4. Flashback (1)

470 38 4
                                    

Updatean pertama di tahun 2019, yuhuuuuuu....

========

Panasnya terik matahari siang tadi tidak dapat menahan derasnya hujan pada sore hari. Terlihat dari banyaknya penghuni kampus yang berteduh di bawah atap yang sama. Mereka menunggu hujan reda, namun sudah lebih dari tiga puluh menit hujan masih saja betah menyirami bumi. Merasa jenuh terlalu lama menunggu, wanita yang sedari tadi duduk segera berdiri. Matanya menatap ke arah langit.

'Sepertinya akan lama,' gumam wanita itu pada diri sendiri.

Wanita yang kali ini mengikat rambutnya membentuk kuncir kuda memutuskan untuk menerobos hujan—mengingat hari makin gelap. Sambil menutupi kepala menggunakan tas yang tidak terlalu besar, ia berlari menerobos derasnya buliran hujan. Hal tersebut cukup membuatnya jadi pusat perhatian, tapi ia tidak peduli. Yang ada dalam pikiran wanita itu saat ini hanya ingin cepat sampai di rumah.

Setengah berlari, wanita berkemeja putih itu menuju ke arah parkiran di mana kendaraannya berada. Membuka kunci mobil dengan susah payah, karena kunci otomatisnya sedang tidak bersahabat hari ini. Setelah berhasil, ia masuk dan langsung membanting pintu mobilnya.

Wanita itu melemparkan tasnya ke kursi belakang penumpang. Mengambil tisu dari dalam dashboard dan mengelap wajahnya. Ia membuka ikatan dan mengebas-ngebaskan rambut cokelatnya yang basah terkena hujan. Pakaian yang ia kenakan pun terlihat menerawang. Untung saja ia mengenakan kaos tanpa lengan di dalamnya. Kalau tidak, tubuhnya akan terekspos dengan jelas. Menghidupkan mesin mobil, ia mulai melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Sesekali mengumpat ketika jalanan yang ia lalui tergenang air yang cukup dalam.

Dua puluh lima menit kemudian wanita berhidung mancung tadi tiba di rumah. Harusnya hal tersebut ia lakukan sejak awal jadi waktunya tidak terbuang dengan percuma. Sampai saat ini pun hujan masih terlihat deras.

Wanita itu mengeluarkan kunci dari dalam tasnya lalu membuka pintu. Keadaan rumah masih sama saat ia meninggalkannya tadi pagi. Bahkan piring bekas sarapannya masih tergeletak di tempat yang sama. Siapa yang akan membereskannya kalau bukan wanita itu sendiri. Ia hanya tinggal sendirian di kota ini, jauh dari saudarinya yang berada di kota asal mereka—Colorado, Denver.

Setelah mandi dan berganti pakaian, wanita itu menghidupkan mesin pembuat kopi. Biasanya wanita lain lebih menyukai teh hangat atau susu tapi tidak dengannya. Ia lebih menyukai minuman yang mengandung kafein, apalagi untuk cuaca seperti sekarang. Membuka lemari es, bibirnya mengerucut. Tidak ada apa-apa di dalamnya selain air mineral dan makanan siap saji sisa tadi malam. Tidak ada pilihan lain, ia mengambil makanan siap saji tersebut dan menghangatkannya ke dalam microwave, tinggal menunggu semuanya siap untuk dinikmati.

Ayolah Kim, siapa yang akan mengurus dirimu kalau bukan kau sendiri, gerutunya dalam hati.

***

Pagi ini matahari belum menunjukkan kekuatannya. Ia masih betah bersembunyi dibalik awan. Kimberly yang kini masih bergelung di bawah selimut masih belum mau melakukan aktivitas apa pun. Bahkan ponsel yang berdering sejak lima menit yang lalu ia abaikan.

Merasa terabaikan, si penelepon terus saja menganggu. Hingga akhirnya Kimberly menyerah. Ia bangun dari tidur masih dengan mata terpejam, meraba-raba meja nakas yang ada di samping kiri tempat tidurnya. Menemukan apa yang ia cari, sedikit membuka matanya dan menggeser tombol hijau.

Kimberly kembali membaringkan tubuhnya. "Hallo Shan!"

"Kau masih tidur? Ini sudah jam berapa, Kimmy?" kesal seseorang di seberang sana, "Kau ingatkan ini hari apa?"

"Aku tidak ada kuliah pagi ini," mata Kimberly perlahan membuka, ia menguap, "Iya aku ingat. Ini hari anniversary kalian 'kan?"

"Aku ingin memberikan kejutan untuknya, Kimmy."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 08, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The KillersWhere stories live. Discover now