3.0 Ingin jadi apa?

2.6K 438 18
                                    

Siang itu cukup panas, mengingat sudah memasuki bulan Desember yang seharusnya sedang musim penghujan. Sekarang malah sepertinya matahari sedang bersemangat untuk menjalankan tugasnya, hingga membuat lelaki bernama Samudra itu menghabiskan minuman dinginnya. Omong-omong itu sudah botol ke empatnya siang ini. Samudra yang memang memiliki darah campuran tentu saja tidak tahan dengan panasnya Indonesia, sejak lahir hingga hampir berusia tujuh dirinya tinggal di Australia sebelum akhirnya menetap di negara asal ibunya. Kulit pucatnya lebih mudah terbakar matahari dan akan meninggalkan bekas kemerahan yang meskipun mudah hilang tetap saja menyakitkan.

Samudra sedang mengamati orang-orang yang berlalu-lalang di depannya saat Rimba mendudukkan diri disebelahnya. Sam melirik dari ekor matanya, sepertinya Rimba baru bertemu dosen pembimbing. Wajah anak itu nampak kusut, satu tangannya membawa lembaran kertas yang tak kalah kusut dengan penampilannya. Tas ransel yang di selempangkan disalah satu pundak, kaos hitam lengan pendek yang bagian lengannya di gulung sebagian menampakkan perbedaan warna kulit yang cukup kontras. Sepertinya tidak hanya Samudra saja yang terkena dampak panasnya Indonesia, Rimba Adiyana juga tidak bisa mentolerir sinar matahari yang terik hari ini.

Keheningan tercipta diantara keduanya.

Sam yang masih asik memandangi mahasiswa yang berlalu-lalang.

Rimba yang sibuk dengan pikirannya sendiri.

Sampai beberapa saat kemudian suara Rimba memecahkan keheningan itu.

“Sam, lo mau jadi apa?”

“Hah? Maksudnya?” Sam balik bertanya. Merasa aneh dengan pertanyaan yang diutarakan Rimba.

“Dari seluruh makhluk hidup dan benda di alam semesta ini, lo pengen jadi apa?” Rimba bertanya sembari memainkan kertas yang ada di pangkuannya.

“Kenapa tanya gitu?” yang ditanya masih sibuk memandangi mahasiswa yang berlalu-lalang. Sesekali akan tersenyum kecil dan menganggukkan kepala saat ada beberapa orang yang menyapanya.

“Jawab aja ... “ Rimba kembali bertanya.

“Hmm ... gue pengen jadi Samudra dalam artian yang sesungguhnya ya.”

“Emang lo tau arti sesungguhnya dari Samudra?”

Yeah correct me when i’m wrong cause this is my opinion. Samudra itu artinya lautan yang teramat luas, sinonim dari kata lautan” Sam membenarkan posisi duduknya, kembali membuka minuman dingin dari dalam tas ranselnya yang ditaruh di sisi kiri tubuhnya. Meneguk isinya hingga tinggal setengah. Samudra menyodorkan minuman itu pada Rimba.

Rimba tentu saja menerimanya dengan senang hati, udara sedang panas-panasnya dan dia lupa untuk membeli minuman. “Kenapa jadi samudra?”

“Soalnya Samudra itu selain luas, tapi juga indah. Bisa melindungi makhluk hidup yang ada di bawah kuasanya like a fish, octopus, sharks, planktons, seaweed and etc. I’ll be the person who can gave my soul and protect them like samudra.”

“Tapi samudra yang tenang juga bisa menjadi berbahaya saat bertemu badai. Tinggi gelombangnya bisa menghancurkan apapun yang ada di jangkauannya. Selain itu di luasnya samudra juga terdapat bagaimana cara mengikhlaskan. Samudra yang begitu luas harus rela tersakiti saat ada perusahaan yang merusaknya dengan limbah, nelayan yang memakai peledak untuk memburu ikan, masyarakat yang membuang sampah ke laut. Semua itu harus samudra tampung, tak boleh melawan tanpa seizin-Nya.”

Samudra terdiam mendengar penjelasan Rimba. Dirinya tak menyangka jika sahabatnya itu akan berkata demikian, meskipun dirinya yakin Rimba akan menjawab dengan jawaban random tapi ini terlalu diluar ekspektasinya. Mereka berdua sejenak terlarut dalam mengamati orang-orang yang berlalu-lalang di hadapan mereka. Berlari kesana kemari, mengeluhkan cuaca hari ini sampai membicarakan sesuatu yang tidak terlalu penting.

Semesta 1.0 - Stray Kids ✔ [REVISI]Kde žijí příběhy. Začni objevovat