2. Teman Baru

46 6 0
                                    

Tanpa Nadia sadari, akhirnya dia telah sampai di Jakarta
"Alhamdulillah akhirnya nyampe" ujarnya keluar dari stasiun

"Gimana udah sampe?" Sebuah Whatsapp masuk yang ternyata dari teh Ayu

"Alhamdulillah teh, udah" balas Nadia

"Ya udah, inget ya kamu hati hati disana"

"Iya teh"

Tak ada balasan lagi dari teh Ayu, Nadia segera bergegas keluar
Berbekal gps di hpnya, Nadia mencari letak kampusnya yang ternyata tak jauh dari stasiun tempat ia berhenti, ia masih tak percaya bahwa ia mendapatkan beasiswa, Nadia berdecak kagum melihat kampusnya
Hari ini Nadia sudah mengadakan perjanjian pertemuan dengan pak Wiratama selaku perwakilan kampus yang tentunya bukan hanya Nadia saja, penerima beasiswa lainnya pun sudah dijanjikan untuk bertemu hari ini
di e mail tersebut Nadia akan bertemu dengan pihak Universitas dan perwakilan dari pihak perusahaan yang memberikan beasiswa kepadanya

Nadia masih menunggu di luar, dia sambil memperhatikan mahasiswa yang keluar masuk, tanpa ia sadari ada seseorang yang menepuk pundaknya
"Astagfirullah" ucap Nadia kaget
"Eh, maaf aku jadi ngagetin" ucapnya, Nadia pun menoleh dan tersenyum kecut
"Iya gak papa" jawab Nadia
"Kamu calon mahasiswa baru ya" tanyanya, Nadia pun mengangguk
"Yang dapet beasiswa?" tanyanya pelan memastikan, kembali Nadia mengangguk
"Oh, sama dong" ujarnya, Nadia pun tersenyum
"Iya" ucap Nadia akhirnya
"Wulan" ucapnya memperkenalkan diri
"Nadia" balasnya sambil menjulurkan tangan
"Kamu dah lama disini" tanya Wulan
"Iya" jawab Nadia tersenyum
"Ngomong ngomong kamu asalnya dari mana" tanya Wulan kembali
"Bogor, kamu sendiri?" Nadi balik bertanya
"Aku Tangerang" jawabnya

Mereka pun terlibat obrolan obrolan ringan sambil diselingi tawa diantara mereka, Nadia merasa disini dia sudah memiliki teman baru, menurutnya Wulan sosok yang sangat hangat, apalagi mereka merasa memiliki nasib yang sama. Wulan yang berasal Dari Tangerang ayahnya bekerja sebagai petani, ibunya seorang buruh cuci, dia anak pertama dari tiga bersaudara, karena memiliki kesamaan mereka pun cepat dan mudah akrab

"Nadia kita kesana yuk?" Tunjuk Wulan kearah 3 orang yang tengah duduk, dua orang laki laki dan satu perempuan, Nadia pun mengiyakan ajakan Wulan
"Yuk" mereka pun menghampiri ketiga orang tersebut

"Permisi" izin Wulan pada tiga orang tersebut, Nadia pun tersenyum sambil mengangguk, dan dibalas juga dengan senyum dari ketiganya
"Iya" jawab salah satu dari tiga orang tersebut
"Maaf kalian, calon mahasiswa baru juga" tanya Wulan pelan, mereka pun mengangguk
"Yang dapet beasiswa?" Wulan memastikan, mereka pun kembali mengangguk, Nadia dan Wulan pun jadi tersenyum
"Hai aku Wulan dan ini Nadia" ucap Wulan memperkenalkan diri dan diangguki Nadia
"Owh iya, Gue Aditya, Gue Alvin, aku Putri" jawab ketiganya memperkenalkan diri beriringan
"Kalian asalnya dari mana" tanya Nadia pada ketiganya
"Adit sama aku dari Jakarta, Alvin Depok"  jelas Putri

Mereka pun akhirnya terlibat obrolan hangat, yang membuat Nadia merasa senang karena dia telah menemukan teman baru, walau diantara mereka Nadia lah yang paling dewasa, meski mereka baru saling mengenal satu sama lain, mereka merasa memiliki kesamaan satu nasib, apa lagi mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu, kecuali Putri yang memang dari keluarga yang berada

"Kalian baru pada lulus sekolah ya" ucap Nadia tiba tiba, dan diangguki ke empatnya
"Emang kenapa, mentang mentang kamu lebih dewasa gitu" ucap Wulan, Nadia pun mengangguk
"Ya aku, ngerasa minder aja sama kalian" ucap Nadia malu
"Ngapain malu, ya udah kita panggil Nadia kakak aja deh" ujar Alvin sambil meledek, Nadia pun dibuat malu

"Ih apaan sih"
"Lagian, disini kan kita mau kuliah, bukan masalah soal muda atau tua, emang masalah gitu" Jelas Putri, dan diangguki semuanya
"Owh iya Put, maaf sebelumnya, kok kamu, cari beasiswa sih, bukannya kamu orang punya, gak sama kaya kita yang..." Ujar Nadia karena heran Putri memilih jalur beasiswa sedangkan dia dari keluarga yang berada, Putri pun tersenyum
"Sebenernya aku pilih jalur beasiswa ya itu karena emang keinginan aku, mungkin kalian mikir kok, orang kaya bisa dapet beasiswa? Ya karena aku pilih jalur beasiswa prestasi, aku juga gak tau bakal lolos. Awalnya juga orangtuaku gak setuju soal pilihanku, tapi aku yakinin mereka, bahwa aku gak mau nyusahin mereka, aku ingin mandiri, aku ingin belajar dari mereka, bahwa kesuksesan itu berawal dari usaha, toh mereka yang punya uang, bukan aku. Mereka yang punya rumah bukan aku. Itu karena apa? Karena usaha mereka sendiri, dan aku pengen buktiin, bahwa aku juga bisa, mereka juga akhirnya ngerti, kita semua sama, sama sama Manusia. Semua sama di mata Tuhan" jelas Putri, mereka pun mengangguk paham, tanpa Nadia sadari dia meneteskan air matanya
"Maaf aku jadi nangis" ucapnya sambil menyeka air matanya
"Tapi mereka ngizinin aku dengan syarat, aku gak boleh kost, harus pulang. sebenernya aku ingin bener bener mandiri secara seutuhnya tapi ya sudah aku turutin aja" tambah putri lagi
"Aku gak nyangka masih ada orang kaya yang berfikiran kaya kamu, aku salut" ucap Nadia lagi lalu merangkul Putri
"Iya, aku setuju apa kata Nadia, sekarang udah jarang orang yang berada berfikiran kaya kamu Put" lanjut Wulan yang juga berkaca kaca
"Kok jadi pada melow gini sih" ujar Alvin yang ternyata ikut meneteskan air mata
"Ih Alvin cengeng" ledek Putri
"Biarin, wlee" elak Alvin menjulurkan lidah, mereka pun tertawa
Nadia belajar dari Putri, walau dia dari orang  berada namun dia tidak membedakan sama sekali bahwa diantara mereka tidak ada perbedaan, mereka semua sama dimata Tuhan

Cinta Bukan Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang