if nothing is going well, call your grandmother (3)

Start from the beginning
                                    


Udara dingin tidak menghalangi kami untuk memanggang daging. Seokjin sangat antusias untuk memanggang bersama Kakek. Namjoon dan Taehyung sedang berusaha untuk membuat api unggun mini sebagai penghangat. Aku membantu Nenek membersihkan ikan yang tadi siang dipancing oleh para lelaki Kim. Aku senang melihat ikan-ikan ini. Sangat segar dan besar-besar.


Setelah semua daging dipanggang, kami mulai makan malam. Ada kursi dan meja kayu yang sengaja di taruh di belakang rumah. Ini sempurna. Sepertinya aku harus kemari lagi saat musim panas. Pasti akan lebih baik dan aku tidak perlu memakai jaket tebal untuk menikmati momen ini.


Taehyung mengajakku untuk ke kolam. Aku tidak mengerti, ini dingin tapi ia tetap menariku kesana. Untung saja salju sudah perlahan menghilang disini. Kami berhenti di ujung dermaga. Taehyung menyuruhku duduk dihadapannya. Ia meraih tanganku, lalu menggosokkan tangannya dengan tanganku.


"Kau pasti kedinginan." Bodoh. Sudah jelas ini tidak perlu ditanyakan. Aku hanya mengangguk sambil merasakan tanganku yang mulai menghangat. "Kau harus melihat ini—" Ia kemudian berbaring. Tangan kami masih bertautan. Aku ikut berbaring disampingnya. Taehyung mendekatkan tubuhnya dengan tubuhku, membuat kami tetap hangat. "Lihat ke atas, Jung."


Aku terperangah. Ini sangat indah. Langit malam ini sangat bertabur bintang. Aku tidak menyesal untuk kesini. Dingin yang kurasakan tidak sebanding dengan pemandangan indah yang tersaji di depan mataku. "Taehyung, ini keren. Ini indah."

"Indah, seperti dirimu."

"Apasih, Tae—"

"Aku serius." Sejujurnya aku senang. Aku senang dipuji seperti ini apalagi oleh Taehyung. "Tuhkan, merah pipimu—" Aish, aku malu. Rasanya ingin tenggelam saja di kolam depanku.

"Tae, bisakah aku bertanya sesuatu?"

"Tanyakan, Jung—"

"Apa—apakah kau benar-benar serius dengan perkataanmu kemarin-kemarin saat di Danau Suseong?"

"Kau meragukanku, Jung?"

"Bukan, bukan seperti itu. Tapi, seperti—aku masih bertanya-tanya kita ini—apa?" Taehyung tiba-tiba mengangkat tangan kami. Mengajakku untuk duduk. Kami duduk saling berhadapan.


"Aku—aku tidak memaksamu untuk balas mencintaiku, Jungkook. Aku hanya—" Aku membekap mulutnya dengan tanganku. Ah, Taehyung tidak peka.


"Ih, Taehyung. Bukan itu. Aku tahu kalau itu kau kan sudah bilang. Maksudku, apa kita—" Taehyung tiba-tiba mencubit pipiku. Sial ini sakit.


"Uh, siluman kelinciku menggemaskan sekali. Okay, aku mengerti. Besok kau bisa bilang pada teman-temanmu kalau setiap hari Jeon Jungkook yang cantik jelita ini akan selalu pergi dan pulang kerja bersama kekasih barunya yang bernama Kim Taehyung, bagaimana?" Sialan, wajahku merona pasti. Pipiku terasa panas dan aku tidak berhenti tersenyum. Taehyung mencubit hidungku. Entahlah, aku senang sebetulnya, meskipun Taehyung tidak mengatakan hal seperti 'maukah kau menjadi kekasihku' atau semacamnya, tetapi ini sukses membuat jantungku tidak karuan. "Sekarang giliranku bertanya."


"Apa?"


"Apa kau tak keberatan kan jika kubilang kau kekasihku?"

ʟᴀ ᴅᴏᴜʟᴇᴜʀ ᴇxǫᴜɪsᴇ ● taekookWhere stories live. Discover now