22. Adu Hujat

13.2K 1.6K 360
                                    

Yang selalu berharap liat momen pertemuan Domi-Luna, selamat menikmati. Persembahan khusus buat kalian 😂😂

Plis jangan bilang ini dikit ya. Ini part terpanjang sejauh ini kayanya.

Domi mendaratkan bokongnya di sebelah Sena dengan napas terengah. "Anak lo belom dateng?"

"Belum."

"Untung, deh." Ia menghela napas lega. Domi memang sengaja berusaha datang lebih cepat dari waktu yang dijanjikan. Beruntung juga cafe tempat mereka bertemu tidak terlalu jauh dari Forty Media.

"Kenapa?" tanya Sena heran.

"Gue masih sempet bikin meja ini clear dari benda-benda berbahaya." Tangan Domi dengan cepat bergerak mengumpulkan benda-benda di atas meja, dan memindahkannya ke meja lain.

Sena terheran-heran melihat tingkah Domi. "Buat apa dipindahkan?"

"Gue takut garpu, vas bunga, sama pisau itu bakal malayang ke muka gue." Setelah yakin tidak ada lagi benda-benda tajam yang bisa Luna jadikan alat untuk menusuk, Domi bisa duduk dengan sedikit tenang.

Tidak berselang lama, sosok yang ditunggu datang. Tanpa menyapa, tanpa bersuara, Luna merangsek duduk di antara Sena dan Domi. Membuat kedua orang yang sudah lebih dulu ada di sana terbengong-bengong.

"Ngapain lo nyempil-nyempil?" tanya Domi sebal. Luna ini meski badannya kecil, tapi tenaganya tidak bisa diremehkan. Setidaknya cukup untuk menggeser Domi sampai terdorong ke ujung kursi. Sekali senggol lagi, Domi pasti terjungkal.

"Pengen deket bokap gue," balas Luna angkuh.

"Sempit tau!" Domi mencoba memperbaiki posisi duduknya.

"Kalo gak mau sempit, pindah sono, lo!" Luna mengedik dagunya ke kursi di seberang meja. "Seberang kosong tuh, biar lega."

"Kenapa bukan lo aja yang duduk di sana? Gue 'kan udah duluan duduk di sini tadi," balas Domi sengit. Tapi ia mengalah juga. Domi bangkit berdiri dan pindah ke kursi yang berseberangan dengan Luna.

 Domi bangkit berdiri dan pindah ke kursi yang berseberangan dengan Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bawaan bayi," ujar Luna tenang. Dengan manjanya, dilingkarkannya tangannya di sekeliling lengan Sena, dan disandarkannya kepalanya ke bahu ayahnya.

"Luna, kamu hamil?" tanya Sena seketika.

Di saat bersamaan, Domi juga langsung memberondong Luna dengan pertanyaan. "Hah? Lo hamil?! Kok bisa? Lo udah nabung duluan, ya?" tuduhnya.

"Bego!" Luna langsung kembali duduk tegak, memandangi Domi dengan sengit. "Ya, kali gue udah hamil. Mikir, dong!"

"Luna, bicaranya ...," tegur Sena terkejut.

"Sorry, Pi. Emosi bawaannya kalo liat muka dia."

"Sok-sokan pake alesan bawaan bayi. Bikin anak aja belom becus lo," ejek Domi. Domi jelas tahu kalau Luna ini pengalamannya sangat minim urusan laki-laki, apalagi urusan ranjang. Juro itu laki-laki pertama dan terakhir dalam hidup Luna. Dan mengingat anak itu menikah belum ada satu bulan, Domi yakin pengetahuan Luna masih sangat menyedihkan dibandingkan dirinya.

HOT Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang