13

551 82 10
                                    

Seiyon mencuri-curi pandang ke arah pemuda yang tingginya tidak jauh darinya itu yang sedang melamun. Kue yang dipegangnya pun juga dianggurkan. Tatapan lapar Seiyon mengalihkan rasa khawatirnya pada Jihwan. Ia ingin kuenya!

Ketika Seiyon akan meminta kue tersebut. Tiba-tiba Jinhwan langsung menyodorkan Bungeoppang yang belum tersentuh itu ke arah Seiyon yang terkejut.

Dengan ragu-ragu, Seiyon menerimanya. Dengan mata berbinar, dengan cepat ia memakan bungeoppang. Jinhwan hanya meliriknya sebentar dan mendengus, lalu melanjutkan aksi melamunnya.

"Sering-serig seperti ini ya Jinhwan. Lumayan makanannya." Seiyon mengelus perutnya yang agak membuncit karena kekenyangan. Sedangkan Jinhwan tidak ada minat sedikitpun untuk menanggapi ocehan konyol perempuan cantik ini.

Reaksi Jinhwan membuat Seiyon geleng-geleng kepala. Belum menjalin hubungan saja, Jinhwan sudah pundung. Bagaimana seandainya kalau ia jadian dengan pemudu loyo itu?

"Kalau kamu suka.. cinta.. sayang sama si loyo. Ungkapkan saja perasaanmu." Jinhwan yang terdiam dari tadi, menatap Seiyon dengan mata membulat lucu. Seiyon tertawa pelan. "Jangan menatapku seperti itu. Aku tahu kamu dengan baik, dalam maupun luar." Cengiran Seiyon membuat Jinhwan mau tidak mau tersenyum.

Memang benar, kalau Jinhwan tidak bisa menyembunyikan apapun terhadapnya. Begitu juga dengan ibunya. Tentang ibu Jinhwan, tiba-tiba ia rindu. Sudah lebih dari tiga bulan, Jinhwan tidak bertemu dengan malaikatnya.

"Pulang. Ibu mengkhawatirkanmu."

Tatapan Jinhwan sendu. "Tapi.."

Seiyon mendesah. "Kamu masih kesal? Tapi ibu melakukan hal tersebut untuk kebaikanmu sendiri."

Jinhwan tahu apa yang diinginkan ibunya. Tapi apakah ibu tidak percaya padanya? Jinhwan juga ingin ikut andil.

"Kim Jinhwan. Pulanglah.. ibu merindukanmu." Tatapan Seiyon serius, membuat hati Jinhwan yang kecewa berat dengan ibunya. Memudar seketika. Tatapan Jinhwan sedih bercampur rindu. "Chanu juga merindukanmu." Wajah Jinhwan datar seketika. Mendengar nama satanwoo, sekelebat ingatan tentang pria bernama Chanwoo dengannya. Membuat Jinhwan kesal dan takut.

Benar. Jinhwan itu takut pada pemuda yang lebih muda empat tahun darinya itu sekaligus trauma. Karena Chanwoo atau biasa Jinhwan panggil satanwoo diam-diam, selalu mengusilinya dan menginjak-injak harga dirinya itu. Membuat Jinhwan trauma jika berada di dekatnya.

"Banci."    

"Hah! Apa maksudmu aku ini banci?!" Jinhwan menyalak. Seiyon angkat bahu dengan cuek.

"Jadi kamu mau pulang apa tidak?" ada keraguan di mata Jinhwan yang membuat Seiyon mendesah frustasi. "Jangan bilang karena aku memberitahumu kalau Chanu merindukanmu. Kamu jadi ragu-ragu untuk pulang?"

Provokatif Seiyon membuat Jinhwan kesal. Jinhwan menatap Seiyon dengan garang. Sayangnya perempuan cantik ini tidak takut sama sekali dengannya.

"Siapa bilang aku takut?!" Jinhwan langsung berdiri. "Aku akan pulang. Cutiku sudah selesai." Tanpa menunggu Seiyon. Jinhwan dengan cepat berlari meninggalkan Seiyon yang terkejut dan mengejar si pendek secepat yang ia bisa.

**

Hanbin berjalan perlahan kembali ke tempat tinggalnya dengan perasaan rumit. Perasaannya saat ini tidak bisa ia gambarkan. Entah itu sedih, senang, lega atau bersalah. Hanbin tidak tahu.

Ketika ia akan sampai, tepat di halaman. Hanbin melihat Jinhwan yang sedang membawa koper besar dan tasnya berjalan bersama Seiyon. Mata Hanbin membulat karena terkejut.

Lekas ia menuju ke Jinhwan dengan berlari. Melihat kedatangan Hanbin yang tidak ia duga, membuat Jinhwan bingung dan ingin sekali ia lari untuk menghindarinya. Tapi karena koper dan tas yang dibawanya berat. Akhirnya Jinhwan memilih pasrah saja.

"Hyung mau kemana? Hyung tidak beraksud untuk pergikan?" Hanbin berteriak tepat ketika ia di hadapan Jinhwan.

"Tentu saja aku mau pulang."

Mendengar penuturan eksplisit Jinhwan. Tubuh Hanbin menegang. Dengan marah, ia mencengkeram kedua bahu Jinhwan dengan kuat. Sehingga membuat pemuda yang lebih pendek dari Hanbin, meringis karena sakit.

"Sakit Hanbin.." Jinhwan meringis menahannya.

Hanbin sedikit mengendurkan pegangannya dan menatap sendu Jinhwan. "Hyung aku mohon jangan pergi."

Kesedihan dan kesepian terlihat jelas di mata Hanbin. Jinhwan jadi tidak tega untuk meninggalkannya.

Seiyon yang sedari tadi melihat drama di hadapannya langsung. Ingin sekali ia tertawa karena melihat kedua pemuda itu yang menurutnya sangat lucu dan menggelikan. Di saat-saat seperti ini, ide jahilnya muncul lagi.

"Ehm.." deheman Seiyon mengalihkan mereka berdua danmenatapnya dengan pandangan yang berbeda. "Jinhwan, kalau kita tidak segeraberangkat. Kita bisa ketingalan bu-"    

"Dia tidak pergi!" suara Hanbin berubah menjadi berat. Suasana mendadak menyeramkan. Seiyon yang tidak pernah takut pada siapa pun. Langsung terdiam dan tersenyum dengan kaku. "Hyung ikut denganku."

Tanpa menunggu persetujuan Jinhwan. Hanbin menyeretnya pergi menjauh dari Seiyon yagn menatap mereka pergi dengan tercengang.

Setelah tubuh Jinhwan dan Hanbin tidak terlihat oleh pandangan Seiyon. Ekspresinya berubah normal kembali. Namun senyum geli muncul di wajah cantiknya.

"Untung aku belum memesan tiket." Seiyon menggelengkan kepalanya karena menurutnya Jinhwan dan Hanbin sangat lucu. "Tapi.. bagaimana koper dan tasnya Jinan? Malas sekali aku membawanya. Hah~"

**

Jinhwan tidak tahu ia di bawa kemana oleh Hanbin. Karena mereka dari tadi sudah berjalan jauh dari tempat tinggal mereka berdua. Jinhwan juga mulai lelah dan ia khawatir dengan kondisi Hanbin yang baru sembuh dari sakitnya.

Akhirnya mereka sampai di danau yang pernah mereka berdua datangi. Jinhwan jadi kesal karena dari tadi mereka berjalan cukup jauh tanpa tujuan yang jelas dan ternyata mereka kembali untuk menuju ke sini.

Hanbin mendudukkan Jinhwan di kursi dekat danau. Sedangkan Hanbin berjongkok di depan Jinhwan dan menatapnya dengan serius.

Tanpa diduga oleh Jinhwan. Hanbin memeluk disekitar pinggangnya dengan kepalanya ia benamkan di dada Jinhwan.

"Ha-Hanbin.. ka-kamu kenapa? Lepaskan. Nanti ada yang li-"

"Aku tidak peduli jika ada yang melihatnya."

"Ta-tapi mereka akan melihat kita dengan aneh." Jinhwan berusaha membujuk Hanbin yang keras kepala.

"Kalau begitu aku tinggal congkel matanya."

Mata Jinhwan membulat. Dan ia memukul kepala Hanbin dengan pelan.

"Omong kosong."

Hanbin menggelengkan kepalanya. "Aku serius." Jinhwan hanya pasrah saja.

Mereka berdua tetap seperti itu. Jinhwan kini menepuk kepala Hanbin dengan pelan. Sedangkan Hanbin menyamankan posisinya. Sangat nyaman.

"Hyung jangan pergi." Setelah lama terdiam. AkhirnyaHanbin mulai bicara.    

"Tapi aku harus pulang."

Pelukan Hanbin semakin mengerat. "Kalau memang seperti itu. Terpaksa aku melakukan hal itu."

Hanbin mendongakkan kepalanya dan menatap Jinhwan yang menundukkan kepalanya dengan serius. Jarak mereka yang sangat dekat, nafas mereka saling menerpa wajah mereka masing-masing.

"Kamu ingin melakukan apa?" Jinhwan menatap Hanbin dengan lembut.

Tangan kanan Hanbin melepaskan pelukannya dan perlahan meraih tangan kanan Jinhwan. Pemuda pendek itu hanya menatap saja tanpa melawan atau bertanya. Ia hanya memperhatikannya.

Hanbin menatap kembali Jinhwan dengan serius namun ada kelembutan di sana.

"Hyung.. menikahlah denganku."

TBC

20-01-2019

Moodburuk habis liat line debut BG baru YG. Menurutku.... lol.
Dan aku minta maaf baru update. Apalagi mood buruk jadi susah buat nuliscerita.
Maaf hanya bisa segini saja.
Ditunggu vote dan commentnya ^^
    

Seperti Drama - iKONWhere stories live. Discover now