6. Point of View (PoV)

1.2K 102 8
                                    

Hari, tanggal: Rabu, 2 Januari 2019
Pukul:  10.00 WIB
Materi: PoV
Tutor: Gita Ingitania
Moderator: Ciissys Rain
Notulis: Ifa Iffah

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Nama saya Gita, asal dari Tasikmalaya. Kini kuliah di Universitas Islam di Bandung. Mulai menulis sejak 2016 dan kini sedang mengumpulkan nyawa literasi lagi.

Mungkin bisa dimulai ke materi, ya.

PoV ini kependekan dari Point of View. Ini juga dari bahasa Inggris yang artinya adalah sudut pandang. Mungkin kalau lo buat cerita dengan satu PoV aja, lo nggak perlu nyantumin PoV di cerita lo. Pembaca juga udah bisa nebak sendiri PoV yang dipake. Tapi kalau lo make cerita yang multi-PoV, harap dicantumkan PoV per chapter-nya.

Macam-macam PoV:

PoV 1 – Orang Pertama
Cerita dibawakan oleh tokoh utama yang bercerita sesuai dengan pandangan dia. PoV pertama ini membatasi pembaca kepada satu perspektif karakter saja. Seperti buku “On the Road” misalnya, di mana PoV orang pertama menempatkan pembaca secara langsung dalam mobil Sal Paradise dan Dean Moriarty. Pembaca mengikuti kisah Sal yang bercerita tentang perjalanannya bersama Dean Moriarty. Orang pertama biasanya membuat cerita lebih personal.

Dalam kisah-kisah misteri, sudut pandang orang pertama ini membuat teka-teki yang harus dipecahkan jadi semakin menarik. Kesulitan PoV 1 tidak bisa pindah pandangan atau perspektif, sehingga kita akan dibuat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Kita juga harus menulis linier, hanya di satu garis lurus dan tidak bisa tiba-tiba lompat alur atau lompat adegan.

PoV 2 – Orang Kedua
PoV 2 agak jarang digunakan karena menyulitkan penulis saat mengembangkan karakter. Sulit juga untuk mempertahankan model narasi dalam karya yang lebih panjang lagi, seperti novel misalnya.

Contoh:
Kamu sedang membaca blog ini ketika kamu akan meminum bandrek. Namun, kamu jadi memikirkan, bagaimana aku tahu bahwa kamu hendak meminum bandrek?

Kamu pun bergumam, “Apa-apaan sih ini? Sialan!”

Mungkin sama kesalnya seperti saat kamu hendak mengganti foto profil Instagram, tetapi kehabisan foto kece.

PoV 3 – Orang Ketiga
Cerita dibawakan oleh si penulis sebagai orang ketiga di luar cerita, di mana dia bertindak sebagai orang yang tau segalanya. Pada PoV 3, cerita yang disampaikan akan lebih beraneka. Orang ketiga membuat penulis bisa mengeksplorasi cerita dalam universe yang lebih rumit. Dia bisa melompat ke berbagai macam tokoh dan menjadi “serba tahu”. Ini juga biasanya digunakan dalam penulisan cerita-cerita yang memiliki alur cepat; seperti kisah aksi, thriller, dan kadang kisah dramatis.

Orang ketiga pasti selalu menceritakan karakter dengan kata ganti “dia”, “mereka”, atau malah menyebutkan nama karakter saja jika harus berganti-ganti ke berbagai tokoh. Kemudahan PoV 3 ini adalah kita bisa memainkan plot sedemikian rupa.

Multi-PoV: Satu cerita dibawakan oleh berbagai PoV tokoh dalam cerita dan terkadang dicampur oleh PoV author.

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

—Sesi Tanya Jawab—

Q1:
Aku biasanya sedikit susah menyebutkan tokoh seperti ibunya Gita, ibunya Ratna, dll. Nah, pengulangan karakter terasa sangat sulit. Bisa kasih masukan, nggak? Apa yang harus aku lakukan?

A1:
Masukan dari aku kayaknya gini aja: setiap karakter pasti punya ciri khas masing-masing. Pembaca pasti boring juga kalau terus ada pengulangan.

Misal: Ibu Sandra sedang memasak ikan asin di dapur, sebelum memasak ibu Sandra mengambil bumbu terlebih dahulu, lalu ibu Sandra mulai memasak.

Ganti: Ibu Sandra sedang memasak ikan asin di dapur, sebelum memasak wanita paruh baya yang gemar memakai aksesoris ungu itu mengambil bumbu terlebih dahulu, lalu ia pun mulai memasak.

Q2:
Untuk alur maju saja, apakah pakai PoV 1 saja atau bisa pakai PoV 3 bergantian dengan PoV 1?

A2:
Kalau untuk alur maju buat aku balik lagi apa yang pengin kamu sampaikan. PoV 1 itu kuat di perasaan; Pov 3 kuat di pemaparan situasi dan penjelasan. Kalaupun kamu mau ganti PoV, harus bisa memanfaatkan kekuatan dari PoV itu sendiri.

Soalnya kita harus nekan ego banget, dan full jadi karakter kita. Apalagi PoV itu batasannya lumayan loh dalam plot.

Q3:
Kak, pada PoV 2 hanya bisa menggunakan 'kamu'? Apakah itu tidak membosankan karena terjadi banyak pengulangan kata? Atau bisa diminimalisir, Kak?

A3:
Contohnya gini aja, di PoV 1 pasti kebanyakan pake kata "aku". Nah, kata "kamu" di PoV  2: seperti kata "aku" di POV 1.
Untuk mengakalinya emang agak susah, apalagi jarang penulis pakai PoV 2.

--Apa ada solusi untuk mengatasinya?

Mungkin kayak yang pertama, setiap karakter ada ciri khas, kan? Use that.

Contoh: Kamu melangkah menelusuri jalanan basah itu, air matamu masih belum berhenti. Sebagai gadis yang kini terluka, kau terima semua cercaan.

Q4:
Pernah ada yang bilang kalau PoV 3 itu butuh keahlian dalam teknik penulisannya. Memang harus berganti jeda dulu, ya, Kak, kalau mau berganti tokoh yang mau dibahas?

A4:
Tiap paragraf ada point fokus, jangan tumpuk berbagai topik dalam satu paragraf sehingga pembaca ruwet sendiri.

--Jadi, cukup dengan ganti paragraf, ya, Kak? Tidak perlu masuk bagian baru?

Kalau bagian baru, misal lebih ke konflik, paragraf per paragraf itu hanya menjelaskan plot bab, untuk plot utuh kamu harus bisa bagi konflik dalam tiap bab.

Kelas Menulis TheWWG (Jilid IV)Where stories live. Discover now