25; dilema

2.7K 215 25
                                    

Beberapa hari sepulang dari Singapore, gue dan Vaness disibukkan oleh grand opening kosan.

Ceilah, grand opening...

Setelah melakukan pemberkatan gedung, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba. Gue resmi menjadi "bos kosan" walaupun belum semua kamar tersewakan.

Memang sih, sebelumnya gue udah menyebarkan info mengenai kosan ini. Jadi, dari jauh-jauh hari, udah bisa di booking cuma untuk tanggal masuk dan tanggal tinggal baru bisa terhitung mulai hari ini.

Gue dan Vaness juga udah berhasil menemukan seseorang yang kami yakin bisa bertanggung jawab dalam mengurus kosan ini, dikala kita berdua gak sempet ke kosan karena gak mungkin gue dan Vaness ke kosan setiap hari. Namanya mbak Nana. Selain itu, jobdesk mbak Nana juga membersihkan seisi kosan dan bertanggung jawab untuk menerima tamu ataupun orang-orang yang menanyakan hal-hal mengenai kosan baru ini.

Untuk pembayaran kosan, gue dan Vaness mencari jalan aman. Kita pakai sistem transfer untuk meminimalisasikan terjadinya sesuatu yang nggak diinginkan.

Gue memutuskan untuk pake rekening atas nama gue sebagai owner kosan ini. Tadinya gue pengen pake rekening Vaness aja karena nantinya dia yang bakalan lebih sering ngecekkin uang masuk, tapi setelah di pikir-pikir, pake rekening gue lebih aman. Gue takut kalo pake rekening Vaness dan tiba-tiba kedepannya akan ada masalah yang tidak diinginkan, nama Vaness yang bakal kebawa-bawa. Jadi, biarkan nama gue aja yang menanggung masalah. Tapi gue berharap gak ada hal macem-macem yang terjadi sih. Semoga yaaa.

Oleh sebab itu, gue udah memberi hak buat Vaness dalam mengakses akun bank gue. Berhubung Vaness lebih andil mengurusi keuangan, gue percaya kalo kita berdua sama-sama bisa membangun kosan yang baik. Apalagi, dia anaknya sangat amat teliti. Jadi, gak ada alasan lain untuk gak mempercayai Vaness.

"Kamu yang pegang key-bca ku ya, yang. Biar aku yang pake m-banking," kata gue sambil ngasih key-bca ke Vaness waktu itu.

Vaness nurut karena memang akan lebih mudah jika dia mengakses via key-bca. Dia gak perlu ngelog-out akun m-banking banknya sendiri. Terlebih, akun m-banking gue juga aktif dan satu akun bank gabisa login di dua hp yang berbeda.

-

Beberapa hari sepulang dari liburan, mama sempet nelfon gue.

Katanya, "Gih kamu ajak Vaness jalan-jalan lagi,"

Disuruh nyenengin istri lagi, padahal gue gak yakin si Vaness mau di ajak jalan-jalan.

Sebenernya gue udah punya rencana buat liburan ke Eropa. Tapi sampe sekarang belum kesampean karena kita sama-sama sibuk. Dulu sih niatnya mau honeymoon ke Eropa, tapi kata Vaness kejauhan, dan waktu itu status gue dan dia masih jadi pegawai di kantor orang. Jadi niat tersebut diurungkan demi kebaikan bersama.

"Kamu lagi baca apa?" Gue yang lagi duduk bersender diatas sofa didatengin Vaness dan langsung dirangkul dari belakang. Anaknya baru kelar nyuci piring dan dengan santainya menjadikan pundak gue sebagai penopang dagunya. "Tiket? Kamu mau meeting ke eropa?"

Gue menoleh kearah wajahnya sejenak kemudian tersenyum simpul. "Enggak,"

"Terus?"

"Mau liburan!"

"Liburan mulu padahal kerjaan banyak," katanya lagi sambil mencoba melepaskan rangkulannya. Tapi gue menahan salah satu tangannya.

"Hih, sensi banget sih istri gue," kata gue sambil mendongak dan gue ketawa melihat reaksi wajahnya. "Mau kemana? Sini dulu temenin aku liat-liat tiket. Kan aku gak liburan sendirian. Sama kamu tau," ujar gue lagi.

"Gamau,"

Gue geleng-geleng. Apa gue bilang, benerkan anaknya gamau.

"Sini duduk..." gue menepok-nepok sofa sambil melemparkan tatapan memohon ke dia. Berharap dia nurut.

Marriage Life; Brian Kang • YoungK Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang