It's Claire

30.2K 3.3K 1.1K
                                    

Orang berpikir hidupku sudah yang paling enak. Aku anak yang mewarisi perusahaan Industri logam di Indonesia dan diadopsi keluarga kaya di California, keluarga penuh cinta yang ... sempurna.

Aku yakin banyak anak yang rela menukar ginjal atau paru-parunya untuk mendapatkan hidup seperti milikku. Aku bisa membeli apa saja yang diinginkan anak remaja seusiaku.

"Itu uangmu. Aku hanya menyimpankannya untukmu sampai usiamu cukup untuk mengatur keuangan sendiri," kata Drey--ayah angkatku--kalau aku menginginkan sesuatu.

Ah, ya. Drey memang seasyik itu. Dia dan Mom adalah orangtua impian semua anak. Mereka nggak pernah marah. Mereka juga nggak pernah ribut soal jam tidur seperti orangtua lain. Kalau mau, aku boleh melukis sampai pagi.

Drey juga sering nggak bisa tidur dan melukis sampai pagi. Tentu saja, dia melukis dengan Mom. Mereka nggak bisa dipisahkan. Mom lebih memilih tidur di kaki Drey daripada di kamar demi menemani suaminya begadang.

Kalian bingung kenapa aku memanggilnya 'Mom'?

Namanya Savanna. Aku mengenalnya waktu umur empat tahun lebih. Waktu itu aku menghadiri pernikahan kakaknya. Ayahku, Martin Johansson, mengajaknya berkenalan dengan cara yang aneh. Maklum, ayahku nggak pernah berhubungan dengan gadis lain sejak ibuku meninggal waktu melahirkanku.

"Lihat gadis itu, Dad?" tanyaku sambil menarik jasnya.

"Yang mana?" tanya Dad setelah menelan makanannya.

"Gadis yang pakai baju pink. Matanya hitam dan terlihat seperti habis menangis."

"Ya, aku lihat."

"Cantik, ya?"

"Dia adik mempelai laki-laki."

"Kelihatannya masih sendiri, Dad. Aku melihatnya berkelahi dengan kakaknya tadi."

Ayahku tertawa. "Oh, ya?"

"Dad mau ke sana dan berkenalan dengannya?"

"Tidak. Kakaknya bisa menghabisiku."

"Dad takut? Kukira Dad jagoan."

"Claire! Aku hanya ...."

"Ayolah, Dad. Apa Dad butuh motivasi dari anak empat tahun cuma untuk berkenalan dengannya? Lihat, dia dikenalkan ke cowok itu. Dia tampan sekali. Dad kalah." Aku menunjuk Mom yang berkenalan dengan cowok tampan bertubuh tinggi besar. Belakangan aku tahu namanya Dave Malik, model yang alih profesi jadi COO Rockwood Energy. Dia laki-laki paling ramah dan paling lembut yang pernah kukenal. Kalau melihatnya, kalian pasti bisa menyebutkan ratusan pujian untuknya. Ah, aku akan bercerita tentangnya nanti.

Dad menarik bibirnya ke bawah dengan gaya yang jelek sekali. "Laki-laki itu pecundang."

"Pecundang itu kalau Dad yang diam saja dan hanya berani membayangkan gadis manis itu."

Dad menggeleng keras, lalu menggosok wajahnya dengan tangan beberapa kali. "Seharusnya kucabut TV di kamarmu agar tidak menonton Netflix lagi."

"Apa Dad tahu kalau Netflix bisa ditonton di HP? Apa Dad tahu kalau tahun 90-an itu sudah lama berlalu?" gerutuku.

Dad tertawa. "Baiklah. Baiklah. Aku akan ke sana dan berkenalan dengannya asal kamu berjanji memijatku selama seminggu setiap pulang kerja."

"Deal."

"Anak pintar," katanya sebelum berdiri dan berbicara pada Mom.

Waktu itu aku senang sekali. Kukira mereka akan jadian. Mereka sempat dekat selama beberapa hari sebelum kami kembali ke Surabaya. Tapi, Mom lebih memilih bersama Dave yang lebih muda dan periang.

Unbroken Vow (Terbit; Shinnamedia)Where stories live. Discover now