chapter 5

551 19 0
                                    

Markas Phoenix

Bugh!
Tiba tiba seorang siswa berperawakan agak tinggi dengan rambut yang berantakan dengan penuh keringat menedang pintu Phoenix dengan kakinya dan langsung melesat masuk, orang orang yang ada di dalam markas yang awalnya sedang duduk santai kini berdiri tegak ketika siswa itu datang.

"Eh Rifky" ya orang yang datang adalah Rifky ketua Phoenix komunitas paling populer.

"Ekhem!" Rifky.
"Jadiii giniii gua mau ngasih tau kalian, gua mau ngajak si cewek brandal anak bapak Agus itu sapa sih namnya gua lupa" ucap Rifky.

"Oohhh si nagz pemes, tajir, anak bapa kepsek? Ah itu mah si Narsha sekelas itu sama gua, emang brandal tuh cewek, ky! Lu mau masukin dia ke komunitas kita? Eh bangsat lu! Cewek coy!"
Ucap Fatur panjang lebar.

"Biarin lah! Gua pengen nyari anggota yang beda dari yang laen" ucap Rifky santai.

"Eh gua baru inget jir! Itu kan mantan lu! Pas lu ada di komunitas Picasso ahahahah gua inget jir!" Ucap Farrel buka suara.

"Terserah nyet!" Rifky.
"Udah udah bukannya gua mau clbk sama tuh cewek tapiiii gua mau pengen aja gitu ada die soalnya anak kepsek" lanjutnya.

"Lu mau ngapain dia?" Ucap Fatur dengan senyum menyeringai.

"Udah! Gua ada panggilan alam" ucap Rifky.

Tuuuuttt

"Eh jir sapa yang kentut! Nyaring beut dah bunyinya" gumam Farrel.

'Bangsat! Kelepasan mana kentut gua bau jengkol!' Panik Rifky. Kelemahan ia adalah tidak bisa menahan buang gas oleh sebab itu kini ia sekarang kelepasan buang gas didepan teman temannya.

"Ih bau jengkol jir" ucap Fatur seraya menutup hidungnya.

Melihat teman temannya yang terganggu dengan bau 'gas'nya ia hanya gelagapan karena malu.
"G gua keluar dulu jan kangen!" Ucap Rifky lalu keluar seraya memegangi perutnya.

04.00 pm
semua siswa dan siswi berhamburan keluar kelas karena sudah saatnya pulang sekolah.

Tiba tiba saja hujan deras mengguyur daerah sekolah dan sekitarnya hal tersebut membuat beberapa siswa tercegat hujan saat mau pulang.

Hal yang sama di terima Narsha dan sang sahabat mesumnya Ghisell, terlihat mereka yang sedang meneduh disalah satu tempat meneduh yang tak jauh dari parkiran.

"Ish! Ah lu mah gak bawa motor! Gak bisa pulang jir!" Ucap Ghisell namun sayang ia tidak menerima jawabannya apapun dari Narsha dan Narsha hanya setia memainkan handphonenya.

"Bacot anjir! Udahlah tinggal nunggu hujan berhenti! Ribet amat sih lu! Kalo lu mau pulang duluan ya udah sonoh! Naek angkot sama om om bau ketek!" Ucap Narsha panjang lebar.

Air yang terus menerus turun dari langit langit terus menurus jatuh tanpa henti, bahkan kini hujan tersebut ditambah dengan mutiran es es kecil yang ikut jatuh bersama air.

"Eh Sha kenapa sih lu jarang bawa motor seport lu? Di jual? Di buang? Rusak? Di curi? Di masak? Di bakar? Di-
Ucapnnya terpotong saat tiba tiba mobil sport berwarna hitam keluaran terbaru yang harganya sangat mahal itu berhenti tepat dihadapan mereka.

Netra Ghisell menangkap sebuah mobil sport berwarna hitam pekat terparkir didepanya, ia mengerenyit bingung siapa yang dijemput dengan mobil semewah itu?.

"Omaigat!!" Ucap Ghisell tak percaya apa yang sedang ia tatap sekarang.
"Sha sha! Liat sha apa yang di depan kita!" Ucap Ghisell seraya menarik narik tangan Narsha agar tidak memainkan handphonenya.

Culun Tapi TamvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang