8

531 87 12
                                    

Maaf kalau ada typo!

Semenjak kekasih Hanbin kembali lagi, setelah sekian lama menghilang tanpa meninggalkan jejak dan tanpa ucapan putus. Hanbin sering kali berangkat pagi sebelum Jinhwan bangun dan pulang larut malam ketika Jinhwan telah tidur.

Sudah hampir satu minggu lebih, mereka berdua jarang bertemu satu sama lain. Dan itu membuat Jinhwan kesepian. Ia merindukan hari-harinya seperti dulu, ketika kekasih Hanbin belum kembali.

Seperti ada lubang menganga dalam hatinya yang minta diisi oleh sesuatu. Tapi Jinhwan tidak tahu apa itu.

Hari sudah petang dan pukul hampir menunjukkan setengah sepuluh malam. Sebentar lagi Jinhwan akan tidur. Tapi matanya belum mengantuk.

Jinhwan memutuskan menonton drama saja. Dan apa-apaan drama yang ia lihat. Ia melihat drama yang terlalu banyak adegan romansanya. Jinhwankan jadi iri.

Akhirnya sebelum drama yang ia tonton habis. Jinhwan mematikan tv dan memilih merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi tengkurap dengan selimut yang menutupinya sampai sebatas leher.

Sebelum tidur Jinhwan memainkan ponselnya. Ia ingin melihat sosmed. Dan bukannya perasaannya membaik. Jinhwan malah melihat postingan seseorang yang akhir-akhir ini jarang sekali bertemu dengannya atau menghabiskan waktunya barang sedikitpun.

Jinhwan melihat postingan Hanbin yang berada di namsan tower dengan Hyua yang ia peluk dengan mesranya. Kan Jinhwan iri sekaligus kesal. Harusnya ia yang berada di sisi Hanbin bukan Hyua.

"Eh! Kok aku malah berpikiran seperti itu sih?" Jinhwan lalu mengacak-acak rambutnya seraya berteriak dengan menenggelamkan wajahnya di atas bantal.

Jujur. Akhir-akhir ini Jinhwan merasa ada yang aneh dalam dirinya terutama di dadanya ketika melihat betapa akrab dan mesranya Hanbin dengan Hyua. Terkadang tiba-tiba air mata Jinhwan menetes tanpa alasan yang jelas.

"Kamu kenapa hyung?" suara yang sangat ia rindukan tepat berada di belakangnya.

Segera ia berbalik dan mendapati Hanbin yang sudah berdiri di sampingnya dengan tatapan aneh. Dengan terburu-buru, Jinhwan mematikan ponselnya karena ia takut kalau Hanbin memergokinya sedang menstalk sosmed miliknya.

"Ha-hanya sedang gatal saja. Hehehe..." Jinhwan lalu menggaruk-garuk asal rambutnya sampai berantakan dan kusut.

Tiba-tiba tangan Hanbin menarik tangan Jinhwan yang lebih kecil darinya untuk menjauhkan tangan Jinhwan yang sedang mengacak-acak rambutnya sendiri. Dan debaran aneh itu datang lagi. Dan kenapa juga wajah Jinhwan terasa panas.

"Jangan begitu hyung. Itu membuat rambut hyung kusut dan berantakan."

Dengan penuh kesabaran, Hanbin membetulkan tatanan rambut Jinhwan dengan tangannya. Perlakuan Hanbin yang lembut kepadanya, membuat Jinhwan tanpa sadar tersenyum manis.

"Kalau hyung ingin gila. Jangan gila di sini. Di luar saja."

Senyum Jinhwan kaku tiba-tiba. Sudut bibirya berkedut menahan amarah.

Tanpa perasaan dan tanpa basa-basi, Jinhwan memukul bahu Hanbin cukup keras. Sampai terdengar teriakkan kesakitan dari Hanbin.

"Dasar! Sampai kapan kamu harus menjahiliku?"

Bukannya takut dipelototi Jinhwan. Hanbin malah terkekeh dan mengacak rambut Jinhwan yang tadinya sudah rapi kini berantakan lagi.

"Hanbin!!"

"Hahaha.." sebelum terkena amukan Jinhwan. Hanbin terlebih dahulu menghindar dan tidur di ranjangnya sendiri.

Wajah Jinhwan yang semula cemberut karena dijahili Hanbin. Perlahan menampilkan senyuman lebar. Entah kenapa ia sangat senang sekali.

Ditatanya kembali rambutnya yang berantakan karena Hanbin seraya menatap sang pelaku yang sedang tiduran dengan posisi membelakanginya.

"Hanbin.."

"Hmm.." Hanbin melihat ke arah Jinhwan yang kini duduk menghadap ke arahnya.

"Mmm.. Tidak biasanya kamu pulang awal."

"Hari ini pekerjaanku selesai dengan cepat dan juga Hyua sedang ada urusan. Jadi kencan kami hanya sebentar."

Penjelasan Hanbin membuat bibir Jinhwan yang semula melengkung ke atas menjadi ke bawah. Jinhwan rasanya tidak ingin mendengar penjelasan Hanbin yang selalu menyangkut pauti Hyua. Jinhwan tidak suka.

"Oh.." hanya itu yang bisa Jinhwan ucapkan.

Jinhwan memutuskan untuk merebahkan dirinya dengan posisi menyamping seraya membelakangi Hanbin yang kini menatap Jinhwan dengan tatapan bingung. Karena tiba-tiba hyung manisnya ini moodnya buruk seketika.

Kepekaan Hanbin dalam perasaan itu nol persen. Jinhwan harus ekstra sabar menghadapi orang macam sepertinya.

"Apakah kamu tidak lelah berangkat pagi pulang malam? Itupun kalau kamu langsung tidur."

Hanbin yang bermaksud untuk menutup matanya, ia urungkan ketika mendengar suara Jinhwan yang teredam bantal. Senyum Hanbin muncul. Ia senang ketika tahu hyugnya masih mengkhawatirkan dirinya dan mengetahui apa saja yang ia lakukan.

"Tidak. Aku sama sekali tidak lelah hyung."

Jinhwan tersenyum kecut. Ia tahu yang membuat Hanbin semangat setiap harinya adalah kekasih Hanbin.

"Kedatangan kekasihmu ini berdampak sangat besar ya pada dirimu."

"Tentu saja. Hyua adalah semangatku."

Dada Jinhwan tiba-tiba sakit. Ia tidak mau mendengar jawaban Hanbin seperti ini.

"Kalau begitu syukurlah. Kedatangan Hyua berar-"

"HYUNAE!!" teriakkan Hanbin yang terdengar marah membuat Jinhwan terduduk dan melihatnya dengan tatapan bingung.

Terlihat jelas ekspresi wajah Hanbin yang terlihat marah. Jinhwan tidak paham kenapa Hanbin bisa marah terhadap dirinya.

"Kenapa kamu malah marah?! Aku salah ap-"

"Namanya Hyunae Hyung. Bukan HYUA!" sekali lagi Hanbin membentak. Jinhwan jadi ingin marah saja. Namun ia tahan.

"Bukankah kamu memanggilnya Hyu-"

"Sekali lagi hyung menyebut nama Hyua. Aku tidak akan memaafkan hyung." Suara Hanbin menjadi berat dengan mata merahnya yang menahan amarah.

Hanbin yang semula duduk, kini beranjak bangun dan menambil jaket kulitnya. Setiap pergerakan Hanbin tak luput dari pandangan Jinhwan.

Sebelum ia melangkah menuju pintu. Hanbin menyempatkan untuk melihat Jinhwan yang menatapnya dengan amarah juga sedih menjadi satu. Ia tidak paham kenapa Hanbin bisa semarah itu terhadapnya. Apa salahnya ketika Jinhwan memanggilnya dengan Hyua. Kan Hanbin sendiri memanggilnya seperti itu.

"Hanya aku yang boleh memanggil Hyua. Selain aku, aku rela untuk merobek mulut orang lain yang dengan lancangnya memanggil nama kesayanganku terhadapnya. Termasuk hyung." Setelah mengatakan hal yang menyakitkan. Hanbin melangkah menuju pintu dan keluar dengan menutup pintu dengan keras.

Mendengar suara dentuman pintu yang sangat keras. Refleks Jinhwan memejamkan matanya. Seketika air matanya jatuh.

Lekas ia menghapus air matanya yang tidak ada gunanya menangisi Hanbin. Jinhwan tidak sudi menangisi orang seperti itu.

"Aku tidak boleh menangis. Karena itu tidak perlu."

TBC

11-11-2018

Maaf buat Jinan menangis
Tapi tenang saja mungkin nanti Jinan akan bahagia. Mungkin.
Ditunggu vomentnya ^^

Seperti Drama - iKONWhere stories live. Discover now