tale 7

2.5K 345 76
                                    

-

TALE – 7

"You see, Wendy, when the first baby laughed for the first time, its laugh broke into a thousand pieces, and they all went skipping about, and that was the beginning of fairies."

Tedious talk this, but being a stay-at-home she liked it.

"And so," he went on good-naturedly, "there ought to be one fairy for every boy and girl."

"Ought to be? Isn't there?"

"No. You see children know such a lot now, they soon don't believe in fairies, and every time a child say, 'I don't believe in fairies,' there is fairy somewhere that falls down dead." – J. M. Barrie, Peter Pan (1904).

*

*

"Aku bisa sendiri," celetuk Yeonjun di depan toilet yang cukup ramai tersebut. Dia meraih tas mungil berwarna biru yang disodorkan Mr. Han, berisikan tisu dan segala macamnya. Yeonjun sudah tahu kegunaan alat itu, meskipun sesekali ia memaksa untuk ditemani jika buang air kecil. Tetapi malam ini, Yeonjun bisa sendiri!

Mr. Han sontak tersenyum. "Aku akan menunggu di sini oke?" Pria itu pun berdiri tegap di depan toilet ketika saku celananya bergetar dan ia mulai sibuk mengangkat teleponnya. "Ya, Appa akan menemani mereka ..."

Perlahan, Yeonjun masuk ke toilet bersebut, melewati beberapa pria yang sibuk dengan urusan mereka dan mengobrol santai. Yeonjun berjalan ke dekat salah satu kubikel besi, hendak membuka pintunya ketika ia mendapati satu sosok menyentuh tangannya. Yeonjun menoleh kecil. "Uh, Tuan? Siapa kau?" tanyanya dengan mata mengerjap pelan.

Pria itu mengenakan masker hitam dan tebal serta dibalut mantel. Alih-alih menjawab, dia menarik Yeonjun ke dekat dinding. Dibukanya sedikit masker tersebut, membuat Yeonjun memekik. "Noon—" Dahyun cepat menyekap mulut pria itu. Ketika menyadari beberapa pria memperhatikan, dia cepat berbalik menatap Yeonjun dari dekat, menghalangi pria di belakang mereka. "Apa yang kau lakukan di sini, Noona?" bisik pemuda itu. "Aku akan bertemu Tuan Mickey! Dia akan senang?"

Dahyun tersenyum kecil lalu menarik Yeonjun untuk masuk ke dalam salah satu kubikel besi bersamanya. Ruang itu cukup sempit namun mereka dapat bertatapan lekat. Dahyun menarik napasnya. "Tuan Mickey sedang liburan, Yeonjun-ah. Kau harus memohon kepada ayah dan ibumu bahwa kau tidak ingin ke Hongkong malam ini!"

Yeonjun merenggut. Dia menggeleng. "Aku mau ke Hongkong malam ini!"

"Tidak. Jangan malam ini."

"Malam ini!"

"Apa kau tahu? Tuan Mickey sedang tidak ingin diganggu, dan dia bahkan tidak mau bertemu siapapun. Dia mengirimiku surat dan ..." Dahyun meringis pelan. Bagaimana ini? Mengapa otakku buntu? "Kau harus tetap bersamaku." Yeonjun terdiam untuk beberapa saat sementara Dahyun meremas tangannya gugup. "Jangan. Pergi."

"Noona, kau harus ikut."

Dahyun menggeleng kuat. Dia melirik jamnya dan merasakan suara di earphonenya. Si Park Jimin itu sudah mengoceh lagi. "Dengarkan aku sekali ini saja ... Jangan pergi ..." Terdengar suara derap langkah hingga mereka menempel satu sama lain di dinding besi yang ada. Dahyun menahan napasnya dan menatap Yeonjun yang masih enggan membuka suara. "Kau harus ikut denganku!"

the lost boy | yeonjun ✔ [Sudah Diterbitkan]Where stories live. Discover now