Part 7. Hatred On Me

Start from the beginning
                                    

Ibuku berpikir sesaat. "Hmm, siapa yang kau maksud? Namjoonie? Suga?"

Ah, tentu saja kedua pria itu memang sahabatnya. Aku menggeleng pelan. "Bukan mereka. Tapi--- Kim Taehyung. Apa Eomma pernah mendengarnya?"

"Ah, anak itu. Juga Hoseokie. Dulu Jinnie memang sangat dekat dengan Taehyung dan Hoseok. Tapi entahlah, setahun belakangan ini aku tak pernah lagi mendengar kabar keduanya." Aku tersedak mendengar penjelasan ibuku.

"Ya Tuhan, kau ini. Makanlah dengan perlahan."

"Maaf." Aku menyengir bodoh padanya, lalu segera meminum air di gelas hingga tandas. "Eomma, apa mereka punya masalah? Maksudku, kenapa Oppa dan kedua orang itu saling menjauh?"

Ibuku menggeleng dengan anggun. "Entahlah, Jinae-ya. Tanyakan saja pada Jinnie kalau kau penasaran." Kedua netra itu menusukku, seolah mencari-cari sesuatu. "Jadi? Ada apa dengan Kim Taehyung itu? Kalian berkencan?"

Mataku tak sadar membesar, terperangah dengan ucapannya. "Tak ada yang seperti itu, Eomma!" Aku menarik diri dengan membawa piring kotorku ke dapur. Bisa-bisanya ibu menuduh sesuatu yang tak masuk akal.

***

Menghabiskan liburanku di rumah memang sangat berguna untuk kualitas waktu hidupku. Walaupun aku hanya sempat bertemu dengan ayahku sebentar saja, karena ia baru pulang dari perjalanan bisnis di hari libur terakhirku. Menjadi CEO anak perusahaan terbesar di Korea Selatan, ayahku memang sering bepergian keluar dengan taraf internasional.

But still, I have my mind and body in 100% fully charged now. Saat ini tombol refresh-ku sudah berfungsi dengan baik. Dan aku bisa kembali melakukan tugasku dengan lebih ringan.

Percayalah, bekerja penuh tekanan dan jam kerja yang gila-gilaan sangat memungkinkan diri ini untuk terseret ke lembah depresi. Namun aku hanya perlu terus menjaga kewarasan dengan cinta yang kupunya untuk dunia penerbangan. That's all.

Baru kemarin ibuku menyebut nama Hoseok, dan ternyata orang yang menjadi PIC di penerbanganku siang ini adalah Jung Hoseok itu sendiri. Sepertinya ia orang yang ramah dan cerah. Masih satu tipe dengan kakakku. (Pilot In Command)

"Yep, sekian informasinya, masih ada yang perlu ditanyakan?" Capt Hoseok menunggu reaksi kami untuk beberapa saat. "Kalau begitu, kita langsung berdoa untuk keselamatan dan kelancaran penerbangan hari ini, oke?"

Setelah ritual doa, aku mengekor langkah tim-ku menuju ke luar ruangan.

Ya Tuhan, aku bertemu Eunseo. Tentu saja aku menahan diri untuk tak melonjak karena terlalu senang. Langsung saja aku mengobrol dengan sahabat sekaligus teman satu batch-ku itu. Kami berbeda penerbangan, tapi sama-sama sedang menunggu bus kantor yang akan akan membawa kami ke pesawat masing-masing.

"Apa kau sudah membaca bulletin news kantor?" tanya Eunseo dengan wajah cerah.

"Belum. Memangnya ada berita apa?"

"Satu bulan belakangan ini, ternyata perusahaan sedang melakukan penilaian kinerja kru maskapai. Tiap-tiap divisi akan dipilih untuk menjadi cast penayangan CF yang baru."

Aku mendadak teringat sesuatu. "Ah, itu untuk penilaian tahunan 5 star airline?"

"Eoh, benar." Eunseo menarik lenganku dan berbisik, "kuharap kau terpilih, Jinae-ya."

Aku menahan tawa padanya. "Mana mungkin?! Kau kan tahu, untuk masalah kelas kecantikan, aku berada di urutan paling belakang. Eunseo-ya, malah sepertinya, lebih cocok kau yang terpilih." Kali ini ia yang tertawa. Membuatku ikut terbahak sambil mengomel, "Yaak, aku serius bodoh! Kau ini kan cantik. Kemampuan make-up yang kau miliki juga sudah di tingkat advanced."

Final Approach (✔) [TERBIT]Where stories live. Discover now