolehkan untuk keluar ke mana pun mereka ingin, menelusuri hutan semaunya dan ke desa bahkan kota-kota.

Para Wallerbog menyembulkan kepalanya dari rawa-rawa berlumpur. Makhluk rawa bau berbelalai pendek dan telinga panjang menjulur ke bawah serta rambut dari kumpulan lumut itu melambaikan salam sampai jumpa lagi kepada mereka.

Saturn dan Rhea melanjutkan perjalanannya untuk mencoba keluar, mengikuti arah arus sungai untuk memulainya, menyusuri rimbunnya semak dan besarnya pepohonan di tepian sungai itu.

Burung-burung berkicau besahut-sahutan, beberapa berterbang saling berkejaran memperjuangkan cinta murninya dalam kehidupan seekor burung. Saturn menapakkan kakinya santai pada permukaan tanah diikuti Rhea di sampingnya, mereka berdua masih dalam menjelajahi hutan Wonderwood.

Setelah beberapa jam menyusuri di dalam hutan, Saturn memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah pohon aspen besar. Rhea terjaga disampingnya, beberapa menit kemudian, di kejauhan terdengar suara keramaian dan sorak-sorai menjalar ke alat pendengaran mereka.

Rhea membaui sekitar dengan hidung dan keenam helai sungutnya. "Kaum Elf!"

"Apa itu... kaum Elf?" tanya Saturn, berkeinginan mendekat dan menelusurinya.

"Kaum yang juga hampir mirip denganmu, Saudaraku," jawabnya.

"Hampir?"

"Lihatlah sendiri... Saturn," Tatap Rhea tepat pada manik karamel mata Saturn yang berbinar mendengar hal itu.

Rhea menjadi penuntun untuk mencari kausa keramaian tadi. Mencoba mendekat untuk melihatnya secara langsung, tidak jauh dari tempat mereka bersembunyi untuk menyapu pandang, sekitar tiga lusin tenda berdiri kokoh di cerang luas, benar, kaum Elf.

Saturn memandangi mereka dari balik pohon sambil meraba rambut hingga telinga dan menyadari di situlah letak salah satu perbedaan dirinya dengan kaum Elf.

"Apa yang mereka lakukan?" tanya Saturn.

"Entahlah, mereka para Askar dari Klan Sylpetor... mungkin sedang berlatih."

Para Askar dengan pakaian perang, jirah keperakan dengan satin berbulu pada atasan dan gelap bagian bawah, hampir secara menyeluruh, kecuali perlengkapan lain di baju mereka yang juga ikut mendominasi.

Sebagian hanya menggunakan baju biasa. Berjalan-jalan di sekitar tenda, membiarkan rambut putihnya tergerai panjang di bawah terpaan udara pagi.

Berjalan tanpa terseok sedikit pun, membusungkan dada dan lebih sering mengangkat dagu mereka ke atas–menampakan kewibawaannya. Hanya sebagian yang terlihat mengenakan sarung pedang pada pinggang dan busur panah dari kayu cedar yang wangi dengan lekukan khasnya.

"Bisakah kita ke sana?"

"Mungkin kau bisa, tapi aku tidak, aku terlalu menonjol, kau tau itu." Rhea menyeringai menelisik totol dan lorengnya. Ia berhenti bicara dan berandai. "Apa kau berpikir apa yang aku pikirkan?"

"Pulang nanti makan pai apel buatan Profesor?"

"Tidak bodoh, curilah senjata mereka," saran dari saudara yang baik.

"Untuk apa?"

"Untukmu, untukmu berburu saudaraku entah itu untuk mempertahankan diri, kaummu tercipta memakai senjata, aku dan keluarga kita yang lain dengan cakar. Para Askar tidak bisa menggunakan sihir, itulah mengapa mereka hanya menggunakan senjata layaknya manusia, namun ada di antara mereka, mereka yang menjadi Governgrand (pemerintah) sekarang, bisa menggunakan sihir."

The League of Magicworld #ODOCTheWWG #Longlist2018Where stories live. Discover now