1. Pevaria

1.4K 195 30
                                    

Perjalanan kaki selama 15 menit dari Stasiun ke la periferia itu sangatlah menguras tenagaku. Belum lagi aku harus menggeret koper yang akhirnya muncul secara ajaib di hadapanku saat sudah sampai di Pavia.

Ingin meminta bantuan Chris, tetapi tangannya juga penuh. Meminta bantuan Row, ia saja sudah menggeret 3 koper miliknya. Darwin? Ah, aku tidak berani karena belum betul-betul mengenalnya.

Apalagi si Jeffrey yang sedari tadi melirikku dari ekor matanya.

Sepertinya dia ada dendam pribadi.

"Uh, sorry. Tapi—"

"Kita duduk dulu di Cafe itu, kalian semua pasti lapar dan haus kan?" Potong Jeffrey.

Wow, rude much. Aku baru saja ingin meminta izin untuk membeli air mineral. Ya, tetapi bagus sih. Seperti bisa membaca suasana, ia langsung mengajak kami berbelok ke Cafe.

Chris dan Row mengangguk dengan antusias, mata tajam Jeffrey langsung tertuju padaku, seakan-akan ia menunggu respon yang sama seperti Chris dan Row dariku.

Pft, not today, Satan.

Tanpa memberikan respon apapun, aku berjalan duluan memasuki Cafe yang ditunjuk oleh Jeffrey.

"Roseanne," aku menoleh dan mendapati Darwin sedang melihat koperku, lalu kembali melihatku. "Kalau kamu nggak keberatan, boleh aku aja nggak yang bawa koper kamu?" tanyanya.

How sweet of him, "Oh! Terima Kasih banyak, Darwin!" balasku dengan senyuman di wajahku.

He's officially my life saver.

Tidak seperti Jeffrey yang sedang menatapku seperti orang yang sedang menonton komedi. Wajahnya benar-benar seperti seseorang yang ingin tertawa, tetapi ditahan.

Mata tajamnya kini menatapku lekat, lalu beberapa detik kemudia ia membuang pandangannya kearah lain.

"Lo berdua liat-liatan mulu, bisa telepati?" tanya Row yang sudah duduk di sebelahku dengan sebuah gelas yang berisikan jus jeruk.

Aku mengedikkan bahuku, "Baru pertama kali ketemu Pevarians lainnya selain Chris dan keluarga kami. Belum ngerti cara kerja mereka disini," ujarku dengan jujur.

Row menganggukkan kepalanya beberapa kali, "Lo sih enak, ada Chris. Gue bener-bener cuma punya Keluarga, sisanya.. methodikos."

Hm, kalau ini pembukaan film High School Musical, mungkin aku sudah naik keatas kursiku dan menyanyikan lagu 'We're All In This Together' untuk Row.

Sayangnya ini adalah kenyataan, dan sekarang Jeffrey menatapku dengan tatapan anehnya. Seakan-akan ia sedang melihatku melakukan hal aneh.

Freak-o.

"Oi Rosie, here you go."

Chris kembali dengan 2 buah sandwich tuna yang menjadi kegemaran kami. Tidak lupa juga dengan milkshake di tangannya.

Setelah semuanya sudah memiliki makanan dan minuman masing-masing, aku pun mulai menyantap menu yang kupesan. Tidak menghiraukan para lelaki yang makan di hadapanku maupun di sampingku.

Mereka semua juga sedang sibuk dengan makanannya masing-masing.

"Kalian berdua ini," Row menunjuk Jeffrey dan Darwin dengan kelingkingnya, "Tingkat 2 di Universitas?" lanjutnya.

Darwin menggelengkan kepalanya, "Nggak, kami berdua sama kayak kalian. Ini tahun pertama kami," ujarnya sambil melahap beberapa kentang yang sudah ada di tangannya.

Row memajukan bibir bawahnya dan mengangguk.

"Eh, Row! Itu kok lengan lo biru-biru?!" heboh Chris sambil mendekatkan wajahnya kearah lengan Row.

PaviaWhere stories live. Discover now