22. The Wedding

1.4K 323 198
                                    

Daniel memandang barisan penumpang yang mulai memasuki garbarata yang menghubungan bangunan airport ke badan pesawat. 20 menit lagi pesawatnya akan mengudara. Kelihatannya hanya dia satu-satunya penumpang di ruang tunggu itu yang belum berdiri. Dilihatnya ground staff Korean Air yang mulai memandanginya.

Di saat-saat terakhir Daniel berhasil mendapatkan tiket pesawat kembali ke Seoul. Tak memiliki waktu yang banyak untuk berkemas, dia memasukkan barang-barangnya asal ke dalam koper, sebelum buru-buru memesan taxi. Untung lalu lintas hari Minggu pagi tidak terlalu macet. New York City memang lebih padat di hari kerja.

Untunglah pasport-nya aman di dalam kamar kemarin, dan insiden perkelahian bar-nya berakhir dengan damai, sehingga dia tidak mengalami kendala saat melewati petugas imigrasi. Walau Daniel tidak bisa tidak melihat lirikan penuh tanda tanya orang-orang yang berpapasan dengannya ketika melihat wajahnya yang penuh dengan bekas luka dan langkahnya yang tertatih akibat menahan sakit di sisi badannya.

Daniel sekali lagi memandang pintu penghubung ruang tunggu ke bangunan utama Bandara Udara, kegiatannya yang dilakukannya setiap lima menit sesampainya di Bandara Udara itu. Ketika mengantri untuk check in, di dalam barisan imigrasi, bahkan sesampainya di ruang tunggu, dia tidak bisa mencegah kepalanya untuk selalu menengok ke belakang.

Memang apa yang ditunggunya? Apa yang dicarinya?

Tidak mungkin Seongwoo akan datang berlari-lari mengejarnya. Dalam adegan film mungkin, tapi tidak di dunia nyata.

Dia harus mulai bisa menerima kenyataan.

Seongwoo tidak akan datang.

Diliriknya lagi penanda waktu di tangannya. Mungkin sekarang ini Seongwoo sudah berganti status.

Saatnya merelakan.

Saatnya melepaskan.

Menghela nafas, Daniel mulai bangkit berdiri. Dia melangkah ke arah petugas yang berjaga. Saat petugas itu memeriksa tiket dan identitasnya, Daniel sekali lagi menoleh ke arah pintu. Untuk terakhir kali dia ingin meyakinkan dirinya.

Saatnya mengucapkan selamat tinggal.

Perlahan dia berjalan memasuki pesawat, mencari nomor tempat duduknya, yang ternyata cukup berada di ujung pesawat karena proses check in-nya yang terlambat. Dia duduk disamping sepasang suami istri berkebangsaan Korea yang terlihat berusia pertengahan abad.

Daniel tersenyum sekilas ketika memasang sabuk pengamannya, lalu segera menutup mata begitu ada kesempatan. Dia sedang ingin sendirian, tidak ingin terjebak dalam percakapan basa-basi selama empat belas jam kedepan.

Walau dengan mata terpejam, Daniel bisa merasakan ketika pesawat itu mulai bergerak menuju runway, dan kecepatannya yang semakin meningkat. Ketika Daniel merasakan badan pesawat itu mulai terangkat, setitik air mata jatuh dari sudut matanya yang terpejam.
































Selamat tinggal Ong Seongwoo.





















*******

*******

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.
HOURGLASS [END] | OngNielحيث تعيش القصص. اكتشف الآن