Begitulah tulisan yang tertulis di cover buku itu yang sudah dipastikan buku itu milik Jay, di tambah dengan nama dan hiasan di buku itu yang masuk kategori alay dan membuat mata rusak. Jinara membukanya dan pada halaman pertama, terpampang wajah narsis Jay beserta biodata singkatnya. Untung saja, tulisan tangan Jay rapi, jadi Jinara tidak kesulitan untuk membaca buku ini.

Nama : JAYANDRA YUDHISTIRA AKSARA
TTL : 15 September
Umur : 16 thn (thn ini)
Cita-cita : Lulus SMP dengan nilai tinggi dan masuk SMA favorit
Anak ke 1 dari 6 bersaudara.
Anak dari pasangan Mahendra Aksara dan Minara Myoui.
KAKAK KESAYANGAN JINARA♥ ORANG PALING TAMPAN.

Jinara terkekeh ketika ia membaca tulisan terakhir, ternyata rasa percaya diri yang Jay miliki itu sudah ada sedari kecil, sehingga tidak mengherankan jika Jay memiliki hobi memuji ketampanan diri sendiri. Jinara lalu membuka lembaran-lembaran berikutnya dan membacanya dalam diam. Sesekali ia tertawa pelan atau mendengus geli melihat curhatan kakak sulungnya itu. Buku ini ditulis pada 7 tahun lalu di mana Jay masih menjadi remaja yang labil dan plin-plan. Juga tentang keluh kesahnya menjadi anak sulung, bagaimana nakalnya Key dan cerewetnya Dava, lalu tentang cinta pertamanya, dan bagaimana dia sangat sayang pada para adiknya walaupun mereka semua menyebalkan. Sungguh beban hidup yang sangat berat.

Namun tawa Jinara terhenti saat ia membaca lembaran yang tanpa sengaja ia buka.

17 September

Semuanya berduka.

Jinara mengeryit, berduka? Maksudnya? Karena penasaran, ia membaca kembali tulisan itu dan sedikit mengeryit ketika merasa tulisan tangan Jay sedikit acak-acakan, seperti buru-buru untuk menulis.

Kemarin adalah hari ulangtahun ku yang ke 16. Aku mengajak semua anggota keluarga ku untuk berlibur. Ayah membawa kami ke villa yang ada di puncak. Aku senang sekali, kapan lagi coba liburan sama ayah yang super sibuk? Pagi itu, bunda adalah orang yang paling sibuk. Membangunkan semua orang dan memasak. Untung saja ada Sakha yang membantu, Sakha memang adik terbaik. Kami berangkat tanggal 13 karena kata ayah katanya biar liburan nya lama.

Kami di sana bersenang-senang, kami jalan-jalan bersama dan juga mengadakan pesta BBQ. Bunda juga membuat kue ulangtahun dibantu oleh Wilnan. Yah walaupun aku malas mengakui jika Wilnan memang hebat sekali memasak.

Lalu, ketika tadi pagi kemarin kami semuanya berubah. Aku, ayah dan 4 adikku yang lain sedang menunggu bunda dan Jinara. Tiba-tiba Jinara berlari dan terjatuh dari tangga. Kepalanya terbentur lantai dan tubuhnya dipenuhi luka. Kami mengira itu akibat dari jatuh dari tangga.

Aku memerintahkan Sakha naik ke atas, takutnya terjadi sesuatu pada bunda. Benar saja, bunda sudah tergeletak di lantai dengan perut yang banyak mengeluarkan darah. Ayah yang sedang menggendong Jinara lalu menelpon teman nya untuk meminta bantuan. Dava saat itu semakin menangis keras dan memeluk bunda sedangkan Key sudah pingsan dan Sakha juga sudah menangis.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa, Semuanya terjadi begitu saja. Hari yang awalnya menggembirakan bagiku berubah langsung menjadi hari paling menyakitkan.

Jinara terdiam, lalu tanpa banyak bicara ia membalikkan halaman buku itu. Ada sebuah perasaan yang mengganjal di hatinya tentang tulisan Jay, di tambah cerita yang Jay ceritakan rasanya pernah ia alami namun sayangnya ia tidak mengingat hal tersebut.

1 Oktober.

Ini sudah beberapa minggu setelah kepergian bunda. Semuanya berubah. Sakha menjadi lebih sering mengurung diri di kamar dan selalu menyalahkan dirinya sendiri tentang kematian bunda. Ia menganggap kalau ia sudah teledor dan tidak bisa menjaga bunda. Dava juga terus saja menangis sampai-sampai matanya sudah sangat sembab. Key sekarang menjadi sangat pendiam, dia hanya diam diam dan diam, tidak seperti key yang biasanya yang cerewet juga menyebalkan. Wilnan juga malahan tidak mau pulang ke rumah, ia menginap di rumah nenek.

Ayah sekarang menemani Jinara di rumah sakit. Jinara koma, dan kata dokter kemungkinan dia akan amnesia karena benturan di kepalanya sangat keras. Dan polisi yang menyelidiki kasus kematian bunda tidak bisa berbuat banyak. Karena Jinara adalah satu-satunya saksi mata di sana.

Semua nya berduka, semuanya kehilangan. Namun disini, hanya aku yang bertahan. Aku tidak boleh sedih, jika aku sedih, siapa yang akan menopang keluarga ini? Meskipun dalam diam aku selalu menangis dan menyesali semuanya.

Yah, andai saja aku tidak mengajak mereka semua liburan. Ini semua tidak akan terjadi. Jinara, segeralah sadar, dan janganlah amnesia. Agar semuanya jelas, kami semua menyayangi mu. Aku sayang padamu.

Jinara membuka kembali halaman berikutnya, namun yang ia dapat hanyalah lembaran halaman yang kosong. Tidak ada lagi catatan harian yang Jay tulis. Ia terdiam, tidak menyangka bahwa selama ini Jay menyimpan semua beban masalahnya sendiri. Kakaknya yang paling menyebalkan itu ternyata adalah kakaknya yang paling peduli diantara yang lain.

"Aw..." Jinara mengaduh pelan lalu memegang kepalanya yang menjadi sangat sakit layaknya di tusuk ribuan jarum dan semuanya yang berada di sekitar tampak berputar. Kepingan memori tentang suatu kejadian tiba-tiba terlintas, hanya saja itu tidak terlalu jelas. Bungsu Aksara itu memegang kepalanya dan memejamkan mata guna menghilangkan rasa sakit itu. Keringat dingin bermunculan dan membasahi dahinya, ia mencoba menyandarkan tubuhnya agar tidak jatuh ke lantai akibat pusing yang mendera.

"Kenapa tiba-tiba? Ughhh." Jinara menggeleng pelan. Lalu, ia mengambil botol minuman dan meletakkannya di dahi. Rasa pusingnya pun sedikit berkurang,

"Aneh.." gumamnya lirih, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja menimpa dirinya.

TING!

Suara pesan masuk berbunyi dan membuat si bungsu Aksara itu membuka matanya dan melirik ke arah layar ponselnya yang menyala.

Ayah
Dek, ayah pulang bentar lagi. Nunggu hujan reda. Mau ayah bawakan apa?

Tanpa memiliki niatan untuk membalas pesan tersebut, Jinara membiarkan saja pesan itu sampai layar ponselnya mati. Ia mengatur nafasnya secara perlahan agar rasa sakit yang sedang ia rasakan dapat ia kendalikan dengan baik. Secara perlahan, ia mulai memejamkan mata dan mulai memikirkan hal-hal yang menyenangkan, dan tanpa disadari, ia jatuh tertidur di sofa dengan makanan yang berada di sampingnya dan televisi yang menyala tanpa ia tonton.



























•••
.
.
.
•••
20/01/2019

Direvisi 26/09/2020

[✓] Kakak + Day6Where stories live. Discover now