3. Aimee dan Keano

53 4 4
                                    

APPETIZER #3
AIMEE DAN KEANO

"Udah, udah, nggak usah diliatin terus. Udah pergi orangnya.” Kata Keano, membuyarkan Aimee.

Aimee mendelik. “Sirik aja lo!”

Padahal, Aimee hampir lupa kalau doi mau marah-marahin Keano berkat senyum malaikat Alki. Tapi karena mendengar suara Keano, emosi Aimee naik lagi.

Aimee nggak bilang apa-apa setelahnya, hanya menatap Keano nanar, kemudian berlalu pergi.

"Yaudah, gue minta maaf, lain kali nggak lagi deh telat keluar kalo bareng sama lo."

Aimee nggak menjawab, berbalik pun nggak.

"Eh, kenapa sih? Gue kan udah minta maaf!" Kata Keano lagi, melangkah cepat lalu berhenti di depan wajah superjudes Aimee.

“Mikir gak sih lo? Dikira nggak kesel apa nungguin lo hampir satu jam, terus gue udah seneng-seneng ditemenin Alki, mau dianter pulang, terus di detik-detik terakhir lo dateng maksa-maksa gue pulang sama lo aja!” Aimee akhirnya bersuara.

“Ya Allaaaah!” Keano mengusap wajahnya kasar. Ternyata Aimee begini karena nggak jadi pulang sama Alki. "Yaudah iya gue minta maaf semaaf-maafnya, terus sekarang gimana? Mau gue anterin lagi lo ke mobil Alki?" Tangan Keano menunjuk Civic putih milik Alki yang hampir berbelok keluar gerbang sekolah.

Mulut dan kaki Aimee diam. Hatinya gondok. Keano ini serius atau bercanda, sih?

"Mau pulang nggak nih?" Keano yang sudah duduk di motor sambil memegang helm hitamnya, menoleh pada Aimee yang berdiri berjarak dua motor ke kanan.

"Yauda cepet lah!" Balas Aimee ketus, kakinya melangkah dan berhenti sekitar satu langkah di depan Keano, menunggu Keano berdiri lagi untuk mengambil helm putih yang biasa ia pakai di bagasi motor Keano.

Tapi Keano tak kunjung beranjak, malah senyum-senyum sendiri liat Aimee yang ekspresinya masih judes memandang ke arah lain. "Sama gue atau sama Alki?" Katanya kemudian.

"Keano, ah!"

Keano merangkul pundak Aimee, menyeret tubuh Aimee lebih dekat dengannya. “Hehehe, bercanda Aimee-ku.”  Keano mencubit pipi Aimee gemas.

Lima menit kemudian, akhirnya motor Keano menembus jalanan kota Bandung yang untungnya cukup lengang saat itu. Air hujan mulai jatuh setitik-dua titik. Aimee yang sejak naik ke motor Keano tadi diam, dalam hati mulai mengumpat lagi. Gara-gara Keano!

Memasuki Jalan Asia Afrika, hujan benar-benar turun. Tidak ada basa-basi gerimis sama sekali, hujan langsung turun deras begitu saja. Keano langsung mengebut menembus hujan, takut Aimee basah kuyup.

Aimee benar-benar ingin menangis lagi. Hari ini benar-benar tidak berpihak kepadanya. Dari pagi perutnya sakit karena haid, siangnya harus menunggu Keano lebih dari setengah jam, kemudian tadi harapannya pulang bareng Alki pupus begitu saja. Dan sekarang, ketika Aimee benar-benar ingin segera tiba di rumah, ganti baju, lalu tidur siang karena terlalu lelah, hujan malah turun deras membuat bajunya basah. Mana rumahnya masih jauh banget, lagi.

Keano memberhentikan motornya di depan Starbucks. "Turun Ay." perintahnya pada Aimee, yang langsung dituruti. Gadis itu berteduh di bawah kanopi Starbucks, sedangkan Keano memarkirkan motornya.

Tidak sampai satu menit kemudian, Keano bergabung di sebelah Aimee. Tangan kirinya menenteng helmnya, sedang tangan satunya bergerak membukakan helm yang dipakai Aimee.

Aimee diam, tidak bicara atau bergerak. Matanya hanya mengikuti gerakan tangan Keano yang sebenarnya agak kesulitan harus melepas helm dari kepala orang lain dengan satu tangan. Ekspresinya sulit dibaca, membuat Keano serba salah. Roman-romannya sih ini anak bisa meledak tangisnya kapan aja. Berarti Keano harus hati-hati, salah ngomong sedikit, Aimee bisa membunuhnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PARADISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang