Kemudian ia terdiam sebentar untuk menarik napas. "Hal yang paling kusesali, karena aku tidak ada di sisimu setiap waktu. Aku cemburu karena adanya orang lain yang bisa mendengarmu lebih baik. Paling tidak, aku ingin hubungan kita berjalan seperti pasangan normal. Berjalan, mengobrol, berkencan, menikmati langit malam, atau makan dan minum aapa saja sampai keesokan harinya."

Mendengar penuturan Taehyung, Soyeon hanya menggeleng pelan. Mulutnya terbuka ingin mengutaran sesuatu, tapi tidak ada sepatah kata pun yang mau keluar.

Bukan begitu. Sama sekali bukan maksudnya membuat Taehyung menderita dengan hubungan mereka. Bukan juga ingin membuat pria itu tertekan karena situasi.

Sementara itu Taehyung menunduk, menyembunyikan ekspresinya ketika merasa tenggorokannya sakit dan mengering.

Beberapa detik berikutnya ia berdeham, mengedip sambil mengangkat kepalanya, lalu mengubah tekanan suaranya kembali normal. "Tadi kau bilang bawa makanan? Makanan apa yang kau bawa?"

"Ah, ini... cuma japchae-bap."

"Kali ini kau juga yang membuatnya?"

Soyeon mengangguk.

Sebelum ini, jika Taehyung memiliki waktu luang atau berada di apartemen, tanpa berpikir dua kali ia akan membawakan makanan buatannya, atau mencari resep baru, berbelanja, hingga memasak. Bakat memasaknya sedikit ia dapat dari mendiang ibunya.

Waktu kecil Soyeon senang sekali jika berada di dapur dan menonton apa saja yang ibunya lakukan. Kadang-kadang ibunya tak segan mengajarinya beberapa cara memasak berbagai jenis makanan. Meskipun usianya kala itu masih sangat kecil.

Saat SMA pun, ketika ayah dan kakaknya berkumpul, mereka mengakui lebih senang dengan masakannya daripada harus memesan menu restoran.

Sekarang potongan kenangan itu seolah memiliki kotak rahasia dalam kepalanya yang mustahil dihilangkan.

"Kalau begitu ini bukan 'cuma', ini adalah makanan spesial yang dimasak khusus oleh kekasihku." Taehyung tersenyum, mengangkat jempolnya ke udara sebagai bentuk apresiasi.

Perlahan tapi pasti Soyeon mulai ikut tersenyum. "Makanlah dengan banyak." Gadis itu meyodorkan kotak makannya. "Lain kali akan kucarikan resep baru dan membawanya padamu."

Tetapi sebelum Taehyung menyentuh masakan itu, dengan gerakan tiba-tiba ia berdiri lantas menarik lengan Soyeon menuju kamarnya.

"Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu." Lelaki itu menarik keluar sweater dari tas toko berlabel. "Cobalah."

Bahan tebal dan lembut sweater berwarna maroon itu menjadi petunjuk betapa mahalnya barang ini jika Soyeon memperkirakan harganya.

"Pasti ini mahal sekali," gumamnya.

Enggan menerima penolakan, Taehyung merentangkan bagian dalam baju dan meminta Soyeon memakainya. "Angkat tanganmu."

"Aku bisa pakai sendiri, Kim Tae."

"Angkat tanganmu. Aku ingin melihatnya secara langsung," ujarnya bersikeras.

Mau tidak mau Soyeon menuruti permintaan Taehyung. Diam-diam gadis itu sempat tersenyum.

"Ternyata cocok denganmu. Sekarang berbalik," pinta Taehyung lagi.

Kali ini Soyeon mengiakan tanpa protes. Tepat di belakangnya berdiri cermin yang sedikit lebih tinggi dari badan Taehyung.

"Bagaimana? Kau suka?"

"Eoh, neomu jhoa. Gomawo."

Secara perlahan, kedua tangan Taehyung menyusup di antara lengan Soyeon dan mendekap gadis itu dari belakang sambil menjatuhkan dagunya di pundak gadis itu.

The Bastard, SweetyWhere stories live. Discover now