Part 1

16.9K 113 3
                                    

Sebulan yang lalu aku akhirnya lulus dari Perguruan Tinggi dengan hasil yang memuaskan. Aku, Yuan kini telah menjadi seorang sarjana dan siap menghadapi dunia. Itu semua tidak aku selesaikan dengan mudah, waktu dan perjuangan yang harus aku korbankan terbayar dengan baik saat peringkat kelulusanku menunjukkan bahwa aku lulus sebagai salah satu dari 10 besar lulusan terbaik di Universitasku.

Saat teman-temanku mulai berburu kerja sambil menanti saat wisuda, aku memutuskan untuk beristirahat dengan berjalan-jalan ke luar negri. Bukan berarti aku tidak ingin mencari pekerjaan dan sesungguhnya dengan hasil yang aku capai sudah ada beberapa perusahaan yang menawariku bekerja di perusahaan mereka, tapi aku memutuskan sebelum bersibuk-sibuk dengan pekerjaan aku ingin beristirahat sejenak. Malaysia menjadi tujuan wisata yang aku pilih dikarenakan selain masih tidak terlalu jauh (yang berarti biaya jalan-jalan ke sana tidak terlalu mahal) lingkungan penduduk di Malaysia juga mirip dengan Indonesia sehingga aku tidak terlalu kuatir pergi ke sana.

Keluargaku sangat bangga dengan hasil yang aku capai dan memutuskan untuk membantu biaya perjalananku ke sana. Dibesarkan dalam keluarga keturunan chinese menyebabkan aku menjalani kehidupan dengan cukup baik dari segi ekonomi. Walaupun orangtuaku bukan orang yang kaya raya tapi mereka cukup mampu untuk menyekolahkanku di sekolah yang baik dan membantu biaya jalan-jalanku.

Persiapan perjalanan ke Malaysia berlangsung dengan cepat dan kini aku sudah berada di Malaysia sebagai turis backpacking. Aku sengaja memilih wisata sendirian tanpa travel agent supaya aku bisa lebih jauh mengenal masyarakat di sana. Setiba di Kuala Lumpur, aku mencari hotel yang murah dan mulai mengatur rencana perjalananku. Hotel tempatku menginap ternyata hotel yang banyak pula dikunjungi oleh turis-turis dari Indonesia sehingga kami para penghuni hotel ini bisa cepat akrab satu dengan yang lain.

Ada pasangan turis dari Indonesia yang akhirnya akrab denganku. Si pria bernama Andi sementara yang wanita bernama Julia. Mereka berdua sangat supel dan aku jadi sering pergi mengunjungi tempat-tempat wisata bersama mereka. Andi tampak seperti pria dewasa berusia sekitar pertengahan 30-an sementara Julia berusia sekitar hampir 30-an. Walaupun mereka lebih tua beberapa tahun dariku tapi aku merasa sangat cocok dan nyaman bersama mereka.

Suatu hari mereka mengajakku untuk camping di daerah Sabah. Daerah ini sebenarnya terletak di Pulau Kalimantan, masih bagian dari Malaysia dan dekat dengan Brunai Darussalam. Karena tempatnya lebih jauh mereka mengajakku check-out dari hotel tempatku menginap ini. Aku setuju karena aku sendiri ingin melihat daerah ini.

Kami mulai mengadakan persiapan untuk camping ke daerah ini dan sesampainya kami di sana harus kuakui bahwa benar daerah itu sangat indah. Kami tinggal beberapa saat di sana dan kemudian Andi serta Julia mengajakku menuju daerah yang lebih ke Utara hampir mendekati perbatasan Brunai Darussalam. Karena daerah yang kami tuju cukup jauh, kami memutuskan untuk menyewa kendaraan ke arah sana.

Ternyata perjalanan menuju tempat tujuan cukup jauh sampai menjelang malam. Kami sempat berhenti untuk makan di sebuah rumah makan kecil sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah makan kami melanjutkan perjalanan dan tiba-tiba aku dihinggapi rasa kantuk yang sangat luar biasa. Mungkin memang karena kelelahan aku tidak kuasa menahan kantukku. Sebelum terlelap aku masih sempat mendengar Andi berkata, “Yuan, jangan tidur, sebentar lagi sampai…..” Tapi ternyata aku tidak kuasa menahan kantukku dan aku tertidur lelap.

Saat terbangun aku sempat tidak sadar di mana aku berada, terlebih saat aku merasakan bahwa…..aku tidak mampu bergerak! Setelah lebih terjaga aku berusaha berdiri dan baru menyadari bahwa aku terikat di ranjang yang lebih mirip seperti ranjang operasi dalam sebuah ruangan yang agak gelap. Yang lebih aneh lagi aku terikat dalam keadaan….tanpa busana sehelaipun. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku berusaha meronta tapi ikatan di kedua tangan dan kakiku begitu kuat sehingga aku tidak bisa melepaskan diri.

15 menit kemudian pintu ruangan terbuka dan masuklah Andi diikuti Julia. Wajah ramah mereka tidak terlihat lagi yang tampak hanya wajah yang terkesan dingin. Aku berteriak kepada mereka, “Aa…Andi, apa-apaan ini, kenapa gue keikat begini! Lepasin gue!”

Mereka hanya tersenyum sinis dan justru mempererat ikatan di tangan dan kakiku. Julia yang kemudian berbicara, ada sedikit nada menyesal dalam ucapannya, “Maaf ya Yuan, lebih baik kamu jangan meronta-ronta nanti kamu sakit sendiri.”

“Apa-apan sih ini? Lepasin gue Jul!” Aku berusaha memohon.

Julia meraba wajahku sedikit dan berkata, “Maaf ya Yuan, kami nggak bisa melepaskan kamu.” Dia kemudian mengambil jarum suntik dan botol obat lalu menyuntikkan isinya ke dadaku tepat di bawah putingku. Rasanya sakit luar biasa.

“Aaah! Apa-apaan sih ini semua?!” Aku sedikit menjerit dan tiba-tiba aku rasakan tamparan di pipiku. Ternyata Andi menamparku, “Diam! Percuma kamu teriak-teriak nggak ada yang denger kamu di sini.”

Ia kemudian menyalakan sebatang rokok dan duduk di bangku yang ada di kamar itu sambil memandangiku. Ia mulai berkata, “Gini ya Yuan, tolong lihat bahwa ini semua cuma bisnis. Kami memang pelaku human traficking, pelaku perdagangan manusia.”

Aku panik mendengar ucapannya. Aku tahu apa maksud human traficking. Jangan-jangan mereka akan mengoperasi aku dan mengambil organ tubuhku untuk dijual ke pihak yang menginginkan.

Seolah-olah tahu apa yang aku pikirkan Julia berkata, “Jangan takut, kamu nggak akan dicelakai. Bahkan kamu akan kita buat lebih bagus lagi koq. Lebih cantik dari yang sudah ada.”

Andi tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Julia, “Bener Jul, dibuat lebih cantik dari yang sudah ada.” Ia kemudian berpaling kepadaku dan berkata, “Kami orang-orang yang bekerja secara tidak langsung untuk Pangeran ke-3 Brunai. Kita sekarang ada di Brunai dan kamu nggak akan ditemukan karena kita semua masuk ke Brunai lewat jalur gelap. Sejauh yang orang-orang pikirkan mereka kira kamu masih ada di Malaysia. Jadi jangan terpikir untuk ditemukan. Kamu nggak akan ditemukan.”

Andi melanjutkan, “Pangeran ke-3 Brunai punya satu kelemahan yang agak memalukan bagi keluarga kerajaan. Ia seorang yang tidak menyenangi wanita tapi lebih senang dengan sesama pria. Hal ini sangat memalukan keluarga kerajaan. Akhirnya Ratu memberikan ide yang akhirnya disetujui oleh Raja dan Pangeran ke-3.”

Julia kemudian menimpali, “Ide Ratu adalah untuk mencari pria yang akan diubah penampilannya seperti wanita tapi tetap memiliki organ pria. Jadi seperti waria atau di sini disebut pondan atau maknyah.”

“Kami bertugas untuk mencari orang-orang yang bisa menjadi pasangan Pangeran ke-3. Ratu sendiri tidak ingin mencari waria sejati karena itu juga bisa membawa gosip-gosip yang tidak diinginkan bagi keluarga kerajaan. Jadi kami mencari pria-pria yang bisa….mmhm….dihilangkan, dan mengubah mereka menjadi pasangan bagi Pangeran ke-3.” Andi melanjutkan lagi.

“Sejauh ini kami sudah mendapatkan sekitar 7 pria muda yang kini telah menjadi wanita cantik dan tinggal di harem milik Pangeran ke-3. Kamu akan jadi yang ke-8.” Julia menyambung ucapan Andi.

Gila! Semua ucapan mereka seperti ucapan orang gila! Aku tidak percaya dan semakin aku dengar semakin panik aku jadinya, sehingga aku mulai meronta dengan semakin keras. Julia kemudian berkata, “Nggak perlu meronta begitu Yuan, kamu mungkin nggak sadar sekarang tapi kehidupan kamu nanti sebagai anggota harem Pangeran ke-3 akan sangat enak. Kamu akan dimanja seumur hidup kamu, dan sebenarnya langkah menuju ke sana sudah dimulai. Tadi aku sudah mulai menyuntikkan hormon wanita di dada kamu, tidak lama lagi kamu akan melihat hasilnya.

Human Traficking (Waria)Where stories live. Discover now