Hantu itu Bukan Pacarku (Raba)

6 1 0
                                    


Sebuah motor melaju kencang melebihi batas kecepatan. Seorang pria berhelm biru berkonsentrasi menatap jalanan malam yang tak terlalu ramai. Ia harus segera tiba di tempat yang ia tuju. Rian lupa kalau malam ini ia harus menjemput Aldo, kekasihnya, di stasiun kereta. Ia masih asik di peraduan ketika teringat akan hal itu. Ia langsung melarikan dirinya ke pesiraman untuk mandi.

Sehari sebelumnya, mereka sempat bertengkar. Entah mengapa, Aldo memaksa minta di jemput. Tak seperti biasanya. Aldo sangat mandiri dan senang berpetualang. Dan Rian sudah memiliki rencana hari itu bersama tim futsal kampusnya. Pertengkaran tak terelakkan. Walaupun pada akhirnya ia mengalah, tapi rasa kesal tak juga memudar dari hatinya. Karena sejak ayahnya mangkat, menurut ahkam, ia lah yang menggantikan beliau.

Handphone yang Rian tempelkan di motornya berkedip pelan, menandakan ada panggilan masuk. Di sentuhnya earphone yang ia pakai dan suara kekasihnya pun terdengar.

"Kamu dimana? Jadi jemput ngga? Aku sudah nunggu dari tadi." Suara Aldo terdengar tak sabar.

Rian melirik jam di handphone-nya sekilas. Pukul sebelas malam. Berarti sudah satu jam Aldo menunggu di stasiun. Kekasihnya itu pasti marah lagi. Rian menghela napas.

"Aku lagi di jalan. Maaf terlambat. Aku lupa kalau harus menjemputmu."

Terdengar suara di seberangnya menghela napas juga.

"Baiklah... Akan aku tunggu," sahut Aldo seraya mematikan sambungan telepon.

Tak lama kemudian, Rian tiba di stasiun. Tempat itu begitu gelap dan sepi. Ia melihat Aldo duduk sambil menunduk di tangga dengan backpack di pundaknya. Ia memanggil kekasihnya itu. Dan Aldo berjalan ke arahnya sambil tetap menunduk. Mungkin dia masih marah, pikir Rian. Aldo naik ke atas motor, tanpa bicara apapun.

Rian segera melajukan motornya ke rumah Aldo. Ia mengajak Aldo bicara, tapi tak ditanggapi. Akhirnya ia memilih ikut berdiam diri.

Tak lama berselang, handphone-nya kembali berbunyi. Betapa terkejutnya Rian melihat nama penelpon itu. Aldo yang menelponnya. Rian melirik ke belakang. Dilihatnya Aldo masih duduk tertunduk. Bulu kuduk Rian meremang. Di angkatnya telepon dari Aldo.

"Rian, kok aku malah kamu tinggal sih?? Aku udah jalan ke arah kamu, eh, kamu malah nyelonong pergi. Niat jemput ngga sih?" Suara omelan Aldo semakin membuat Rian ketakukan.

Jika Aldo masih berada di stasiun, lalu siapa Aldo yang duduk di belakangnya?

Tiba-tiba ia merasa motornya ringan. Dan sengaja melirik ke belakang. Dan Aldo yang duduk di belakangnya menghilang. Rian segera menekan tuas rem dan motornya pun tergelincir dan ia jatuh terguling.

"Aaah... Sial sekali aku hari ini..." pikirnya sebelum kegelapan menjemputnya.

Stories and NotesWhere stories live. Discover now