4. Trip

753 168 16
                                    

Sebelum pergi ke negara lain— atau dalam kasus kami 'universe' lain, tentu saja kita harus mempelajari sedikit bahasanya untuk memudahkan aktivitas kita di negara itu bukan?

Tetapi tidak dengan kami – SC #10 dari Pevaria.

Sambil melambai-lambaikan bendera kampus kami serta dengan gagahnya berjalan menggunakan almamater milik kampus kami, bukannya memperhatikan tour guide, kami malah sibuk mempelajari kata kasar dalam Bahasa Italia.

"Bambam, mangia merde e morte!" ujar Row sambil menunjuk Bambam tepat di depan wajahnya.

Kata kasar Row mengundang tawa dari teman-teman lainnya. Berakhirlah tour guide kami beserta Mr. Max memberikan Row dan Bambam sebuah tatapan tajam sebagai peringatan.

"Pusing nggak lo jalan sama Row dan Bambam," bisik Jacob padaku saat tour guide kami sudah kembali sibuk dengan koper-koper kami.

Aku hanya menganggukkan kepalaku singkat sambil menarik ujung hoodie milik Chris, yang ternyata peka dan langsung melingkarkan tangannya di pundakku, "Tidur ya, Little Rosie."

Sialan. Padahal tinggi badan kami hanya terpaut beberapa centimeter.

Tetapi siapa peduli. Yang penting sekarang aku sudah punya sandaran dan bisa melanjutkan tidurku.

"Masih sakit si Rosie?" Aku mendengar suara Lisa lalu kemudian dada Chris bergetar, berarti lelaki itu sedang menjawab pertanyaan Lisa.

Memang kondisi tubuhku kurang fit saat keberangkatan kami semua. Terlebih lagi perbedaan cuaca antara Pevaria dan Milan saat ini. Ditambah jetlag yang membuat semua muscle di badanku seperti jelly.

Samar-samar aku mendengar suara seorang lelaki yang bertanya sesuatu, entah apa–aku hampir terlelap, jadi tidak bisa mendengar betul.

Detik berikutnya aku sudah tidak sadar. Nggak, aku nggak pingsan. Hanya saja aku sudah masik ke dimensi mimpi, dimana sekelilingku berubah menjadi ladang kunang-kunang.

***

"Nih, dapet hadiah dari anak emas," aku mengernyitkan dahiku sejenak, melihat sebuah botol minuman yang berada di dalam genggaman Chris.

Anak Emas?

"Row?" tanyaku sambil mengusap-usap mataku yang masih berbayang.

Chris memutar bola matanya dan tertawa, "Row jadi anak emas? Jangan bercanda!" ujar Chris, tak lupa dengan hadiah cubitan di pipi kiriku.

Wow, sakit.

"EH, KALIAN INI LAMA-LAMA KAYAK ABANG SAMA ADIK!" teriak Bambam sambil membentangkan kedua tangannya di balkon Wisma tempat mereka tinggal 6 hari kedepan.

Program yang diadakan dalam rangka memperluas wawasan kami tentang dunia luar guna mempersiapkan kami untuk sebuah.. tugas yang nantinya akan kami semua jalani.

Akhirnya kami bisa menyusuri Pavia.

Ya, aku sih senang sekali dengan environment yang disuguhkan oleh kota Pavia. Nggak seperti padatnya Pevaria kota, tapi tidak kalah sejuk.

Hanya saja.. perbedaan cuaca kali ini membuatku lebih merindukan Pevaria. Atau bahkan Georlaxh, karena tiba-tiba saja aku rindu Junior– Kakak laki-lakiku yang sedang 'magang' di Georlaxh.

"Ayo, pada balik ke Kamar masing-masing. Rosé mau tidur," Lisa mengusir teman-teman lainnya. Padahal ada niat terselubung.

Lisa sedari pagi ingin mengunyah makanan yang ia bawa dari Pevaria, tetapi takut cepat habis di ambil Bambam dan Row. Makanya ia mengosongkan kamar yang akan kami tempati selama 6 hari kedepan ini dengan tujuan yang mulia.

"Adek cepet sembuh ya," ujar Darwin sambil mengusap-usap puncak kepalaku sebelum keluar. Begitu juga dengan Row.

"Mau dicium nggak?" tanya Chris sambil memposisikan tubuhnya agar sejajar denganku yang sedang berbaring di sofa.

Aku menggelengkan kepalaku, geli.

Tetapi Chris tetaplah Chris. Sebuah ciuman singkat mendarat di dahiku, "Biar cepet sembuh. Gue puyeng nyium bau minyak angin."

Akhirnya Chris keluar.

"Jacob suka bau fresh care, tapi gak mau Rosey sakit. Jangan makan mie instan ya abis ini, tidur!" ujar Jacob sambil menyentil dahiku.

Ouch.

Sebelum keluar, Jacob masih sempat menjahili Lisa dan mengambil satu kotak cereal milik Lisa, "Buat bekel!"

Lisa mendengus sebal dan menaikkan satu alisnya sambil melihat kearah Jeffrey dan June yang masih betah duduk di sofa.

June yang merasa diperhatikan pun mendongak, "Apa?" tanyanya.

"Keluar!" bentak Lisa.

June mengerutkan dahinya dan berdiri. Tidak lupa mengambil satu buah bantal untuk alas tidurku.

"Galak lo! Orang gue masih mau disini," gumamnya sambil berjalan keluar.

Sebelum Lisa bisa menutup pintu, June kembali muncul dan tersenyum, "Jenna, jagain Rosé ya. Gue nggak percaya sama Lisa," ujarnya sambil memicingkan matanya.

Jenna mengangkat kedua jempolnya.

"And you?" tanya Lisa galak.

Jeffrey mengangkat kedua bahunya, "Sepi ya kalau Roseanne sakit. Nggak ada yang punya self monologue aneh lagi," ujarnya sambil berjalan kearah pintu.

Setelah Jeffrey benar-benar keluar, Lisa dan Jenna menatap satu sama lain dengan tatapan bingung.

Iya, bingung dengan yang ada didalam pikiran Jeffrey.

Sama, kok. Aku pun bingung dengan Jeffrey. Seperti sebuah kaset bajakan, ia tidak dapat dibaca. Tidak ada yang bisa menebak apa yang akan ia lakukan, he's that unpredictable.
























Tiramisuish's Notes:

* georlaxh = kota pusat pemerintahan

PaviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang