Part 28. Another Side of Him

Start from the beginning
                                    

Lalu sebesar apa rasa perih yang aku torehkan untuk ayah dan ibuku nanti, ya Tuhan?

"Oppa, jangan menangis, tolong!" cicitku. Aku tak sanggup jika melihatnya menangis. Aku bisa pastikan hatiku akan lebih remuk lagi jika keluargaku ikut larut dalam kubangan gelap yang aku buat sendiri ini.

Ya, aku sangat menyalahkan diriku yang kelewat bodoh. Ini semua memang salahku sejak dengan konyolnya aku memberi balasan gestur 'OK' pada si jahanam itu.

Jin Oppa berpaling ke arah kaca samping mobil, mengusap wajahnya kasar. "Tidurlah. Kau pasti lelah kan?"

"Kalian berdua percaya padaku?" lirihku.

Sojung Eonni mengangguk dengan tatapan yakin padaku. Aku bisa merasakan cengkraman kedua tangannya lebih mengerat lagi.

"Tak pernah sekali pun aku meragukanmu, Jinae-ya." Jin Oppa menarik kasar dasi putih-birunya sendiri hingga terlepas.

"Sekarang kau pulang ke tempat kami saja ya?" ajak kakak iparku.

"Eonni, aku dalam masa grounded untuk 9 hari ke depan," jelasku.

"Hah, apa?" pekik keduanya hampir bersamaan.

Kakakku berdecak sangat keras. "Semakin besar perusahaan, semakin biadab sistemnya. Miris," gumamnya berang.

"Keterlaluan," lirih Sojung Eonni.

Lalu Jin Oppa pun mengangguk samar. "Eoh, kalau begitu kita pulang ke Gwacheon saja."

***

Kadang aku merasa waktu berjalan lambat, tapi ternyata sudah 5 hari aku menjalani hukumanku. Sebenarnya, aku sadar jika itu baru setengah perjalanan dari total 10 hari yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Sejauh yang bisa kuingat, kegiatanku sampai hari adalah rutin mengunjungi seorang psikolog di rumah sakit khusus kejiwaan. Profesor Min dan ibuku berteman baik sejak keduanya masuk karantina dalam proses seleksi Miss Korea pada masa lampau.

Aku juga terpaksa bekerja sama dengan Jin Oppa untuk menutupi keadaanku dari Jungkook. Aku sendiri pun belum memutuskan sampai kapan aku akan bersembunyi dari kekasihku itu.

Junggo-ya, bersabarlah sedikit.

Diantar ibuku, aku selesai menjalani terapiku pagi ini. Sembari berjalan ke arah parkiran mobil, beliau bertanya, "Jinae-ya, kau ingin melakukan apa hari ini? Bagaimana kalau kita berjalan-jalan. Hm, ke salon misalnya? Atau kau ingin makan ea krim bersama Eomma?"

Aku menggeleng pelan.

"Kau mau menonton bioskop?" Tentu saja tidak, Eomma. Aku akan ingat Jungkook, dan aku tak sedang ingin merasa bersalah padanya. Jadi lagi-lagi aku menggeleng.

Ibuku menghela napas sambil membelai rambutku. "Tapi benar kata Profesor Min, kau harus menyibukkan diri sendiri, sayang."

"Aku tahu, Eomma." Aku memikirkan berbagai macam rencana untuk beraktifitas hari ini. "Hhh, baiklah Eomma. Sekarang aku mau ke Seiromushi saja. Tapi Eomma hanya mengantarku saja, tidak boleh tinggal."

Final Approach (✔) [TERBIT]Where stories live. Discover now