Like A Dream

334 47 31
                                    


Aku melihatmu berjalan tanpa beban, bahkan saat kita berpapasan tidak sedikitpun dirimu menoleh atau sekedar tersenyum. Semua pasang mata menatap kita, membicarakan kita dan siap menyebarkan berita baru. Aku tidak masalah dengan mereka, tapi aku hanya mempermasalahkan hatiku yang masih belum bisa melepasmu. Kau terlalu mendadak mengakhiri semuanya, ini masih sepihak, tidakkah kau mengasihaniku? Setidaknya pikirkan perasaanku juga, Oh Sehun.

Kuhela nafasku, berusaha tidak ingin menjadi lebih gloomy. Mencoba menerima keputusanmu adalah hal terberat yang pernah kulalui, beratus kali kupikirkan apa aku telah berbuat salah padamu?

Jika saja, jika saja kau tidak mengucapkan kata perpisahan seperti kemarin mungkin aku akan lebih bisa melupakanmu secepatnya. Tapi nyatanya? Kau semakin membuatku tersiksa dengan perasaan yang sama. Tanpa sadar aku sudah satu tahun seperti ini semenjak perpisahan kita. Mengapa kau jahat padaku?

***

"Kupikir kau benar-benar harus segera pindah dari negara ini"

Bahkan hampir semua sahabatku menyarankanku untuk segera pergi dan melupakanmu, mereka tahu jika aku sudah menyia-nyiakan satu tahunku yang terus berharap padamu. Tapi aku sangat merindukanmu, hatiku selalu menggigil menangis sendirian. Tidakkah kau merasa bersalah akan itu?

"Hm, aku akan memikirkannya lagi"

Hanya ada senyuman pahit yang kukeluarkan selama setahun ini. Rupanya memang aku terlalu mencintaimu, kembali kupikirkan disaat aku dan kau masih bersama. Tiga bulan, mungkin waktu yang sebentar, tapi aku sangat menikmati tiga bulan itu tuan Oh. Sekalipun kau tidak ada kabar sebulan atau apapun itu, entahlah aku pikir dapat menerima semua itu asalkan aku tetap bersamamu. Hanya ini yang tidak dapat kuterima, berpisah denganmu. Padahal sudah jelas kau jahat padaku.

Jika semua rasa sakitku adalah sebuah mimpi, kumohon buka matamu dan tolong tetaplah disisiku.

***

Kau menatapku seksama, ada rasa ragu dimatamu. Kenapa?

"Hubungan kita..."

"...Kita sudahi saja..."

Aku terdiam sebentar, mencoba mencerna ucapanmu. Seperti merasa bersalah, aku menundukkan wajahku berharap kau tidak melihat wajah kecewaku. Tentu saja aku kecewa, tiga bulan ini aku menahan perasaanku yang ingin mengakhiri hubungan kita, aku masih menyayangimu, tapi sekarang kau dengan tanpa bersalahnya mengakhiri hubungan kita. Apa aku bersalah? Apa selama ini aku yang meninggalkanmu?

"Aku harus fokus pada studiku, terimakasih Ji. Terimakasih kau telah mencintaiku..."

Kau kembali tersenyum padaku, hentikkan senyumanmu. Aku tidak membutuhkannya.

"Baiklah"

Aku berbalik meninggalkanmu dalam kediaman, baru beberapa langkah kuambil. Kau memanggil namaku, aku sedikit tersenyum berharap sangat jika apa yang kau katakan tadi adalah sebuah lelucon bodoh.

"Bisakah kau mengucapkan jika kau mencintaiku?"

"Aku mencintaimu"

"Terimakasih, Jiyeon"

Kali ini aku yang melihatmu berbalik dan pergi, meninggalkanku kedinginan ditengah-tengah musim salju seperti ini. Menangis sendirian.

***

Aku merasakan bahuku yang berat. Aku tidak dapat membencimu dan menghalangimu pergi. Meskipun kau sudah mendapati gadis lain disisimu, gadis yang kukenal sebagai teman dekatku. Jika saja gadis itu tahu kau adalah kekasihku dulu, apa dia akan tetap menerimamu? Jika saja kau tahu gadis itu adalah teman dekatku apa kau tetap akan memberikan perasaanmu padanya?

Anggap aku egois, dan aku mengharapkan semua itu.

Tapi hanya angin yang kudapati, tidak ada jawaban dan kenyataan. Aku sudah harus melepaskanmu. Aku menangis dalam diam, tidak ada yang lebih baik dari ini. Sebuah luka yang menyedihkan tetap ada jauh di lubuk hati. Seandainya kamu tahu, aku masih mencintaimu.

"Kudengar kau mau pergi besok ke Jepang"

Aku mengangguk menjawab pertanyaan kekasihmu yang tiba-tiba saja datang bersamamu. Apa kau merasakan hal canggung ini? Tentu saja, bagaimana tidak. Dengan teganya kau mengencani gadis lain padahal setahun yang lalu kau ingin fokus pada studimu, dengan teganya kau mengakhiri hubungan kita dengan permintaan terakhir yang sampai sekarang masih sama dengan perasaanku, dan dengan teganya kau meninggalkanku selama sebulan dalam tiga bulan hubungan singkat kita.

"Kau akan mendapatkan yang lebih baik dari dia, aku yakin itu"

"Terimakasih, sepertinya akan sulit. Aku terlalu mencintainya, maka dari itu aku harus pergi dari sini..." Sedikit kulirikkan mataku padamu melihat ekspresimu, benar saja apa kau juga merasakan hal yang sama denganku? Sedih? Kecewa? Atau mungkin kau justru senang? Kau jahat.

"Lagipula, dia sudah bahagia dengan kekasihnya saat ini. Ah maafkan aku, sepertinya aku lari dari kenyataan"

Kekasihmu menatapku prihatin dan memelukku, meninggalkan genggaman tanganmu disana. Untuk terakhir kalinya, kumohon kasihani aku Oh Sehun. Aku masih mencintaimu, bahkan aku membenci mengakui itu, aku tidak ingin tapi harus kuakui aku tidak dapat menggantikan posisi singkatmu di hatiku. Sejujurnya aku sakit saat melihatmu, menyadari betapa aku sangat merindukanmu, apa kau merindukanku seperti aku merindukanmu?. Aku masih mencintaimu dan kau mencintainya, ironik. Gadismu melepaskan pelukannya dariku.

Pertemanan dapat menghancurkan hatimu dan aku selalu lelah, tapi tidak untukmu. Jika saat itu kupaksa dirimu menjadi apa yang kuinginkan, kau tidak akan menyukainya. Aku melempar sebuah umpan, namun kau tidak pernah memakannya. Aku selalu memiliki perasaan seperti itu, tapi kau tidak memikirkannya. Pertanyaanku, apa kau sudah memikirkan gadis ini semenjak kau masih bersamaku, Oh Sehun?

Katakan.

"Yang benar saja pria itu" Gadismu berdecak kesal, aku melirikmu sedikit, masih menatapku sayu. Katakan! Katakan kau masih mencintaiku, tapi gadismu tidak mengetahui itu. Jika aku jadi kau, aku tidak akan membiarkan diriku pergi. Aku tidak mau menyakiti diriku lebih dalam lagi, tapi aku benar-benar merindukanmu. 

"Boleh aku mengucapkan kata perpisahanku padanya?" Aku bertanya pada gadismu, dia tampak bingung dan kau tampak gusar, seperti tidak suka jika aku akan berbicara padamu dihadapannya. 

"Te-tentu saja. Dimana dia?" Mata gadismu bergetar, aku yakin ia sadar hawa canggung yang melingkupi kita namun dia tidak ingin menerima kenyataan bahwa kau sempat menjadikanku milikmu. Aku memajukan langkahku mendekatimu, meneguk ludah agar suaraku tidak bergetar dan tetap kuat, meyakini dirimu bahwa aku dapat berdiri tanpamu. 

"Kau pernah bilang padaku bahwa kau takkan melakukannya, tapi kau melakukannya. Berbohong padaku, demi kepuasanmu. Sekarang perasanku bercampur. Merindukan seseorang yang seharusnya tidak kurindukan,-" Aku terdiam sebentar, mencoba menahan tangisanku. Menunduk agar dirimu tidak tahu bahwa aku kini mati-matian menjaga agar air mataku yang menumpuk tidak jatuh, dan aku melihat kepalan tanganmu disana, kau berusaha menahan tangisanmu juga, benarkan?. "-terkadang aku sadar dan aku mencoba mengendalikan semua perasaanku untuk berhenti mengenangmu. Tampaknya, aku tidak akan pernah menjadi seperti dirinya" Aku tersenyum dan mengeluarkan air mataku sedetik setelah aku menatap lekat mata sayumu. Kemudian beralih menatap gadismu dan mengangguk padanya, tanda pamit dan terimakasih. 

Setahun ini aku sendiri menatap dirimu dan dia. Seolah hanya dia gadis yang pernah kau temui. Kau tak perduli seakan kau tidak pernah melakukannya, membohongiku, mendekatiku demi mendapatinya. Dan kau tidak pernah perduli padaku. Katakan semua itu kebohongan, semua perasaanmu padaku hanya kebohongan. Katakan dalam hatimu, tapi ucapkan bahwa kau masih mencintaiku. Bagaimana bisa kau tak menyadarinya, kau membunuhku secara perlahan. Tidak apa, lagipula, aku akan pegi, meninggalkan kenanganku denganmu. Setidaknya, itu langkah yang belum kulakukan dan akan aku coba, demi meraih hidup baru. 

END

dari wordpress nih tapi kutambahin sedikit dari lagunya gnash aw. Ada yang rindu? haha. Maaf ya :(

Ficlet-One Shoot StoriesWhere stories live. Discover now