3.1 Main UNO

2.2K 388 15
                                    

Pagi itu Rimba dipaksa Bumi buat mampir ke apart Angkasa, alasannya mau cari makan disana. Padahal Bumi bisa aja membeli atau memesan gu-fud, Rimba sangat ingin menolak karena sekarang masih terlalu pagi untuk membuat onar disana. Jarum jam masih menunjukkan pukul lima lebih sepuluh tetapi Rimba sudah mendengar rengekan Bumi. Rimba ingin tidur lebih lama karena sejak kemarin dirinya kerja rodi menyelesaikan revisi skripsi miliknya, dirinya baru bisa terlelap saat alarm ponselnya berbunyi pukul 4 pagi. Sayangnya semua keinginan tuan muda Raihan Putra Bumi tidak dapat ditolak.

Rimba 0: Bumi 1

“Ngapain ke apart Angkasa pagi buta begini? Gue masih ngantuk.” Rimba berkata sembari membenarkan rambutnya yang mencuat ke berbagai arah.

“Kan gue udah bilang, mau cari makan bang. Soalnya Ares lagi ada disana jadi hari ini perbaikan gizi dulu hehe.” Bumi menimpali setelah berhasil mengenakan hoodie hitamnya.

“Heh! Lo kan salah satu dari sekian anak konglomerat kaya raya, gue yakin nyewa chef nggak bikin bangkrut.” Rimba masih saja mengomel. Tentu saja, jam tidurnya harus terbuang percuma. Sebenarnya tidak juga, hanya jika saja Rimba di izinkan tidur sedikit lebih lama maka dengan senang hati dirinya akan mengikuti ajakan Bumi. Toh di apartemen Bumi tidak ada hal yang bisa di makan selain air mineral.

Omong-omong Rimba sedang mengungsi di apartemen Bumi. Rumah kostnya sedang di renovasi karena beberapa atap sudah bocor akibat hujan yang terus mengguyur daerah Jakarta. Lagipula apartemen Bumi memang menjadi salah satu tempat paling hening dan nyaman selain rumah Samudra. Jika Rimba pergi ke rumah Samudra, dia tidak akan bisa sebebas sekarang. Rumah itu memiliki penjaga yang lumayan banyak dan maid yang selalu sedia. Rimba tidak suka.

“Sorry bro, yang kaya itu papa gue bukan gue jadi kalau mau nyewa chef gue masih mikir panjang dulu hehe.” Bumi mengeluarkan kunci mobilnya. Membuka kunci dan segera masuk kedalam. Menyalakan mobil yang akan membawa mereka berdua ke apartemen Angkasa.

Tepat pukul 6 mereka berdua sampai di apartemen Angkasa, dengan Bumi yang masih menyeret Rimba. Bumi hendak membuka pintu saat sosok yang dia kenal membuka pintu dari dalam, hendak pergi meninggalkan apartemen. Bumi sama terkejutnya dengan Ares. 

“Yo morning litt-”

Belum sempat Bumi menyelesaikan sapaannya, Ares terlebih dahulu meninggalkan mereka berdua didepan pintu. Berjalan cepat kearah lift yang masih terbuka. Keduanya masuk kedalam apartemen Angkasa dengan penuh tanya, sepertinya hanya Bumi yang merasa begitu. Saat melihat ke dapur, Angkasa tampak mengacak rambutnya frustasi.

“Terus membandingkan Ares sama orang lain itu nggak baik, he know his own limit, Sa” ucap Rimba yang berjalan kearah tv mengambil uno yang ada didekatnya.

“Hah? Apaan? Emang Angkasa ngapain Ares?” Bumi yang belum paham dengan situasi hanya menatap kedua sahabatnya dengan penuh tanya.

Angkasa menggumam, “Sial.”

Kemudian berlalu pergi dengan membawa kunci motornya, meninggalkan tamu tak diundang itu di apartemennya berdua saja. Jika dalam keadaan normal, Angkasa tidak akan pernah mengijinkan Rimba dan Bumi berdiam diri di satu tempat berdua saja. Jika sampai itu terjadi dirinya yakin akan ada hal aneh yang akan terjadi. Entah Rimba yang memulai atau Bumi yang menawarkan diri untuk terjebak dalam trick murahan milik Rimba. Berakhir dengan perdebatan tiada henti diantara keduanya.

“Lah itu Angkasa mau kemana?”

Tolong beritahu Bumi untuk meningkatkan pemahaman akan situasi yang dia miliki.

Rimba hanya diam sambil mengeluarkan tumpukan kartu uno dari dalam kotaknya, duduk di karpet ruang tamu dengan nyaman. “Udah mending lo main uno aja sama gue yang kalah bikin tutorial make up, gimana?” ucap Rimba.

Semesta 1.0 - Stray Kids ✔ [REVISI]Where stories live. Discover now