Unexpectable Love [1/3]

569 73 27
                                    

"Apa hubungan kalian serumit itu?" Tanya Jongin pada teman karibnya yang tengah mengikat tali sepatunya dengan malas. "Aku tidak mengira Jiyeon sedingin itu" Sehun mempercepat gerakan mengikatnya setelahnya berdiri dengan agak menyentak membuat Jongin sedikit terlonjak kaget. Dalam hati, Jongin menabahkan dirinya menanggapi perlakuan menjengkelkan dari sang sahabat setiap ia membicarakan Jiyeon yang tidak-tidak.

"Sudah kukatakan bukan? Dia menyukai pria lain" Singkat Sehun dan berjalan meninggalkan lelaki berkulit tan itu.

***

Gadis itu sedang menjahit dengan lihai. Sudah hampir jadi, sebuah gaun tidur sederhana. Ia sempat melirik pada jam dinding yang tergantung jauh didepannya, untungnya ia tidak rabun jadi masih dapat melihat dimana jarum pendek dan jarum panjang itu berada. Kemudian wajahnya menoleh keluar jendela, tepat disamping dirinya yang sedang menjahit memanfaatkan tangan dan penerangan matahari. Matanya menangkap dua sosok pria dengan tinggi yang sama berjalan dengan mengiring sepeda mereka, perbedaan hanya pada warna kulit mereka,yang satu tan dan yang satu putih agak pucat. Dia memusatkan irisnya pada pria berkulit pucat itu. Itu Sehun, tentu saja Jiyeon -gadis itu- tahu, pria itu berada di club yang sama dengannya, menari.

Jiyeon melebarkan matanya saat bola mata Sehun juga menatapnya dengan intens. Pria itu tidak tersenyum disana, tapi seakan bola matanya sedang menyapanya. Helaan nafasnya terdengar berat kemudian menundukkan kepalanya, memikirkan suatu hal. Ini sudah lima tahun Jiyeon menunggunya, menunggu Jung Jaewon, teman kecilnya, sekaligus cinta pertamanya. Perasaannya tidak mungkin berbohongkan? Jiyeon masih mencintai pria yang diam-diam pergi itu bukan? Bodoh memang. Yang menjadi harapan Jiyeon adalah Jaewon akan terus selalu mencintai dan menjaga Sora, teman masa kecilnya juga.

Sepertinya aku berhutang untuk menjelaskan masa lalu mereka, masa lalu Jiyeon, Jaewon, Sora, Kihyun dan Sehun. Mari kita mulai dari masa lalu keempat pertama, tanpa Sehun.

Jiyeon, Jaewon, Sora dan Kihyun adalah teman semenjak kecil. Mereka seolah ditakdirkan bersama, ibu mereka berteman baik dan mengandung di tahun yang sama tapi tidak dengan bulannya, Jaewon yang termuda dan Kihyun yang tertua. Masuk kesekolah yang sama sudah menjadi rencana ibu mereka, hingga mereka duduk dibangku sekolah menengah pertama, beranjak menjadi umur remaja dan mengalami hal 'percintaan'.

Jiyeon menyukai Jaewon, semenjak Jaewon menolongnya ketika ia hampir saja tenggelam di kolam renang. Saat itu, ia berumur sembilan tahun. Sedangkan Jaewon...

Gadis yang habis menjahit itu kembali menghela nafasnya berat, lagi-lagi ia seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat.

Jaewon menyukai Sora, Jiyeon seakan mengetahui segalanya tentang ketiga temannya itu. Pria berwajah tampan dengan mata bulat itu memang selalu menjaga Sora, dan tidak suka jika Sora berbicara dengan pria lain. Sora? Gadis itu menyukai Sehun, tepat saat pertama kali pertemuannya dengan Sehun yang terlalu dramatis.

"Jiyeon-ah aku mau ke perpustakaan sebentar, tunggu aku ya!" Jiyeon hanya diam menatap Sora yang berteriak sambil berjalan mundur dengan cepat tanpa melihat jalannya, matanya menangkap siluet seseorang dibelakang Sora dengan segera Jiyeon berteriak

"Awas dibelakangmu bodoh!!" Sora bukanlah Sora jika tidak ceroboh. Gadis itu menubruk punggung lebar seorang pria sebaya, yang tentu saja membuat Sora jadi terjatuh sedangkan sang pria tetap dalam posisi tegapnya kemudian berbalik menatap Sora yang tersungkur. Pria bermata sayu itu berlutut menyodorkan tangan kosongnya, bersikap gentle membantu Sora berdiri. Dari yang Jiyeon tahu, mata Sora menampakkan kebinaran menatap pria itu, menatap Sehun.

Tidak. Jiyeon lupa, bahwa Sora baru sadar kalau dirinya menyukai Jaewon. Itu yang ia dapati lima tahun yang lalu, ketika Jaewon dan Sora tiba-tiba saja meninggalkannya. Sora ikut pergi setelah mengetahui bahwa Jaewon meninggalkan kota kecil ini.

Kalian bertanya tentang Kihyun? Bisa kubilang bahwa Kihyun hanyalah seorang cameo dalam cerita ini. Kihyun... menyukai Jiyeon. Jiyeon terkekeh sebentar disana, dia seperti gadis gila saat ini, mengingat pengakuan Kihyun ketika mereka duduk dibangku kedua sekolah menengah, ketika Kihyun sadar bahwa dirinya mendapat saingan baru.

"Tumben sekali kau datang, tunggu sebentar" Jiyeon tersenyum pada Kihyun yang menjemputnya langsung dirumah agar pergi bersama kesekolah.

"Aku sudah lelah sebagai pengamat. Aku tahu selama ini mata itu hanya tertuju pada Jaewon, tapi aku akan tetap menyampaikannya" Kerjapan mata Jiyeon terlihat seperti orang bingung. "Aku menyukaimu, Park Jiyeon".

Tapi setelah pengakuan itu Kihyun ingin Jiyeon tetap menganggapnya sebagai seorang teman. Kihyun tidak mengemis minta jawaban dari perasaannya itu, membuat Jiyeon sedikit tersenyum lega, Kihyun memang paling dewasa diantara mereka berempat. Sekarang hanya tersisa Jiyeon dan Sehun, Kihyun ikut pergi tapi dengan pamit. Sepertinya aku terlalu lama membicarakan masa lalu mereka, tapi aku berhutang masa lalu Sehun. Bisakah aku menceritakannya nanti?

***

"Lama tidak berjumpa, Sehun!" Mata Sehun menatap Kihyun tanpa rasa terkejut, pria bermata sayu itu tersenyum lebar mendapati temannya menyapanya.

"Bagaimana keadaanmu?" Sehun berbasa-basi pada Kihyun sembari berjalan mendekati si pria yang jauh lebih pendek darinya.

"Baik. Apa Jiyeon sehat?" Senyuman Sehun masih berada di bibirnya, mengangguk kecil sebagai jawaban. Kemudian terdiam. Mereka semua aneh, terlalu banyak menyimpan rahasia dalam diri mereka.

*

Apa menurut kalian semua yang kuceritakan diatas terlihat rumit? Maksudku dari segi percintaan mereka. Aku lupa mengatakan satu hal, Jaewon tidak tahu jika Sora juga menyukainya, yang pria itu tahu adalah Sora menyukai Sehun.

To be continued.

22:21 PM WIB, 00.21 KST. Happy Birthday Oh Sehun!!

 Happy Birthday Oh Sehun!!

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.
Ficlet-One Shoot StoriesDär berättelser lever. Upptäck nu