32

549 27 0
                                    

Happy reading^^

Aku segera melajukan mobilku kembali ke rumah setelah mendapat telepon dari Johnny hyung. Pikiranku kacau, khawatir, tidak bisa memfokuskan diri ke jalanan Kota Seoul yang untung saja sedang lengang.

Sampai di lobby apartemen, aku langsung berlari meninggalkan Taeyong hyung dengan mobilnya. Aku berlari menaikki tangga darurat menuju lantai 11 apartemen ini. Aku langsung masuk ke dalam dengan wajah penuh keringat serta nafas yang berderu cepat.

"Ya! Tenanglah dulu dia sedang diperiksa oleh dokter," Taeil hyung menahanku yang ingin masuk.

"Ini minumlah, di mana Taeyong?" Tanya Johnny hyung sembari memberi segelas air padaku.

"Dia kutinggalkan di bawah bersama dengan mobilnya," jawabku sesaat setelah menenggak habis minumanku.

"Duduklah hyung," Mark menepuk sisi sofa yang kosong.

"Aku saja yang duduk," Taeyong hyung tiba-tiba saja masuk dan duduk di sofa tadi.

"Hyung, mian aku-"

"Tidak apa aku justru ingin tertawa karenamu sekarang," Taeyong hyung menunjukkan video di ponselnya.

"Itu-"

"Aku tidak tahan melihatmu tadi maafkan aku," Taeyong hyung tertawa.

"Hyung~"

"Mian, mian aku hanya bercanda. Bagaimana keadaan istrimu?" Taeyong hyung segera mengubah ekspresinya.

"Masih belum tahu, hyung pintu kamarku masih tertutup."

Ceklek

"Saudara Jungwoo? Di mana Saudara Jungwoo?" Seorang dokter keluar dari kamarku bersama dengan asisten Mina.

"Saya Jungwoo, bagaimana kondisi istri saya?" Aku langsung menghampiri dokter sambil sesekali melirik ke dalam kamar.

"Silakan masuk istri anda ingin bertemu dengan anda," dokter itu tersenyum dan memberiku jalan untuk masuk.

"Kalau begitu saya pulang dulu," ujar dokter tersebut kemudian pulang.

"Ya! Ada apa denganmu? Aku baru saja pergi untuk membeli parfum untukmu dan kau-"

"Oppa, bisakah kau tidak bersuara keras seperti itu? Kau akan mengganggu dia tidur," ujar Mina sembari melirik perutnya.

"Apa? Apa maksudmu?" Aku menautkan kedua alisku sambil mengikuti arah matanya.

"Dalam hitungan bulan apartemen kita ini akan dipenuhi dengan suara tangis bayi," Mina berbisik di telingaku kemudian tersenyum.

"Apa? Apa sepupumu kecilmu itu akan datang kemari??"

"Jinjja! Mengapa kau tidak mengerti maksudku?! Lihat ini, oppa!" Seru Mina sembari memberiku sebuah alat test kehamilan.

"Apa ini benar?? Hei, coba tatap mataku!" Mulutku terbuka lebar dan menatap manik mata Mina.

"Kau tidak sedang membohongiku, ya! Terima kasih!" Aku menangis haru dan memeluk Mina dengan erat.

"Oppa aku tidak bisa bernafas," Mina menepuk lenganku.

"Mian mian aku terlalu senang," aku meringis kemudian melepaskan pelukanku.

"Kau terlihat sangat bahagia," Mina terkekeh melihataku.

"Tidak aku sangat sangat sangat bahagia terima kasih!" Aku menghujani wajah Mina dengan ciuman.

"Oppa kau membuat basah seluruh wajahku," Mina mendorongku kemudian menutupi wajahnya dengan selimut.

Manager - NCT 127Where stories live. Discover now