23. Letters

1.6K 348 226
                                    

Sudah beberapa hari Daniel tinggal di rumah pantai keluarganya di Incheon. Dia memperpanjang cutinya dari Kampus dengan alasan memulihkan kesehatan, walau sebenarnya tulang rusuknya yang retak sudah tidak terasa sakit lagi.

Dia juga bermaksud memulihkan hatinya. Meskipun setelah dipikir ulang, tempat ini bukan tempat yang cocok untuk memulihkannya dari rasa sakit. Terlalu banyak memori dan kenangan di sini. Tapi Daniel butuh tempat untuk menyendiri, dan tempat ini memberikan semua yang dibutuhkannya.

Hampir semua.

Yang paling dibutuhkannya tidak ada.


Seongwoo.





Daniel butuh melihat Seongwoo.




Mendengar suaranya.





Otak Daniel tidak bisa mengendalikan hatinya yang masih merindu.

Kapan dia akan mulai bisa menerima kalau Seongwoo tidak akan pernah menjadi miliknya?


...

Seperti kebiasaannya beberapa hari ini, di sore hari Daniel akan duduk di kursi panjang di teras belakang yang menghadap ke arah laut. Hari ini dia mencoba memejamkan mata sejenak. Rasa kantuk menyerangnya tiba-tiba.

Ini bukan musim liburan, bukan pula akhir pekan. Dongmak beach sedang sepi. Apalagi bagian pantai yang ini tidak terbuka untuk umum. Hanya suara ombak dan semilir angin yang terdengar.

Angin sepoi yang berhembus seakan mengelus rambutnya, membuat Daniel semakin mengantuk. Sambil menguap dipejamkannya matanya. Toh tidak ada yang perlu dikerjakannya.

Dia sempat tertidur beberapa menit saat suara mobil mendekat membangunkannya. Tapi Daniel tidak ambil pusing, masih berbaring di tempatnya. Dia berpikir mungkin pemilik vila sebelah, atau orang yang kebetulan lewat.

Daniel mencoba memejamkan matanya lagi.

Kelihatannya dia tertidur lagi.

Karena sekarang dia bermimpi Seongwoo berdiri di depannya.

Daniel tersenyum kepada sosok yang dirindukannya itu.

Tapi Seongwoo di dalam mimpinya ini tidak tersenyum. Memandangnya dengan tatapan sedih.

"Daniel!" bahkan suaranya sangat mirip dengan aslinya, membuat Daniel makin terbuai.

"Daniel! Bangunlah kita perlu bicara." Seongwoo mengguncang lengannya.

Daniel bisa merasakan tubuhnya ikut terguncang.

Kenapa mimpi ini terasa begitu nyata?

"Daniel!" suara itu begitu keras dan jelas.

Daniel mengerjapkan matanya, mencoba menghilangkan rasa kantuk. Bayangan di depannya tidak jua menghilang.

Daniel mengerjapkan matanya lagi, kali ini karena tak percaya.

Benarkah ini Seongwoo yang ada di depannya?

Bukan hanya mimpi?



Bukan hanya bayangannya?



Sebelum bayangan itu hilang, Daniel merengkuhnya dalam pelukannya.


Bukan.


Ini bukan mimpi.


Ini bukan ilusi.


Yang ada dalam pelukannya sekarang  ini nyata. Memiliki kulit, memiliki  tulang, memiliki bentuk. Bernafas dan bernyawa.

HOURGLASS [END] | OngNielTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon