The First Snow

1.3K 108 6
                                    

Jiyeon tersenyum menatap langit, ia bertanya kapan akan turun salju? Ia sudah tidak sabar. Jiyeon memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaketnya dan berjalan. Ini bulan November, dan ujian telah berlalu menyisakan hari dimana kelas-kelas dipertemukan untuk berlomba.

Matanya menangkap siluet jaket hoodie berwarna hitam. Dan tersenyum tipis melihat punggung pemakai hoodie itu.

"Ia selalu tampan"
"Park Jaehyung memang segalanya"
"Apa yang tidak ia bisa? Jika memainkan alat musik, rap dan menyanyi dapat ia genggam"

Jiyeon, menengok kearah lain. Ia terkekeh ternyata orang-orang itu sedang membicarakan pria yang baru saja keluar dari mobil hitam mewah disana. Jiyeon sempat heran, pria yang ia lihat daritadi bukan Park Jaehyung, maka dari itu ketika ia mendengar mereka semua membicarakan Jaehyung, Jiyeon pikir mereka salah orang. Jiyeon tidak ambil pikir lagi, ia kembali melangkah menuju kelasnya.

.

.

Jiyeon sedikit berlari kecil menghampiri Hyeri yang sudah berjalan lebih dulu menuju Aula. Mungkin mereka ingin mengumumkan acara Di es Natalis sekolah. Jiyeon sangat senang dengan hal yang berbau Aula. Pasalnya, jika mereka semua sudah disuruh menuju Aula maka artinya Jiyeon akan dapat melihat lelaki itu.

"Hyeri-ya!" Hyeri menghentikkan langkahnya menunggu Jiyeon, ia melakukan gestur dengan tangannya menyuruh Jiyeon untuk cepat.

Mereka duduk sesuai kelas mereka. Sedari tadi kepala itu tidak berhenti menengok kesana kemari, ia mencari lelaki itu. Dan mata itu berhenti ketika melihat seorang pria bertubuh tinggi dengan baru saja datang menuju Aula.

Jiyeon POV

Ia menyunggingkan senyum sangat tipis ketika baru saja ingin duduk disamping temannya, hingga senyuman itu lebih bisa dirasakan daripada dilihat. Laki-laki itu memiliki wajah tampan yang unik. Wajah itu lebih dari sekadar tampan. Sesungguhnya, ia menakjubkan. Pria itu indah dengan cara maskulin yang memabukkan. Ia terlihat searogan dan selembut patung malaikat terpuja. Wajahnya menyiratkan humor dan kemanusiaan, dengan bibir lembut tanpa bekas nikotin.

Dan saat aku menatapnya, ada bara api panas yang membuatku mendamba sekaligus takut, seperti apa yang selama ini melemahkanku.

Detik berikutnya ia sadar akan tatapanku dan membalas tatapanku. Sekali lagi tatapannya membuatku takut tapi semakin menginginkannya. Ini bodoh, but I do love him.

"Berhubung dua minggu kedepan adalah Di es Natalis sekolah kita. Seperti adat lama, kita akan mengadakan festival sekolah. Buatlah yang terbaik" Penjelasan singkat itu menghentikkan aksiku dengannya. Nyatanya ia juga melihatku dengan tatapan yang tidak dapat kutebak.

Sehun-ssi, it's really dumb. But i do love you!

.

.

"Teater memenangkan vote. Dari kesepakatan kita akan memainkan Kata Mati. 9 orang pemain. Yang lainnya? Tentu saja menjadi seksi panitia. Aku akan mendata kembali"

.

.

"Jiyeon-ah, kita terpisah" Ucap Hyeri sedih, aku tersenyum kepadanya. Dia gemas.

"Tidak apa-apa, at least kau bisa menunjukkan bakat actingmu. Toh juga kau akan selalu berurusan denganku untuk perlengkapan permainanmu" Hyeri mengangguk senang dan memelukku kilas. Iya aku menjadi seksi perlengkapan bersama dua orang lainnya.

"Jiyeon-a, aku sudah tanya pada Junmyeon -ketua kelas- perlengkapan apa saja yang harus dibeli..." Haneul membuka kertas yang kutebak berisi perlengkapan yang ia catat tadi "semua total perlengkapan ada 24, aku mencari delapan, kau mencari delapan dan Eunji mencari delapan" Aku mengangguk mendengarkan penjelasan Haneul. Intinya aku harus mencari delapan perlengkapan, sendiri.

Ficlet-One Shoot StoriesWhere stories live. Discover now