5

3.5K 481 38
                                    

Kenapa begitu mudah aku luluh dengan seorang lelaki sepertinya?.

AIESHA

   Siang ini, setelah makan siang. Aku memutuskan untuk berdiam diri di dalam ruanganku. Tidak ada yang ku lakukan, semuanya sudah ku kerjakan. Aku melirik sekilas ruangan tempat atasanku itu berada.

  Aku masih merajuk. Sebelum makan siang tadi aku sudah mengantarkan berkas yang sudah ku kerjakan.

Setelah atasanku itu pergi dari ruanganku dengan meninggalkan duri yang menancap dalam hatiku. Aku mengerjakan berkas yang di berikannya, sambil meracau tidak jelas.

Hanya butuh 1 jam untukku mengerjakannya. Aku melihat jam yang berada di meja kerjaku, sebentar lagi waktu makan siang, aku memutuskan untuk menyerahkan berkas ini. Sebelumnya aku menghela nafas berat, mencoba menghilangkan emosi yang membara.

"Ini pak berkasnya," ucapku datar.

"letakkan saja di atas meja,"ucapnya tak kalah datar dariku bahkan ia hanya fokus dengan laptop di atas mejanya. Baiklah aku akan mencoba lebih datar dan lebih dingin daripadanya.

"sudah, permisi," ucapku sedatar mungkin.

"Iya,"ucapnya singkat. Apa dia tidak bisa mengucapkan terimakasih? Atau setidaknya ia meminta maaf padaku atas kejadian beberapa jam yang lalu?.

Dengan kesal, aku berjalan dan menutup pintu ruangannya dengan kasar, dan berjalan menuju ruanganku

"aw.." aku meringis, merasakan permukaan pipiku yang terasa begitu dingin membuatku tersadar dari kejadian 1 jam yang lalu.

   Aku menatap tajam pada sang pelaku. Dia adalah atasanku.

"Jangan melamun di saat jam kerja," ucapnya sambil meletakkan jus jeruk di atas mejaku. Tanpa kata lagi, dia pergi begitu saja.

  Aku menatap minuman tadi yang begitu terasa dingin menyapa pipiku. Aku mengambilnya dan melihat secarik kertas di bawahnya. Segera ku buka.

"Maaf jika lisanku menyakitimu. Aku hanya ingin memberitahukan kebenaran"

  Aku tersenyum menatap secarik kertas dengan tulisan tangan yang begitu rapi. Ku akui memang perkataannya benar. Kenapa begitu mudah aku luluh dengan seorang lelaki sepertinya?.

  Aku menatap minuman dingin itu penuh minat. Aku mencobanya, dan rasanya begitu nikmat. Kenapa bisa ada minuman se-enak ini?. Padahal ini hanya jus jeruk biasa.

***

  Sepulang dari kantor, aku langsung pulang ke rumah. Dan bergegas membersihkan diri.

  Tidak sampai 30 menit aku keluar dengan pakaian rumahan. Rambutku ku ikat dengan asal. Sungguh aku sangat lapar. Aku segera berjalan ke dapur, mencari makanan yang bisa ku makan. Ini belum waktunya makan malam. Sehingga makanan belum tersedia.

  Aku mengambil Isy dan daging di atas meja. Tumben sekali jam segini sudah di sediakan makanan.

Ting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ting...tong.....

Suara bel berbunyi. Aku tidak menghiraukan dan meneruskan makanku. Aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah dapur. Mungkin itu ayah.

"Astagfirullah."

Aku melihat ayahku sedang mengusap wajahnya. Di belakang beliau ada seorang lelaki yang sangat ku kenal. Dia adalah atasanku, dia memakai pakaian begitu rapi.

"Ayah, ada apa?," tanyaku polos.

"Ini ku sediakan untuk tamuku. Maafkan anakku, nak" ucap beliau, pada Shakeil, atasanku.

"Tidak apa, pak," ucapnya sambil tersenyum.

"Aku hanya memakan sedikit. Masih banyak makanan lebih untuk ayah dan Shakeil," ucapku acuh.

"Kenapa kau memanggil atasanmu dengan nama?,"tanya Ayah

"itu karena ini sudah tidak di kantor ayah" jawabku, lalu memasukkan potongan besar daging ke dalam mulut.

"Sudahlah, pak, tidak apa"ucap Shakeil.

"Lanjutkan lah makanmu" ucapnya lagi padaku yang hanya menatapku sekilas.

Setelah percakapan tadi, ayah hanya pasrah dan kamipun makan bersama, aku sengaja memperlambat makanku.  Di ruang makan begitu hening. Tak ada yang membuka suara.

   Setelah makan tadi, ayah menyuruhku pergi ke kamarku. Akupun menuruti.

Aku tau, mereka pasti hanya membicarakan pekerjaan. Dan itu membosankan.

Bosan di kamar, aku memutuskan untuk ke ruang tv, dimana playstations-ku berada. Aku memiliki banyak koleksi games. Masih ada beberapa yang belum ku selesaikan.

"Kalah lagi"ucapku kesal sambil melemparkan stik dengan asal.

"Haus" ucapku, dan segera bangkit menuju dapur.

Di dapur aku segera mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin yang ku ambil dari kulkas. Dan segera meminumnya.

"Duduklah, minum sambil berdiri tidak baik"

Aku terkejut mendengar suara itu. Hingga sedikit terbatuk. Aku menatap ke belakang, terlihat Shakeil sedang berjalan santai meninggalkanku. Sepertinya ia ke kamar kecil tadi, jarak kamar kecil dan dapur sangat dekat.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sungguh melarang dari minum sambil berdiri.” (HR. Muslim no. 2024).

Assalammu'alaikum, siapa nih yang nunggu Ya Shakeil?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Assalammu'alaikum, siapa nih yang nunggu Ya Shakeil?

Maaf sekali, karena lama menunggu.

Mohon koreksinya

Kritik dan saran

Jazakumullah kairan katsiira

Salam penulis

Sflhtmy❤

YA SHAKEILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang